Di sana terlihat wanita hamil besar, tengah menanti sang suami yang menyelamatkan wanita tenggelam. Wanita yang gelisah dan terus berdoa.
"MasyaAllah Kak Rif'an ..." Dialah Indana yang sedang memanggil nama sang suami. Indana berlari dan menolongnya, para warga membawa Ibu yang tenggelam.
"Heh ... ya Allah ... seperti mengembara cinta dan mengejar cinta, dan akhirnya bisa didapatkan, aku berjuang, MasyaAllah, huh ... Ya Allah ... lautan begitu menakutkan," ucap Rif'an lemas ketika sampai di tepi danau.
Dana mengumbar senyum walau air matanya berlinang, ia mengecup tangan Rif'an dan tersedu-sedu dan memeluknya. "Heks, kok lama banget, aku cemas tau, apa lagi dedek bayinya," jelas Dana dengan perasaan campur aduk, lalu mententuhkan tangan suami ke perut buncitnya.
"Bagaimana lagi, tenyata tadi kapalnya terbalik, jadi ... heh ... ya begini," napas Rif'an masih belum seimbang.
"Alhamdulillah ... Ya Allah, terima kasih. Akhirnya ... aku sangat cemas, jantunggku, coba kau rasakan, dag, dig, dug ser ... hampir satu jam lo, terima kasih ya Allah," ujar Dana, Rif'an tersenyum.
"Apa kamu takut? Apa sangat takut?" tanya Rif'an, Indana memukulnya lalu memeluk. "Kenapa sayang ... kan aku sudah di sini, jangan lagi menangis dong, Baby ayah baik-baik saja," Rif'an menghapus air matanya.
"Jelas saja aku takut bagaimana kalau ratu lautan menginginkan suamiku yang unik ini."
"Yang unik atau yang ganteng?" sahut Rif'an bertanya.
"Kata siapa ganteng, ya jelas tampan mempesona lah. Dan bagaimana kalau ratu lautan menahanmu, bagaimana nasib anakku, heks, heks est ..." Dana terus bicara dan terhenti ketika Rif'an memandangnya dengan penuh cinta, perasaan istimewa menyelimuti hati keduanya.
keduanya berjalan ke tenda. Tiada ungkapan kata saling menatap pun sudah mengartikan segalanya. Jodoh telah di kirimkan Allah untuk menentram jiwa, penghibur lara dan ada di saat apapun.
Apa akan jadi kemesraan, "Hek, hek," Indana menuntup bibirnya dan berlari ke toilet, dia mual.
"Yah," Rif'an kesal namun ia tertawa, Indana kembali dengan tak karuan, wajah lesu dan tubuh yang lemas, ia langsung berbaring di kasur pantai. Rif'an memijat kakinya. Indana menolak tanpa berkata, ia menarik kakinya. Rif'an ikut berbaring di sampingnya, tiduran miring menyangga kepalanya.
"Kak Rif, ngaji dong," suruh Indana, yang tiba-tiba datang kesemangatan.
"Baik. Ada berapa surat di Al-Qur'an yang bisa di tirakatkan untuk iman islam anak kita?" Rif'an ikut duduk, mereka saling berfikir lalu tersenyum.
"Surat Mariam, Kahfi, Yusuf, Yasin, Arrahman, Waqi'ah, Sajjaddah, Almulk, Luqman, itu udah sembilan surat 'kan?" tanya Indana yang kembali menghitung dengan jarinya.
"Luqman yang ayatnya ada Yabunayya Lha tusriq billah. ketika membaca ayat itu sambil memegang perut mu dan melotot karna menasehati anak kita agar tidak musrik, iya 'kan?" Ingatan Rif'an sangat tajam, Indana terpesona lalu memberi kecupan di pipi Rif'an dengan sangat cepat.
"Waw kilat menyambar, lagi ...." ceplos Rif'an, mereka tertawa. "Aku ingin ..." lanjutnya menggoda, Indana tersenyum lalu memencet hidung suaminya. Adegan romantis sudah mulai panas, menambah bumbu di antara keduanya.
"Tunggu!" Indana mencegah suaminya yang sudah tak tahan dan mulai mencegah tangan Rif'an, memegang dengan erat.
"Aku belum ingin melepaskan ini, kalau di lepaskan kesana-kemari, walau ini tempat umum, ini sudah sepi," ujarnya sengaja menggoda istrinya.
