Part.1
Tempat ini sungguh gelap, apa ini sebuah tempat dimana aku akan menerima balasan atas apa yang telah aku lakukan di dunia.
"Hallo!!" "Apa ada orang?"
Suaraku bahkan tenggelam dalam kegelapan ini.
Aku melirik ke arah kanan dan kiri, sungguh sangat gelap.
Apa aku bisa berjalan?
Aku melangkahkan kaki ku kedepan.
Hmmm. Ternyata bisa. Sebaiknya aku berjalan lurus kedepan, mungkin nanti aku bisa menemukan sesuatu.
Seberapa sunyi sih tempat ini? Aku bahkan bisa mendengar suara langkah kaki yang berjalan pelan.
Waktu demi waktu berlalu, aku berjalan tanpa henti di tempat yang gelap ini.
Kenapa tempat ini tidak memiliki ujung?
Huuuh..
Mungkin aku harus menunggu di tempat yang gelap ini, sebelum hukuman yang pantas di berikan kepadaku.
Aku merasakan sebuah perasaan takut, hukuman seperti apa yang akan di berikan kepada diri ini. Aku telah membunuh banyak orang. Nyawa yang bersalah dan tidak bersalah, tangan ini telah merenggut kehidupan mereka.
Jujur, aku ingin sekali menangis dalam keadaan seperti ini. Tempat ini sungguh sangat sepi dan lingkaran kesedihan di dalam jiwa selalu menghantui.
Aku bahkan membunuh orang yang berharga dalam hidupku dengan kedua tangan ini.
Aku..aku tidak tahu harus melakukan apa?
Apa aku harus mengeluarkan semua air mata atau tetap menyimpannya di dalam hati.
Aku mulai termenung mengingat masa lalu.
'Siapa kau?'
'Aku mohon jangan bunuh aku!'
'Dasar monster, apa kau tidak memiliki hati!'
'Aku tidak akan memaafkanmu!'
'Kenapa kamu membunuh suamiku? kenapa kau membiarkan aku hidup? Kenapa?'
'Aku akan membunuhmu, selama aku masih hidup aku akan memburumu!'
'Apa kau mempunyai hati? Aku melakukan ini karena terpaksa, aku mohon jangan bunuh aku'
'Papa.. Kenapa kamu meninggalkan aku sendirian. Papa, bangun! Nene tidak ingin hidup sendirian di dunia ini.'
'Apa aku telah mengganggu mu, kenapa kau melakukan semua ini. Aku melakukan ini untuk Putriku.'
'Aku mohon jangan bunuh diriku, ambillah semua opium ini. Kau tidak mau obat, aku akan memberikan uang, seberapa banyak kau ingin? Aku mohon jangan bunuh diriku.'
Aku mulai mengingat sedikit ucapan dari orang yang aku hilangkan nyawa nya.
Ingatan masa lalu berganti. saat itu, aku sedang bersama dengan orang yang aku cintai.
'Ada apa? Kamu seperti habis melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan dirimu?
'Kamu selalu terlihat sedih, apa kamu telah melakukan sesuatu?'
'Mooo..Kenapa kamu tidak memakan es krim yang enak itu. lihat, es krim nya meleleh seperti itu.'
'Ayo kesini! lihat ada kucing lucu.'
'Rezlen.. Bila suatu saat nanti kita berpisah. Ingatlah! Aku dan kamu pasti akan selalu bersama, di dunia ini atau di dunia selanjutnya.'
Saat indah bersamamu, akan selaluku kenang. Aku bahkan selalu terjebak dalam cinta ini. Apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan rasa kerinduan ini.
'Rezlen, kenapa kamu menangis seperti itu. Berhentilah menangis. Meskipun aku sudah tidak berada di dunia ini. Aku yakin suatu saat nanti, kita akan bertemu kembali di dunia yang berbeda. Tersenyumlah.'
Kata-kata terakhir dari dia, sebelum orang yang aku cintai tertidur selamanya.
Heeh..Air mataku mengalir keluar.
Apa ini yang di sebut dengan perasaan kehilangan.
Aku minta maaf. Apa kata-kata maaf sudah bisa membuat mereka merasa senang.
Tidak, kata maaf saja tidak cukup untuk membuat mereka senang.
"Hahahahahahhaha..."
Suara tawa? Suara ini bukan seperti suara tawa manusia.
Aku berdiri dan melihat ke sekitar.
"Siapa?"
"Kau memang menarik, manusia!'
"Tunjukkan dirimu, siapa kau?"
"Kesedihan, amarah, dan keputusasaan. Aura yang keluar dari tubuhmu lebih gelap dari tempat ini."
"Heeeh. Bacot, tunjukkan dirimu."
"Siapa namamu manusia? Apa manusia sepertimu memiliki nama?"
Bikin kesal nih orang.
"Ya jelaslah aku punya nama. Aku seorang manusia bernama Rezlen. Kalau kau siapa?"
"Rezlen nya! Bukan nama yang buruk."
Aku melirik ke arah kanan dan kiri. Tempat ini sungguh sangat gelap, bahkan suara nya menggema di seluruh area ini.
Siapa dia sebenarnya?
"Untuk menghormati keberadaanmu disini, aku akan menunjukan wujudku sebenarnya."
