Chereads / Sahabatku Cintaku / Chapter 10 - Ruang Makan

Chapter 10 - Ruang Makan

Kedua Insan itu masih berada di ruang makan.

"Bagaimana kalau kamu cari tahu siapa teman ayah kamu itu, nanti aku akan menyuruh seseorang untuk menyelidiki kesehariannya dan kelakuannya yang bagaimana. Apa kira-kira menurut kamu dia yang berada di balik masalah ini filing kamu bagaimana?"

"Pak Bos, aku sudah lama tidak bertemu dengan Om itu, aku hanya sering di chat oleh anaknya. Kalau Pak Bos ingin aku mendekati anaknya. Oke aku akan mendekatinya hanya untuk mengorek informasi kan? Jujur aku sangat takut karena dia itu sering melecehkan perempuan gitu loh ... ya ... karenakan punya harta yang banyak jadi ... Perempuan yang mau memberikan tubuhnya karena dibayar itu juga banyak. Kalau aku siap menyelidiki apa Pak Bos akan akan berjanji melindungi ku? Menjamin kesucian ku? Hanya itu saja yang penting, aku nggak muluk-muluk Pak Bos," jelas Tania, Rifa'i memandangnya sejenak kemudian dia manggut-manggut dan berfikir.

"Kamu tahu sendiri aku ini sangat sibuk, tapi aku bisa menyuruh seseorang untuk menjaga kamu hingga kamu aman dan tetap terjaga.

"Pak Bos Janji bisa menjamin? Kalau begitu aku akan maju satu langkah besok. Jika terjadi apa-apa apa Pak Bos mau bertanggung jawab. Harapanku hanya Pak Bos saat ini, karena kan aku tidak punya siapa-siapa lagi, apalagi keadaan ibu aku seperti itu," ujar Tania menatap nanar ke Rifa'i. Rifa'i juga memandangnya sejenak, kemudian dia mengalihkan wajah.

"Jika terjadi sesuatu yang fatal aku akan menikahimu," ucapan Rifa'i sangat enteng begitu mengejutkan bagi Tania.

"Apa Pak Bos sangat yakin? Aku tidak mau dinikahi tanpa cinta dari Pak Bos. Ah sudah ah. Jangan bahas itu, aku akan berusaha menjaga diriku sendiri, tapi ada sesuatu yang harus Pak Bos tahu," ucapan Tania membuat Rifa'i memandangnya.

"Apa yang perlu aku tahu?" tanya Rifa'i.

"Jadi Pak Bos kira-kira Ingat nggak. Kemarin ada berita 3 hari yang lalu mungkin, ada gadis yang meninggal di sebuah PT perusahaan GFT?"

"Oh iya. Aku ingat, kenapa?"

"Perusahaan itu kan juga salah satu milik temannya Ayah itu. Dan gadis yang meninggal kemarin itu sangat cantik loh ... kalau lihat foto Sebelumnya dia meninggal. Aku curiganya sih dia dilecehkan terus dia dibunuh, untuk menghilangkan jejak itu kan lidahnya dipotong. Jasad Gadis itu sih dibuang di sungai tapi ada salah satu karyawan yang melihat kejadian itu, lalu si culun membayarnya dan mengancamnya. Jadi tetap diam deh si karyawan. Tapi kemarin ada temen aku yang surupan. Dia kesurupan seperti memanggil nama gadis yang meninggal itu, tapi terus sama si culun di sekap kayaknya ... Masalahnya aku tidak tahu dimana si culun menyekap teman aku itu. Pak Bos apa kira-kira Zahra bisa melihat kejadian itu?" tanya Tania, jari-jari Rifa'i mengetuk meja.

"Sebenarnya aku tidak ingin melibatkan Zahra dalam masalah apapun, tapi ... jika ini demi orang tuanya maka kita harus melakukannya. Karena kejujuran itu harus dilaksanakan, sesuatu yang salah itu harus dibenarkan, agar Indonesia bisa sukses tanpa orang-orang koruptor seperti mereka," ucapan Rifa'i sangat tegas membuat Tania tersinggung.

"Pak Bos ... jangan seperti itu dong. Ayahku juga koruptor aku merasa malu rasanya," pengakuan Tania dengan menutup wajahnya.

