Chapter 11 - Chapter 8 : Sebuah Takdir.

Part 0

Sebuah harapan, kesenangan, kesedihan dan keputusasaan.

Semua orang sangat menginginkan sebuah kebahagiaan, tapi tidak semua orang siap menerima kesedihan.

Kenapa orang-orang sangat membenci kesedihan?

Kenapa orang-orang tidak menyukai kesedihan?

Apa yang menyebabkan kesedihan itu ada di hati kalian?

Sebuah tangisan dan lingkaran keputusasaan, ikut bergabung dalam mewarnai kesedihan itu.

Air lautan mengering tanpa ada yang mengetahui,

Ratapan kesedihan telah membuat awan hitam,

Siapa yang salah dan siapa yang benar.

Selama aku hidup, aku telah berjalan melewati jalan yang lurus, berliku dan berlubang.

Di saat orang-orang mulai menyerah kepada kesedihan, di situlah awal dari keputusasaan.

Mereka yang masuk ke dalam lingkaran keputusasaan, akan membuat jiwa mereka menghilang.

Bukan nya aku mau sarkas, tapi bagi makhluk yang mengakhiri kehidupannya dengan cara mereka sendiri, itu sungguh sangat tidak baik.

Alasan apa yang membuat mereka melakukan hal itu?

Apa mereka pernah melihat seseorang yang begitu berharga terbunuh di depan mata?

Atau

Mereka mengalami masa lalu yang menyedihkan?

Aku ingin sekali menyakan kepeda mereka.

Apa yang membuat mereka berani mengambil keputusan seperti itu.

Berapa kali pun aku berbicara, mereka tidak pernah bisa menjawab.

Darah yang bercampur dengan daging yang hancur atau tubuh yang melayang dengan keadaan lidah terjulur.

Semua keadaan itu, aku pernah melihatnya.

Kenapa?

Di saat aku melihat kondisi makhluk seperti itu, aku merasa sedih, kasihan dan kesal.

Aku pikir mereka melakukan itu, karena emosi kesedihan yang telah bercampur dengan keputusasaan.

Aku tidak ingin melihat keadaan seperti itu lagi. Secara jujur, aku tidak pernah mengetahui seperti apa rasa sayang itu.

Kesedihan demi kesedihan, keputusasaan demi keputusasaan, aku sangat paham dan mengerti dua perasaan itu.

Dua perasaan itu selalu menemani diriku hingga sekarang.

Matahari yang indah terbenam kesisi timur,

Awan senja berbeda dengan bintang timur.

Pagi berganti menjadi gelap,

Kegelapan tidak selalu bersama dengan hal-hal yang tidak baik.

Percayalah dan yakinlah, bahwa dirimu adalah orang yang hebat.

Jangan biarkan hatimu terusik dengan kata-kata orang lain.

Percaya dirilah, walau itu akan membuatmu semakin di tertawakan.

Jangan pernah menyerah pada kehidupan ini.

Part 1

Di pagi yang cerah untuk diriku.

Pada saat ini, aku lagi berjemur untuk memulihkan kondisi tubuh.

Sinar cahaya matahari yang begitu hangat dan menenangkan.

Kiara mungkin masih tidur sekarang, aku mau mengajak dia berjemur di pagi yang cerah ini tapi aku tidak mungkin bisa membangunkan dia.

Wajah yang dia perlihatkan ketika tidur begitu imut, aku tidak tega membangunkan Kiara dari tidurnya.

Omong-omong, Kapan Kiara datang ke kamar dan kenapa aku bisa tertidur di lantai?

Mungkin ini adalah sebuah rahasia keajaiban dari Istana Kerajaan Fiary.

Hmmm.. Menarik.

Sebaiknya aku mengosongkan pikiran dan fokus pada sinar cahaya matahari yang menyinari seluruh tubuh.

Hummm.. Aku mengambil napas dan mengeluarkan nya Haahh.. Sungguh sangat nikmat.

