Malam hari, Adnan tengah duduk di taman kompleks. Ia menatap danau yang dari dulu masih tetap sama. Pria itu tersenyum saat mengingat dirinya selalu duduk di taman ini, disaat dalam keadaan sedih. Saat itu pula selalu ada bidadari yang menenangkannya. Adnan menatap layar ponselnya dan menatap nomor sahabatnya. Ingin menekan nomor itu, tapi ia takut Nafeesa menolaknya. Waktu Adnan sebelum berangkat ke Korea, mereka berdebat karena ulah Ratu. Sehingga mereka lost kontak, dan tidak pernah memberikan kabar satu sama lainnya.
"Aku rindu," gumam Adnan.
Pria itu membuka galeri dan menatap foto Nafeesa bersama dirinya, dari kecil hingga mereka beranjak dewasa. Di hari kelulusan mereka juga sempat berfoto, walau mereka tengah tidak saling tegur. Tapi, demi keluarga mereka menepis rasa kesal tersebut lebih dulu. "Andai aku tidak bodoh, untuk kembali dengan gadis sialan itu. Mungkin kita sudah saling tau kabar kita satu sama lainnya.." gumam Adnan sambil menghela napasnya dengan pelan.