"Apa? Jangan keterlaluan! Malu sama yang Maha mengawasi. "
"Tadi kak Rif'an belum setuju untuk membaca Surat-surat AlQur'an yang aku bilang, bagaimana? Maukan? Demi ... Anak kita," jelas Indana, yang menuntut Rif'an yang masih basah, untuk membaca Al-Qur'an dan surat khusus untuk bayi dalam kandungan.
Indana berharap Rif'an tak keberatan, wajahnya menunggu sambil melipat bibirnya kedalam dan tatapan penuh harapan.
"Masya Allah, iya, iya sayangku .... apasih yang tidak kulakukan untuk menanamkan lafadz Allah untuk anak kita, dan juga untuk menambah iman islam kita, ya pasti akan ku lakukan. Setelah isya' 5 surat. Dan setelah subuh 5 surat dalam satu hari selama anak kita lahir, setuju kan? Aku akan berusaha istiqomah demi calon buah hati kita, kamu juga jangan ngehalu terus berdzikir agar mudah dan selamat samapai nanti persalinan, Ya Allah ... semoga rasa sakit saat melahirkan aku yang merasakannya, jangan Engkau adakan rasa sakit untuknya," jawaban Rif'an sangat melegakan hati Indana, tatapan aneh mulai terpancar dari bola matanya, Indana tersenyum.
"Aamiiin, Aku bahagia, terima kasih banyak ... pokoknya tanda cinta ini hanya untukmu, muahc suara saja ya, malu ini tempat umum," ujar Dana manja, Rif'an tertawa.
Mereka saling diam sejenak menikmati es kelapa muda.
"Kamu tidak tau, karna kamu tadi menyelamatkan, aku sangat takut, sangat ... takut, aku belum siap untuk kehilangan, Kak jikalau kita dipisahkan, aku benar-benar meminta supaya aku dulu yang diambil nyawanya," ucapan Indana dari isi hatinya yang terdalam dan sangat sahdu.
"Siapapun yang lebih dulu harus saling iklas melepas, karna sejatinya kita memang milikNya dan akan kembali padaNya," ujar Rif'an membelai kepala Dana. Rif'an tertawa sebentar dengan menepuk paha istrinya yang tertutup celana komprang.
"Apanya yang lucu?" Indana kesal Rif'an tertawa tanpa alasan. Rif'an menarik tangannya.
"Aku sangat bersyukur dapat memilikimu, sangat, kebahagiaan ini adalah bersama orang yang mencintai dan dicintai, Dana ... bersyukurlah untuk kesalahan yang pernah kita buat. Itu akan menjadikan sebuah pelajaran yang berharga, Dana lihat tukang parkir yang tidak sempurna itu," tunjuk Rif'an, Indana mengelus perutnya dan merasa iba.
"Kita harus ingat, disaat kita lelah dan mengeluh tentang pekerjaan. Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang seperti mereka, yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita. Kesehatan yang perlu kita syukuri.
Siapa yang tidak bersyukur dengan yang sudah didapat walau sedikit, pasti tetap tidak akan bersyukur dengan apa yang didapat walau banyak, begitulah namanya serakah," jelas Rif'an, Indana fokus ke tukang parkir itu.
"Hai ayo solat dulu," ajak Rif'an, Indana dan dia bergegas masuk ke Musula yang di sediakan.
'Ya Allah ... bersyukur adalah cara terbaik agar merasa cukup dan tidak kekurangan dengan apa yang sudah didapat, bahkan ketika berkekurangan. Jangan berharap lebih sebelum berusaha lebih. Bersyukur itu jauh lebih mulia daripada mengeluh tanpa rasa senang sedikitpun. Dengan bersyukur juga dapat membebaskan diri dari belenggu kecemasan yang dibuat oleh diri sendiri. Ya Allah saat ini yang paling aku syukuri adalah hidup dengannya. Aku sangat bahagia, setiap rumah tangga pasti ada kesulitannya masing-masing. Setiap rumah tangga juga pasti bermasalah, namun semua harus berpikiran dingin, aku sering salah faham dan mudah marah. Rumah tangga tidak hanya dijalani dengan cinta, tapi juga akal sehat, aku sering berpikiran negatif. Kebahagiaan rumah tangga harus selalu diperjuangkan. Terima kasih sahabatku juga suamiku,' batin Dana memperhatikan Rif'an.
"Tatapanmu jelas terpana, haha tidak bisa membayangkan kalau aku benar ditahan ratu laut, hahaha," Rif'an tertawa puas saat ingat istrinya berhalu.
Mereka whudlu lalu melaksanakan solat berjamaah.
Bersambung.