"Siapa yang terakhir Tuan Raja?" tanya Demit Begog terlihat begitu lega setelah lumayan lama dia mendengar penjelasan dari junjungannya itu.
"Si Gundul atau biasa dinamakan setan gundul dan biasanya makhluk ini berwujud sebagai anak kecil dengan usia kisaran empat tahunan, memiliki kepala plontos dan selalu telanjang dada, memedi ini bilamana diminta maka dia bisa mendatangkan harta dan benda berharga hasil curian. Nah Demit Begog ... itulah beberapa makhluk halus yang telah aku masukkan ke dalam tubuh Sanjaya saat ini, dan aku pastikan semuanya itu akan mempengaruhi Sanjaya sehingga dia akan melakukan semua perbuatan yang memang sudah menjadi kebiasaannya, hahaha ... hahaha ... hahaha ...!" tawa Raja iblis setelah menyudahi ceramahnya itu.
Nampak Demit Begog hanya diam tertegun tidak mengucapkan sepatah katapun, sepertinya tetua Danyang Perguruan Padangkarautan itu cukup syok begitu mengetahui tentang siapa Sabrang itu dan juga seperti apa kekuatan yang dimilikinya.
"Bagaimana Demit Begog, sekarang apa rencanamu setelah mengetahui siapa pemuda yang berada di daerah tugasmu itu?" tanya Raja iblis.
"E, e ... anu Tuan Raja sepertinya aku akan memilih diam menyaksikan saja tingkah polah pemuda itu, karena menentang dia sama halnya membuang-buang energi saja," jawab Demit Begog, namun jauh didalam lubuk hati sebenarnya tetua Dedemit itu merasa kurang yakin dengan jawabannya itu.
"Yah ... itu akan lebih baik," sahut Raja iblis membenarkan.
"Tapi ... tapi Tuan Raja ... eh ..." kembali Demit Begog menunjukkan ketidakyakinannya itu.
"Apalagi Begog ...? Sudahlah pergi sana, pilihanmu tadi itu sudah tepat, namun kalau kau mau mencoba cara lain ya terserah ... silahkan saja, dan kalau ada apa-apa maka kamu tanggung sendiri."
"Baiklah Tuan Raja, hamba mengerti dengan apa yang Tuan maksud, dan kalau begitu sekarang hamba mohon pamit dulu."
"Yah, silahkan cepat pergi," balas Raja iblis sambil menatap wajah anak buahnya itu.
Lalu setelah itu sekejap kemudian tibalah Demit Begog ke tempatnya semula yaitu Perguruan Padangkarautan, yang dimana ke empat temannya Bulgur, Baong, dan Bendo nampak sudah menunggu kedatangannya, namun tidak bisa ditutupi bahwa kegalauan memang nampak sedang menyelimuti perasaan Demit Begog, karena memang dia tahu bahwa para teman-temannya itu pasti tidak puas dengan apa yang telah didapatkannya dari junjungan mereka yaitu Raja iblis, karena Begog juga sudah paham bahwa ketiga kawannya itu memang mengharapkan untuk membunuh atau mengusir Bojapradata dari Perguruan Padangkarautan.
"Gimana Gog? Apa kata Tuan Raja iblis?" tanya Bulgur mewakili dua temannya yang lain.
"Eh ... jadi begini ..." mulailah tetua Dedemit itu bercerita, dan sudah bisa ditebak bahwa protes keras akan datang dari para teman-temannya.
"Begog ... kenapa kau pasrah dengan keputusan Tuan Raja iblis? Kenapa kau tidak memprotesnya ...?"
"Apanya yang harus diprotes Bulgur ...? Kan Tuan Raja iblis sudah mempersilahkan, kalau memang ada yang menghendaki ribut dengan Santana ya terserah, tapi ya itu tadi kalau sampai terjadi apa-apa ya tanggung sendiri resikonya ..." terang Demit Begog.
"Ya sudah kalau begitu aku akan tetap melawan pemuda itu perkara kamu, kamu dan kau terserah!" tegas Bulgur dengan menunjuk satu-persatu tiga temannya.