"Kamu berbeda dengan Ayahmu ... Tania, aku selalu sama kamu karena kamu mau memperjuangkan apa yang salah dan apa yang benar," ucapan dari Rifa'i membuat Tania tenang.

"Terima kasih Pak Bos sudah mau percaya kepadaku," ujar Tania pelan.

"Oke, besok kita akan mengajak Zahra ke tempat kejadian perkara, siapa tahu menemukan bukti,"

"Masya Allah Pak Bos. Pak Bos lupa jika mau memeriksakan itu ... emmm Zahra kan rambutnya rontok-rontok?" ujar Tania setelah mengingat Fa'i menepuk dahi.

"Ya Allah ... aku lupa ini tadi, seharusnya kita langsung pergi ke Rumah sakit, tapi kenapa bodoh aku ini ya," Rifa'i menyesal tidak mengingat tugasnya sebagai seorang ayah yang belum becus menjaga anaknya.

"Gini saja Pak Bos, besok aku akan menghubungi si culun berusaha mendekatinya atau apalah-apalah, nanti Pak bos suruh seseorang untuk menjagaku dari kejauhan," ucapan Tania membuat Rifa'i tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa Pak Bos tertawa seperti itu? Apa ada yang salah dari ucapanku?" tanya polos dari Tania, Rifa'i masih tertawa tidak henti Tania bingung dan merasa aneh.

"Hehehe, Oke ... baiklah, besok aku akan menyuruh dua orang untuk mengawasi mu dari kejauhan. Agar kamu tetap aman dan terkendali. Kamu harus bisa jaga diri. Aku akan suruh seseorang untuk menemani Ibu kamu. Dengar. Tania orang kaya bertahta banyak yang melakukan kejahatan diluar kendali. Semakin mereka berbuat kejahatan besar, mereka menambah kejahatan itu untuk menutupi kejahatan yang lain. Jadi jika terjadi apapun berilah kode ke orang suruhanku, untuk segera menyelamatkanmu. Dengar ini bukanlah perhatianku. Namun karena kita dalam misi aku harus tetap bisa menjaga kamu. Karena kita adalah rekan kerja sama. Jadi ... jangan kepedean," ceplosan Rifa'i membuat Tania menahan tertawa, Rifa'i menatapnya.

" Apanya yang lucu sampai senyum-senyum seperti itu diam! Tutup mulutmu. Jangan tersenyum seperti itu, aku tidak akan menggajimu," ujar Rifa'i bergegas pergi dari ruang makan sambil menyalahkan diri sendiri.

'Bodohnya kamu ... kenapa kamu mengatakan itu, sedang dia biasa saja. Gara-gara ucapanmu Fa'i nanti bisa membuat dia berpikiran macam-macam, Ayolah Fa'i kendalikan dirimu,' isi dalam hati pria single ini.

'Kenapa berbicara dengannya aku merasa nyaman, sampai jam 3 malam aku masih tetap ingin berbicara dengannya. Tania sadar diri ... kamu itu hanya pegawai, jangan sampai kamu memiliki rasa sama si Pak bos jutek itu. Tania redamkan pikiranmu tentang dia dia ... Dia kan sudah menjelaskan kalau dia perhatian karena sama-sama dalam misi. Hah ... kira-kira kalau aku sampai jatuh cinta sama Pak Bos bagaimana ... Ya Allah bantu aku agar hilang perasaanku kepadanya. Karena benar. Rasanya ... aku sudah merasakan nyaman dan aku senang berbicara dengan dia. Sudah Tania ... jangan bahas dia lagi di dalam hatimu dan pikiranmu. Oke ... mari kita atur misi agar si culun masuk dalam jebakan. Siapa tahu jika aku menemukan bukti aku tahu kalau Ayahku bukan pembunuh hanya seorang koruptor. Tapi bagaimana jika buktinya membenarkan jika Ayahku adalah seorang pembunuh. Aku pasti sangat kecewa ... Apapun yang sudah dilakukan Ayahku aku tidak boleh dendam kepadanya, karena dia juga Ayahku, aku darah dagingnya ... dan jika benar kalau Ayahku sudah membayar orang untuk membunuh orang tua Zahra. Apakah Zahra akan bisa memaafkanku. Semoga saja Gadis itu tidak akan marah karena aku sangat menyayanginya,' gumam Tania masih duduk di tempat makan. Dia menidurkan kepalanya di atas meja. Dia terlelap.

Bersambung.