Dua hari berlalu, Sandi dan ketiga temannya sudah kembali seperti biasa. Mereka sudah mulai bercanda gurau bersama lagi. Seperti tidak ada yang terjadi diantara mereka sama sekali. Meskipun begitu, tapi Sandi masih tetap tidak mau meminjam ponsel Lian karena tidak mau melihat hal yang sama seperti tempo hari. Sandi jelas masih trauma dengan apa yang ia lihat diponsel Lian itu.
Saat ini keempat sekawan itu sedang berjalan di koridor sekolah menuju kantin karena perut mereka sudah meronta untuk diisi setelah berjam-jam duduk di kelas sambil berfikir dan menyimak pelajaran yang diberikan oleh guru pada mereka. Tak sedikit yang menyapa mereka satu-persatu saat berjalan di koridor. Ada juga yang hanya menatap mereka penuh dengan ketertarikan dan kekaguman karena tampang mereka yang luar biasa meskipun Gilang tak memiliki wajah tampan, tapi ia cukup manis untuk dilihat. Tapi, terkadang lelaki itu iri dengan ketiga temannya yang selalu mendapatkan sesuatu dari beberapa siswa yang menyukai mereka, meskipun mereka selalu memakannya bersama.
"eemm maaf" kata seorang gadis yang menghentikan langkah keempat lelaki itu.
"iya" kata Lian yang menyahuti terlebih dahulu.
"aku membuat ini untuk kak Gilang" kata gadis itu sambil malu-malu sedangkan Aldi dan Lian sudah berteriak dan menyenggol-nyenggol tubuh Gilang sedangkan Sandi hanya diam menatap Gilang.
"akhirnya woy" kata Aldi. Gilang hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia maju selangkah dan menerima bingkisan yang disodorkan gadis itu.
"terima kasih" kata Gilang dengan senyumnya
"Mela" Gilang juga menyebut nama gadis itu setelah membaca nametag yang ada dikanan seragam gadis itu. Mela yang mendengar Gilang menyebut namanya itupun mendongak dan menatap Gilang yang tersenyum.
"oh oh aku harus pergi" kata Mela agak malu-malu. Hal itu membuat ketiga teman Gilang tertawa tertahan sambil menatap satu sama lain.
Mereka kembali berjalan menuju kantin yang sudah dekat.
"aku yang akan mengambil makanan dengan Gilang…kalian duduklah" kata Aldi yang menyuruh Sandi dan Lian untuk mencari tempat duduk. Kedua lelaki yang disuruh itu hanya menganggukkan kepalanya dan pergi mencari tempat duduk. Tak lupa Lian membawa hadiah yang didapat Gilang tadi.
"kenapa kau mengajakku mengambil makanan?" tanya Gilang yang merasa heran karena biasanya lelaki tampan itu akan mengajak Lian untuk mengambil makanan mereka.
"tidak ada" jawab Aldi.
"kau marahan dengan Lian ya?"
"bodoh! mana mungkin…kau tidak lihat aku dan dia masih seperti biasa"
"oh ya juga…lalu?"
"tidak ada apa-apa…hanya ingin membiarkan Lian dengan Sandi karena aku merasa mereka masih sedikit canggung satu sama lain"
"benarkah? aku rasa tidak"
"lihatlah itu" Aldi mengarahkan kepala Gilang dimana Sandi dan Lian duduk menunggu mereka. Dapat keduanya lihat jika Sandi dan Lian hanya diam dengan ponsel masing-masing. Hal itu membuat Gilang bergumam sambil menggelengkan kepalanya.
"kau benar"
Aldi hanya bergumam sebagai tanggapan dari apa yang Gilang katakan.
Kembali mereka mengantri makanan yang lumayan panjang. Beruntung sekolah mereka pengertian dan membarikan istirahat selama satu jam penuh.
♠
Setelah Lian dan Sandi mendapat tempat duduk, kedua lelaki itu malah main ponsel masing-masing tanpa melakukan obrolan. Meskipun mereka sudah tidak ada kesalahpahaman namun mereka masih terlihat agak canggung satu sama lain. Lian tidak tahu harus melakukan apa dan ia hanya bisa membaca komik di ponselnya. Sandi tiba-tiba merasa bosan menunggu makanan mereka datang. Ia meletakkan ponselnya diatas meja dan melihat kotak hadiah yang didapatkan Gilang tadi.