Lalu sesuai berkata-kata begitu Demit Bulgur pun langsung bermaksud masuk ke dunia nyata (alam manusia) untuk menemui Sabrang atau Sanjaya, dan adapun ketiga temannya yang lain rupanya tidak tega juga melihat temannya itu berangkat sendiri, dan akhirnya pun langsung ikut menyusul.
Sementara itu disaat yang sama juga rupanya Perguruan Padangkarautan waktu sudah mulai merambat petang, di sana Sabrang terlihat sedang bercakap-cakap dengan Dewa Ndaru.
"Baiklah Tuan Sabrang kalau begitu besok pagi akan mendatangi ke kampung-kampung untuk mencari gadis-gadis untuk aku ambil sebagai istri," ujar Dewa Ndaru.
"Hahaha ... hahaha ... kenapa kau masih memikirkan istri Dewa Ndaru? Bikin repot saja, cari saja wanita yang cantik yang sudah jadi incaranmu, lalu ambil .. nikmati .. sesudah itu terus buang, beres, terus besok cari lagi," ujar Sabrang dengan entengnya dan tak punya hati nurani karena terkuasai iblis di dalam dirinya.
"Begitu ya? Mmm ... baiklah Tuan Sabrang, akan aku turuti kata-kata Tuan, besok juga aku akan pergi mengambil gadis yang memang sangat aku kagumi, kebetulan dia itu anak saudaraku sendiri," ujar Dewa Ndaru yang langsung disahuti Sabrang.
"Anak saudaramu?"
"Benar Tuan Boja, dia masih keponakanku sendiri."
"Bagus! Bagus sekali, itu baru namanya Pendekar aliran ilmu hitam, benar-benar nyata kehitaman dan kesesatannya, hahaha ... hahaha ...!" tawa Sabrang nampak merasa senang dengan penuturan anak buahnya itu.
"Tapi Tuan Sab, ngomong-ngomong apakah Tuan sendiri tidak ingin mencari perempuan untuk dijadikan istri?" tiba-tiba saja Dewa Ndaru memberanikan diri bertanya tentang hal itu pada junjungannya itu.
"Kamu gak perlu bertanya tentang hal itu kepadaku Dewa Ndaru, karena aku sudah memiliki cara sendiri untuk memenuhi hasratku, tentang siapa orangnya dan bagaimana caranya kamu tidak akan pernah bisa tahu, karena seleraku dan seleramu tidaklah sama."
Selagi mereka berdua masih ngobrol ke sana kemari tiba-tiba saja angin berhembus dengan tidak wajar, tidak begitu kencang namun terasa tidak enak, karena diiringi dengan bau busuk, dan lama semakin lama bau itu malah semakin tajam menusuk hidung, sejenak Sabrang nampak terdiam dan kemudian memejamkan kedua matanya, lalu tiba-tiba pemuda itu berkata.
"Sepertinya akan ada tamu yang tidak kita undang Ndaru."
"Ada tamu? Siapakah tamu itu Tuan Boja?"
"Kamu akan tahu sendiri siapa mereka," balas Sabrang, Sesaat kemudian nampak kedua orang itu saling terdiam, baik Sabrang maupun Dewa Ndaru terlihat memejamkan dua matanya masing-masing, rupanya mereka berdua sama-sama mengetrapkan ilmu Ngrogosukmo (Pelepasan Sukma). Dan memang tidak lama setelah itu Sukma keduanya pun telah sama-sama masuk ke alam gaib dan langsung bertemu dengan gerombolan Demit penunggu lembah Padang karautan itu.
"Bagus kalau kalian berdua telah masuk ke alam gaib, kita jadi tidak perlu lagi repot-repot datang ke alam nyatamu," ujar Demit Begog memulai pembicaraannya.
"Heh Dewa Ndaru! Aku tidak senang ada pendatang baru yang berani berbuat onar di sini, kenapa kau terlihat malah bersahabat dengannya?" tanya Bulgur.
"Aku rasa aku tidak perlu lagi repot-repot menjawabnya Bulgur, sebab itu semua sudah dijelaskan oleh Pemimpinmu Demit Begog," jawab Dewa Ndaru yang rupanya sudah mendapatkan bisikan dari Sabrang, dan itu otomatis membuat para dedemit itupun merasa heran.
Bersambung ...