Suasana yang tenang dan sepi tidak ada yang mengganggu, berubah menjadi menjengkelkan.

"RES.. TIA...! DIMANA KAMU..!"

Hmmm. Sepertinya aku mengenal teriakan ini, siapa yang berteriak lumayan keras pada pagi yang indah ini.

Hah.. Bodolah. Sebaiknya aku melanjutkan menikmati sinar cahaya matahari ini.

Oh iya.. Malam tadi aku bermimpi sesuatu yang aneh. Kalau tidak salah, di dalam mimpi itu, aku pergi ke wilayah Roh Agung Enkidu dan bertemu dengan seseorang yang terlihat seperti Ras Humanity.

Kenapa juga ada Ras Humanity di wilayah Roh Agung Enkidu? Mustahil bagi Ras Humanity untuk berada di wilayah Roh Agung Enkidu.

Bahkan bagi kami(Ras Fiary) sangat sulit memasuki wilayah mereka(Roh Agung Enkidu).

Satu-satunya Ras yang memiliki daya tempur yang tidak wajar. Kekuatan dan pertahanan di wilayah mereka terbilang sangat menakutkan.

Kalau saja kami(Ras Fiary) mencoba menyerang mereka. Sudah di pastikan, kami akan menghilang dari dunia ini.

Hahhh..

Mimpi adalah mimpi. Itu adalah sebuah bunga tidur, buat apa aku memikirkan hal yang serumit itu.

Part 2

Di pagi yang cerah, cahaya matahari menembus jendela kamar.

Seseorang sedang tidur di tempat tidur sang ratu.

Dia mulai terlihat ingin bangun dari tidurnya, Karena sinar cahaya matahari mengenai wajah sang ratu.

Sang ratu mulai membuka mata nya dan melirik ke sekitar.

"Apakah aku tadi malam tertidur di kamar Restia?"

Dia bangun dari tidurnya dan terlihat kebingungan.

"Dimana Restia? Mustahil dia bangun lebih cepat dariku. Jangan bilang dia pergi dari istana dan melupakan pembicaraan tadi malam."

Restia... Aku harap dirimu tidak melupakan pembicaraan tadi malam.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar.

"Ratu Restia, saya izin masuk."

Seseorang membuka pintu.

Yang masuk kedalaman adalah seorang pelayan yang terlihat profesional, wajah cantik, rambut sebahu berwarna hitam dan tinggi badan yang sama dengan Restia.

Kalau tidak salah... Hmmm.. Dia seorang kepala pelayan yang selalu melayani ibu sewaktu masih hidup.

Setelah aku memperhatikan dengan seksama, pintu kamar tertutup.

Aku dan kepala pelayan saling menatap.

"Ratu kia.. Maaf, Putri Kiara! Apa yang anda lakukan disini?"

Apa tadi, dia mau berkata Ratu Kiara.

Hahaha.. Mungkin aku salah mendengar.

"Saya ketiduran disini setelah membicarakan sesuatu hal kepada Ratu Restia. Apa kamu yang setiap pagi membangunkan Ratu Restia?"

Kepala pelayan itu mengangguk dan berkata,

"Iya."

Hoho.. Pantas saja, Restia setiap pagi terlihat lelah.

Kepala pelayan ini merupakan salah satu orang kepercayaan ibu.

Terlihat dari postur tubuhnya, dia seperti mantan prajurit.

"Apa kamu tahu dimana Ratu Restia sekarang berada?"

"Saya tidak tahu. Saya baru saja ingin membangunkan Ratu Restia."

Areeee.. Kok aneh gini.

Tenang.. Huuuhh

RESTIAAA..

"Kepala Pelayan!"

"Ya, ada apa Putri Kiara."

"Cepat cari Ratu Restia! Kalau kita tidak menemukan nya, maka Ras Fiary akan dalam masalah."

Kepala pelayan itu terkejut atas ucapanku dan langsung berkata,

"Siap, saya akan mencari Ratu Restia sekarang."

