Drrt... drrt... drrt....
Tiba-tiba terdengar suara ponsel yang bergetar, Ariela segera mencari benda pipih itu di dalam tasnya. Saat di menyalakan layarnya, ada pesan masuk dari nomer tak di kenal. Dari siapa? Pikirnya.
(Hai... Ariela, maaf kan aku soal tadi, ya? Ini aku Riujin.)
Wajah Ariela seketika memanas setelah membaca pesan itu.
"Kak... ada apa? Siapa yang baru saja mengiri mu pesan?" Tanya Amera.
Sejenak Ariela jadi gelagapan. "Teman kantor," jawabnya asal kemudian.
"Oooh...." Amera sepertinya mempercayainya. "Oh... iya kak, aku belum cerita, ya? Kak Riujin ternyata sudah ada di kota ini loh... eh... tapi aku malah mau ke kota J." Ujar Amera kemudian.
"Oh... ya," kata Amera berusaha ikut senang.
"Iya, kak... dan besok sebelum aku berangkat ke kota J, kami janjian untuk bertemu." Amera tampak senang dan berbunga-bunga. "Sebaiknya, aku ungkapkan perasaan ku? Atau menunggu kak Riujin saja yang mengungkapkannya pada ku, ya, kak?" Tanya Amera.
