Langkah cepat dari keduanya mengikuti beberapa orang didepannya. Yang membawa paksa gadis itu tanpa ampun. Segerombol orang itu membawa gadis ke Kantor Polisi.
"Apa nenek itu saksi? Hanya dia yang membela gadis itu." ujar Rif'an, Indana berfikir.
"Pasti! Tapi dia tidak bisa membuktikan karna tidak bisa bicara. Tapi melihat pakaian gadis itu robek-robek saat menabrak kita tadi. Aku merasa aneh dengan itu," ucap Indana, keduanya semakin cepat melangkah.
"Bagaimana dengan menulis?" ujar Rif'an bertanya, Indana menghentikan langkah. Rif'an menoleh.
"Ih ... Kamu jenius," ucap Indana gemes lalu mengacak-acak rambut Rif'an. Saat itu ada kebahagiaan tersendiri namun juga takut, takut jika Indana tau kalau rambutnya akan habis, Indana tidak sadar saat ia melakukan itu rambut Rif'an berjatuhan karna rontok. Tangan Rif'an bergemetar hebat saat penyakit yang diidapnya kambuh.