Tanpa bertanya apa-apa, dia langsung pergi dari ruangan ini.

"Bagaimana ini, mungkin kah Restia tidak ingin pergi ke wilayah Roh Agung Enkidu."

Aku.. Aku Harus pergi mencarinya juga.

Sebelum itu, aku harus memastikan sesuatu.

Aku melirik kebawah. Syukurlah, aku masih mengenakan pakaian yang aku kenakan tadi malam.

Aku berjalan keluar dari kamar Restia.

Kemana aku harus pergi mancari dia, pagi-pagi begini, dimana makhluk itu berada.

Ayo pikir... Hmmm..

"Selamat pagi Putri Kiara."

Seorang prajurit yang biasa bersama dengan Restia.

Kalau tidak salah dia bernama Lena, dia adik dari kepala pelayan yang bernama Lina.

"Lena.. Apa kamu melihat Ratu Restia?"

"Iya. Saya melihat Ratu Restia lagi duduk santai di taman menikmati sinar cahaya matahari."

Hahhh.. Dia benaran lupa dengan pembicaraan tadi malam.

"Baiklah. Terima kasih atas informasinya."

Setelah mengucapkan terima kasih. Aku langsung pergi dari hadapan Prajurit Lena menuju ke taman yang berada di sisi timur kastil kerajaan.

Aku berjalan menelusuri lorong yang menuju ke arah tanam.

Setelah berjalan sekitar 200 meter, akhir nya aku bisa melihat taman yang indah.

Taman ini sungguh indah.

Banyak bunga mawar berwarna merah dan putih yang menghiasi taman ini.

Sungguh sangat indah.

Kenapa aku malah terpukau oleh keindahan taman ini.

Aku harus mencari Restia.

"RESTIAA... DIMANA KAMU...!"

Aku berteriak lumayan keras. Semoga dia tidak pura-pura tuli.

Aku menunggu jawaban dari dia.

Tidak ada jawaban apapun.

Aku harus pergi mencari di sekitar taman ini. Kata prajurit lena, dia sedang menikmati sinar cahaya matahari.

Hmmm... Tempat yang terkena sinar cahaya matahari secara langsung hanya ada satu.

Tempat dimana Ibu, Aku dan Restia sering bersantai untuk minum teh pada sore hari.

Kakiku mulai melangkah menuju ke tempat Restia berada.

Part 3

Setelah sekian lama menunggu, aku belum mendapat kabar apapun dari mereka.

Aku tidak ingin lama-lama mengambil hak yang seharusnya di miliki oleh Kiara.

Aku terpaksa melakukan ini karena perintah dari Sembilan Dewan dan wasiat Ratu Liones.

Pekerjaan yang di kerjakan oleh Kiara saat ini, merupakan bagian dari tugas sebenarnya seorang Ratu.

Mungkin saja tugas yang di berikan oleh Sembilan Dewan kepada Kiara adalah untuk melatih dia sebelum benar-benar menjadi seorang Ratu.

Mereka tidak pernah memerintahkan kepadaku untuk bersikap seperti seorang ratu. Dan lagi, aku tidak pernah berjumpa dengan mereka setelah di lantik menjadi seorang ratu.

Mau bagaimana lagi, aku adalah orang asing yang menjadi Ratu di kerajaan Fiary.

"Restia.. Kenapa kamu disini?"

Aku menengok ke arah belakang, kiara akhirnya bangun juga.

"Kiara ke sini, sinar cahaya matahari di pagi ini sungguh nikmat."

Kiara menuruti ucapanku.

Dia duduk di samping dan tersenyum.

"Bagaimana Kiara? Enakan, sinar cahaya mataharinya."

Dia mengangguk tanpa berkata sedikitpun.

Kenapa kiara diam saja, apa mungkin dia masih lelah.

"Restia!"

Oh.. Dia mulai berbicara.

"Ya, ada apa Tuan Putri."

Hehehe..

