Dengan keadaan seperti itu, apakah aku bisa merasakan apa yang dia alami.
Sebuah perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelum nya.
Walau sudah terbiasa dengan rasa dendam dan kebencian dari sebuah air yang mengalir berwarna merah.
Seperti kata orang, merah adalah sebuah tanda takdir.
Senyuman yang indah dan rambut merah yang begitu memukau.
Takdir ini begitu kejam hingga aku harus mengalami perasaan yang seperti ini.
"Ada apa Rezlen? Kenapa dirimu terus-menerus memandangi wanita yang telah kau bunuh, tidak seperti biasanya?"
"Kita harus pergi dari sini, sebelum mereka datang. Tugas kita sudah selesai."
"Iya."
Kata-kata yang terlihat dingin tapi memiliki sebuah perasaan yang sedih.
Kalau saja dia tidak pernah bertemu denganku, mungkin kamu tidak mengalami hal seperti ini.
Aku mengambil kain yang berada di dekat meja dan berencana menutupi tubuh nya dengan kain.
Aku berjalan mendekati seseorang yang telah tertidur di lantai untuk selamanya.
Diriku mulai berhenti bergerak setelah melihat dengan jelas orang yang aku cintai.
Tanganku mulai gemetar.
Kenapa?
[Kenapa kamu terus-menerus tersenyum di saat sudah tidak bernyawa?
Apa kamu sudah mengetahui nya, bahwasanya aku akan melakukan hal ini.]
Tanpa bisa mengungkapkan isi hati, air mata mengalir keluar sebagai ganti perasaan yang sulit untuk di mengerti.
Selama 10 tahun terakhir, aku belum pernah mengeluarkan air mata seperti ini. Air mata ini terus mengalir hingga membasahi wajah cantik nya.
"Maaf, aku minta maaf. Kalau saja.."
"Rezlen.. Ayo kita pergi. Apa kau ingin menjadi tawanan?"
"Iya... Sebentar lagi aku akan menyusul."
Perasaan penyesalan selalu datang di akhir cerita.
Baiklah, aku harus pergi dari sini.
Aku mulai mengingat sebuah kata-kata yang dulu pernah dia ucapkan.
'Apapun yang terjadi. Suatu saat nanti, aku dan kamu pasti bisa bertemu kembali. Di dunia yang penuh dengan rasa kasih dan sayang.'
Aku berjalan keluar ruangan dan menuju ke lorong yang gelap.
Gelap, lorong ini sungguh gelap dan tidak ada cahaya yang menyinari jalan di lorong ini.
'Sampai kapan pun ingatlah, kamu dan aku akan selalu bersama.'
Suara bisikan yang sangat dekat di telingaku.
Aku berhenti berjalan di lorong yang gelap, dan melihat kearah belakang.
Siapa yang berbicara?
Aku tidak ingin melakukan hal ini, tapi aku tidak punya pilihan.
(sfx:mendesah dengan putus asa)
Apa pun yang terjadi di masa depan. Aku akan selalu siap menerima balasan yang telah aku perbuat di masa sekarang dan masa lalu.
Part.2
Aku membuka mataku.
Apakah aku sudah berada di alam yang berbeda?
Aku menggerakkan kepalaku kearah kanan dan kiri secara perlahan.
Ini terasa seperti berada di kamar seseorang.
Aku bangun dan mengecek kondisi tubuhku.
Hmm.. Tidak ada bekas luka ? Ini aneh, kalau tidak salah aku telah di tusuk oleh seseorang di bagian perut menggunakan belati yang telah di olesi oleh racun.
Siapa yang menusukku dan kenapa aku bisa tertidur di sini?
(sfx: Bam) pintu terbuka dengan kasar.
"Akhirnya, bangun juga kau manusia!"
Hmm... Siapa dia ?
Aku menatap kearah orang yang telah membuka pintu dengan cara kasar.
Seorang wanita yang manis dan rambut nya kenapa berwarna... Abu-abu ? Atau putih ?
Mungkin rambut nya abu-abu. Dia lumayan menakutkan dari tatapan matanya.
Dia berjalan mendekati diriku, aku hanya bisa duduk santai di tempat tidur yang empuk ini.
Semakin dia mendekat, entah kenapa hawa mengerikan terasa sangat besar.
Tubuhku bahkan gemetar dan aku mulai kesulitan bernapas.
(Sfx:Ha.. Huh.. Ha.. Huh..)
Siapa orang ini sebenarnya.
Tanpa di sadari olehku, dia sudah berada di samping tempat tidurku.
Sial.. Kenapa aku tidak bisa menyadarinya?
"Siapa sebenarnya dirimu, wahai ras manusia ?"
Hmm.. Maksudnya ?
Aku benar-benar bingung.
Kenapa dia terus-menerus memanggilku manusia?
Aku melihat dengan seksama wanita yang berada di sampingku.
Aku melirik ke Atas dan ke bawah.
Bukankah dia sendiri manusia juga?
Apakah aku harus mengatakan, bahwa diriku ini adalah makhluk yang berasal dari planet pluto.
Sebaiknya aku urungkan candaan garing itu.
"Aku seorang manusia yang cinta damai dan tidak suka menunggu. Namaku adalah...?"
Sebelum aku sempat menyelesaikan perkataanku. Dia telah memegang sebuah pedang dan meletakkan bilah pedangnya di dekat leherku.
Mampus! Pedang ini bukan pedang mainan. Ini pedang asli, dan juga aku seperti mencium bau racun yang telah menyatu dengan bilah pedangnya.
Siapa sebenarnya wanita ini ?
To.. Tolong...! Aku hanya bisa berteriak dari dalam hati.
Wajah wanita itu memang manis, tapi mata nya tidak menunjukkan dia orang yang baik.
"Jawab dengan serius ! Satu kalimat ngasal yang keluar dari mulutmu, maka kamu akan mengetahui akibatnya."
Kenapa? Kenapa dia tersenyum di saat mengatakan kalimat yang terakhir.
Sial.. Padahal aku serius menjawab. Kenapa dia bilang aku ngasal saat berbicara tadi.
Apakah dia dalam masa sensitif atau dia habis bertengkar dengan kekasih nya?
Kenapa aku malah berpikir yang aneh-aneh sekarang. Pedang yang berada di dekat leherku ini bukan mainan.
"Ehm.. Jujur saja, aku tidak mengerti dengan situasi ini. Apakah nona bisa menjelaskan kenapa saya bisa berada dalam situasi ini ?"
Tetet..Tetet..Tetet... Bendera kematian akan segara berkibar.
Aku mulai menutup mataku.
Mungkin sekarang giliranku untuk merasakan apa arti sebuah kematian.