"Hmmm.. Okey!"
"Aku berada di belakang dirimu, manusia!"
Aku membalikkan badanku ke arah belakang.
Pada saat membalikkan badan, aku tidak bisa melihat apapun.
Tempat ini sungguh sangat gelap, bagaimana aku bisa melihat.
Aku sendiri tidak bisa melihat anggota tubuhku.
Apa dia sedang bercanda?
"Woy.. Aku tidak bisa melihat apapun? Tempat ini terlalu gelap. Hallo.., apa kau masih berada disini."
Tidak ada jawaban apapun.
Jangan bilang tadi itu cuma imajinasiku.
Aku menggelengkan kepala. Tidak mungkin itu cuma imajinasi, suara nya terdengar dengan sangat jelas dan getaran suaranya terasa hingga di telingaku.
Hah.. Sialan, dia menghilang.
Lebih baik aku tiduran di tempat ini, sambil menunggu hukuman seperti apa yang akan ku terima nanti.
Part. 2
Satu minggu telah berlalu ketika manusia itu berada di dunia ini. Dalam satu minggu ini dia belum sadar juga. Jangan bilang, karena aku menendang kepalanya secara tidak sengaja membuat dia tidak bisa bangun lagi.
Aku menggelengkan kepala.
Aku sudah memerintahkan Hebi untuk terus menjaga dan mengawasi dia.
Sebaiknya aku melihat kondisi orang itu, mungkin saja dia sudah sadar dari tidurnya.
Aku berjalan menuju ke kamar tamu yang berada di rumahku. Selama satu minggu ini, aku harus bepergian ke wilayah yang menjadi bagian dari aliansi Roh Agung Enkidu. Tinggal satu wilayah lagi yang belum aku kunjungi yaitu Kerajaan Flinero. Kerajaan itu menjadi basis Roh Agung Enkidu di tanah Ras Humanity.
Kalau bukan karena aliansi, tidak mungkin kami bisa mendapatkan tanah di wilayah Ras Humanity.
Aku tidak ingin berperang merebutkan suatu wilayah, karena berperang sangat merepotkan dan banyak menimbulkan kesedihan.
Huuhh.. Yang terpenting sekarang adalah menjaga kedamaian ini sebelum perang selanjutnya bergejolak.
Aku sampai di depan pintu kamar orang itu.
Tok..tok..tokk.. Aku mengetuk pintu tiga kali sebelum membuka pintu kamar.
Setelah itu aku membuka pintu dan melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan.
Yah.. Pemandangan yang kulihat sungguh sangat luar biasa.
Hebi terlihat ingin membunuh seorang manusia yang baru sadar dari tidur nya.
Dia sedang memegang sebuah pedang dan meletakkan bilah pedang ya di dekat leher orang itu.
Hah..
"Hebi, apa yang mau kamu lakukan?"
Hebi menengok ke arahku dan tersenyum.
"Oh.. Tuan Genbu, selamat datang."
"Ya.. Jadi apa yang sedang ingin kamu lakukan dengan orang itu?"
"Saya hanya ingin memisahkan kepala Ras Humanity ini dari tubuhnya!"
Apa hanya firasatku saja, Hebi terlihat senang dan ingin sekali melakukan apa yang dia katakan.
"Tolong jauhkan benda berbahaya itu dari leher Ras Humanity dan sembunyikan aura membunuhmu."
Aura membunuh yang di keluarkan oleh Hebi sungguh sangat mengerikan.
"Kenapa Tuan Genbu melindungi Ras Humanity ini? Jangan bilang Humanity ini adalah hasil hubungan gelap anda dengan wanita dari Ras Humanity."
Wuah.. Dari mana dia dapat pemikiran seperti itu.
Kenapa Hebi sekarang menjadi seorang karakter pencemburu.
Apa yang sebenarnya terjadi dalam satu minggu ini?
"Hebi! Tolong hentikan pemikiran seperti itu. Aku mohon jauhkan pedang itu dari lehernya. Kamu tahu, Humanity akan mati bila kamu memisahkan kepala dari tubuhnya."
Jangan bilang ini rasanya mempunyai pasangan yang posesif.
Sial, aku harus bagaimana sekarang?
Kalau Hebi benar-benar ingin melakukan apa yang dia inginkan, maka penantianku selama ini akan menjadi sia-sia.
"Baiklah, saya akan menuruti ucapan dari Tuan Genbu. Tapi, saya akan tetap mengawasi Ras Humanity ini selama hidupnya."
Mungkin aku harus memanggil Queen of the Morning Star kesini untuk melindungi dia.
Kalau aku menyerahkan semuanya ke Hebi, maka bisa di pastikan dia akan menjadi sebuah kenangan.
Catatan:
Queen of The Morning Star = Ratu Bintang Timur.
Part 2 Chapter 7 ini adalah lanjutan dari Chapter 3.
Dan
Part 2 Chapter 7 ini Merupakan bagian dari Chapter 4.
Kalau ada kesalahan dalam penulisan, mohon maaf. Karena saya menulis cerita ini menggunakan metode pengetikan.
Terima kasih telah membaca dan jangan lupa saling tolong-menolong di jalan yang benar.