Dia melirik ke arahku dengan tatapan marah.

"Sudah kubilang, jangan panggil aku dengan sebutan Tuan Putri."

Dia mulai cemberut. Dia terlihat lucu dan imut pada saat ini.

"Apa yang mau kamu bicarakan Kiara?"

"Restia. Apa kamu mengingat pembicaraan kita tadi malam?"

Pembicaraan? Apakah tadi malam kami berdua berbicara sesuatu?

"Tadi malamnya? Aku lupa tentang pembicaraan tadi malam. Memangnya kita berdua tadi malam berbicara soal apa?"

Setelah aku berkata seperti itu, seketika hawa dingin menjalar di seluruh tubuh.

Kenapa suasana disini menjadi dingin?

Matahari masih terlihat dan sinar cahaya matahari masih mengenai tubuhku.

Jangan bilang ini adalah salah satu keajaiban di Istana Kerajaan Fiary.

Sebaiknya aku bertanya kepada kiara tentang keajaiban di istana ini.

Aku menengok kearah samping kanan dan melihat Kiara sedang memancarkan aura senja.

Heh... Jangan bilang?

"RES.. TIA..!"

"Yes."

Firasatku mengatakan sesuatu hal yang buruk akan terjadi disini.

Part 4

Di pagi yang indah di dalam istana kerajaan, terdengarlah sebuah teriakan ketakutan dari sang ratu.

Semua orang yang berada di dalam istana terkejut, di saat mendengar suara teriakan itu.

Para pelayan dan prajurit mulai mencari asal suara mengerikan itu.

Hingga akhir nya sang ratu di temukan tidak sadarkan diri di samping seorang wanita yang dalam wujud Queen Of Twilight.

Semua pelayan mendekati sang Ratu Senja, dan mulai menanyakan, kenapa sang ratu bisa mengeluarkan suara jeritan ketakutan seperti itu.

Sang Ratu Senja melirik ke arah Prajurit dan Pelayan Istana.

"Tolong siapkan kereta untuk Ratu Restia. Dia akan pergi berkunjung ke wilayah Roh Agung Enkidu."

Kata-kata yang keluar dari mulut Ratu Senja terlihat dingin.

Para pelayan dan prajurit istana mulai merasakan perasaan takut.

Aura yang di keluarkan oleh sang Ratu Senja sungguh sangat besar.

Membuat para pelayan dan prajurit istana tidak bisa berkata apapun.

Pada saat itu, semua orang yang berada di taman pergi kecuali Kiara dan Restia.

Para pelayan dan prajurit istana mulai menyiapkan apa yang di minta oleh Sang Ratu Senja.

Pada saat itu, Ratu Restia pergi dari Kerajaan Fiary menuju wilayah Roh Agung Enkidu tanpa mengetahui apapun.

"Simurg, kemarilah!"

Burung elang yang besar entah dari mana datangnya, mendarat dengan gembira di depan sang Ratu Senja.

"kwaaakkk.."

"Tolong katakan kepada Queen Of Disaster. Bahwasanya, Ratu Restia akan datang ke tempat mereka dalam keadaan tidak tahu apa-apa."

"KWAAAKKK.."

Sang elang berteriak dengan keras mengiyakan ucapan tuan nya.

Setelah mengerti apa yang di perintahkan oleh tuan nya, sang elang pergi terbang menuju wilayah Roh Agung Enkidu.

" Maaf Restia, ini demi kebaikan ras kita."

Catatan:

Aura senja adalah aura yang mempunyai warna Oranye keemasan.

Aura adalah pancaran energi yang menggeliling makhluk hidup.

Restia memiliki sifat buruk yaitu melupakan sesuatu yang penting, ketika dia tidak ingin melakukan sesuatu pekerjaan.

Terima kasih telah membaca dan tetap tersenyum apapun yang terjadi di dunia ini.

Jangan pernah menyerah dan selalu ingat, kesedihan tidak akan bertahan selamanya.