"apa kau tidak penasaran isinya?" tanya Sandi begitu saja tanpa tahu jika Lian sedang membaca komik.
"aku tidak akan menunjukkannya padamu dan membuatmu marah lagi" jawab Lian dan hal itu membuat lelaki imut itu merasa heran dan melihat kearah Lian. Ketika Sandi melihat Lian yang fokus dengan ponselnya membuat lelaki imut itu menendang kaki Lian yang ada dibawah meja hingga membuat Lian berteriak kesakitan.
"sakit ya?" tanya Jinhwan.
"kenapa kau menendang kakiku, San?" tanya Lian dengan muka yang menahan sakit sambil merengek.
"salahmu sendiri…aku bertanya tentang kotak hadiah Gilang bukan yang kau lihat" sungut Sandi.
"oh kotak ini hehehe..maaf!" cengir Lian sambil memegang kotak yang ada didepannya "…apa kita buka saja?" tanya lelaki cantik itu kemudian. Sandi melihat Lian sambil berfikir dan detik kemudian ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Lian pun ikut tersenyum dan menggeser kotak itu ketengah meja. Kedua lelaki itu siap untuk membukanya.
"apa yang kalian lakukan?" tanya Gilang yang baru saja datang dengan makanan diatas nampan yang ia pegang. Kedua lelaki yang memiliki rencana membuka kotak itupun menjadi mereka urungkan dan melihat kearah Gilang dan Aldi. Keduanya tersenyum dan menjauhkan tangannya dari kotak yang saat ini sudah ada ditengah-tengah meja.
"ini makananmu" kata Aldi sambil memberikan makanan milik Lian.
"terima kasih" jawab Lian dengan tersenyum. Begitu juga dengan Gilang yang memberikan makanan milik Sandi ke lelaki imut itu. Sandi hanya tersenyum kepada Gilang. Sebenarnya Gilang agak curiga dengan kedua lelaki yang memiliki wajah imut dan cantik itu. Ia lalu menyingkirkan kotak hadiah miliknya menjadi didepannya.
Sandi dan Lian masih melihat kotak tersebut seakan mereka masih penasaran dengan isi kotak tersebut.
"kalian berdua kenapa?" tanya Aldi yang melihat keduanya dengan heran.
"kami penasaran dengan isi kotaknya" jawab Lian sambil tersenyum.
"tidak akan kubuka" sahut Gilang begitu saja.
"dasar pelit" kata Sandi.
"he'em padahal kita biasanya memberitahu dia dan memakannya bersama" tambah Lian.
"ini pertama kalinya aku dapat jadi biarkan aku menikmatinya sendiri"
"dasar, memang kau pelit" Sandi menjauh dari Gilang dan mulai memakan makan siangnya. Begitu juga dengan Lian yang tidak mau menatap Gilang lagi. Hal itu membuat Aldi tidak bisa mengatakan apapun dan hanya bisa diam sambil menyantap makanannya.
♠
Pulang sekolah telah tiba. Semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya termasuk empat sekawan.
"oh San" panggil Rey yang menunggu Sandi turun dari lantai dua kelasnya.
"iya" kata Sandi sambil menghampiri Rey.
"maafkan aku…hari ini ada kerja kelompok jadi aku tidak bisa pulang bersamamu" kata Rey agak menyesal dengan itu.
"oh tidak apa-apa" jawab Sandi.
"tidak apa Rey…lagian kita mau pergi ke café kok" tambah Lian.
"terima kasih…aku pergi dulu" Rey tersenyum dan tak lupa mengacak rambut Sandi sebelum lelaki tampan itu pergi terlebih dahulu.
Setelah Rey pergi keempat lelaki itu kembali berjalan menuju parkiran sekolah.
"yah gagal deh ngerjain Rey" kata Lian agak bersedih. Sandi tidak menanggapinya. Entah kenapa ia merasa sesuatu yang tidak enak menyeruak dalam dirinya.
tbc