Sandi yang sudah memasuki rumahnya itupun langsung berjalan kelantai dua dimana kamarnya berada dengan lesu atau wajah yang tampak muram. Beruntung rumahnya masih sepi di sore hari seperti ini. Jika kalian bertanya dimana orang tua Sandi jawabannya keduanya masih berada diluar dan mungkin akan pulang saat makan malam tiba jadi Sandi tidak perlu repot-repot untuk memberikan sebuah alasan kepada ibunya tentang wajahnya yang tampak muram.
Sampai didalam kamar, lelaki mungil itu langsung merebahkan dirinya diatas kasur king size miliknya dengan tas yang dibiarkan begitu saja tergeletak dilantai. Ia seperti itu karena masih memikirkan tentang apa yang ia lihat tadi saat Gilang mengantarkannya pulang tadi. Sandi benar-benar yakin jika motor dan helm yang dikenakan oleh orang yang ia lihat tadi itu adalah Rey dan Sandi tidak mungkin salah mengenalinya karena lekaki imut itu sudah sangat hafal dengan kendaraan dan apa yang dipakai oleh lelaki tampan itu saat pergi ke sekolah setiap harinya karena mereka selalu berangkat bersama. Tapi, gadis berambut panjang yang dibonceng Rey tadi tidak pernah Sandi lihat sebelumnya.
"hah" Sandi menghela nafas kasar ketika tidak bisa melupakan apa yang ia lihat tadi. Jujur sampai sekarang Sandi tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan saat ini kepada Rey karena ada satu sisi ia merasa tidak suka jika Rey terlihat dengan seorang gadis seperti tadi dan disatu sisi, ia merasa senang ketika Rey berada disampingnya.
❦
Rey menghentikan motornya didepan sebuah rumah yang tampak mewah dengan pagar besi warna hitam yang tinggi. Kemudian gadis yang ia bonceng itupun turun dari atas motornya.
"terima kasih Rey" kata Tania, gadis yang tadi Rey antar pulang.
"iya Tan, aku pulang dulu ya!" Rey langsung berpamitan begitu saja kepada Tania tanpa menunggu gadis cantik itu masuk kedalam rumahnya.
Tania yang masih berdiri ditempatnya itupun hanya diam sambil melihat Rey pergi menjauh dari rumahnya. Gadis cantik itu menghela nafasnya sambil berjalan masuk kedalam rumah dengan ekspresi wajah yang ditekuk. Meskipun ada perasaan sedikit senang dalam dirinya, tapi tetap saja Rey masih cuek terhadapnya.
Setelah memasuki rumahnya, gadis cantik itu langsung pergi kelantai dua dimana kamarnya berada karena rumahnya masih tampak sepi dan hanya ada beberapa maid yang menyambutnya sedangkan orang tuanya masih dikantor masing-masing.
Sampai di kamarnya, Tania langsung merebahkan diri diatas kasur king size miliknya.
"hah!" gadis cantik itu lagi-lagu menghela nafas.
"apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada dirinya sendiri ketika ia tidak tahu harus melakukan apa untuk membuat Rey melihatnya.
Saat sedang asyik memikirkan sesuatu, ponsel Tania tiba-tiba berdering dan membuat siempunya ponsel berjengit kaget. Dengan berdecak kasar gadis cantik itu mengambil ponselnya dan melihat siapa pelaku yang membuatnya berjengit kaget. Ketika melihat siapa yang memanggilnya itupun membuat Tania memutar bola matanya malas sambil mengangkat telfon tersebut.
"apa?" tanyanya dengan nada sedikit ketus.
'aish jangan galak-gakak begitu dong...aku kan hanya mau tanya!" kata seorang gadis diseberang telfon sana.
"tanya apa?"
'bagaimana tent-'
"jangan tanya soal itu, dia hanya mengantarku pulang dan tidak lebih" potong Tania sambil bangun dari baringnya. Seakan gadis cantik itu tahu apa yang akan ditanyakan oleh gadis yang menelfonnya itu.
'yang benar saja, dia tidak mengatakan apapun?'
"tidak Cit, dia langsung berpamitan pulang setelah aku turun dari motornya" Tania berjalan kearah lemari untuk mengambil baju ganti untuk ia pakai.
Disebrang sana, Citra hanya menghela nafas dan mengomel tidak jelas. Gadis cantik yang mendengar omelan tak jelas itupun memilih untuk meletakkan ponselnya dikasur sambil mengaktifkan speaker agar terdengar ketika ia mengganti pakaiannya. Mereka masih terlibat obrolan ringan sampai Tania bosan dan menyudahi panggilan tersebut dengan sepihak karena Tania sudah lelah mendengarkan ocehan Citra.
❦
Setelah lama mengendarai motornya, akhirnya Rey sampai di rumah. Ia tidak tahu jika rumah Tania sangat jauh dengan rumahnya dan membuatnya merasa lelah. Setelah memasukkan motornya ke garasi, lelaki tampan itu masuk kedalam rumah dan disambut oleh ibunya yang heran ketika melihat wajah anaknya yang tampak lelah. Wanita paruh baya itu hanya bisa melihat anaknya berjalan kearah lemari es dan mengambil air dari dalam lemari es dan meminumnya.
"kau kenapa sayang?" tanya ny. Key ketika Rey sudah selesai minum.
"habis mengantar teman pulang" jawab Rey "sudah ya ma, aku mau ke kamar" lanjut Rey sambil berjalan keluar dari dapur dan membiarkan ibunya melanjutkan memasak untuk makan malam keluarga kecilnya.
Sampai di kamar, Rey langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Beberapa saat kemudian, lelaki tampan itu keluar dari dalam kamar mandi dengan menggunakan celana boxer dan membiarkan tubuh atasnya telanjang begitu saja dengan handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Lalu lelaki tampan itu berjalan kearah balkon kamarnya sambil bersiul.
Sreet.
Rey menyibak korden yang masih tertutup rapat dan membuka pintu balkon. Kemudian lelaki tampan itu mengerucutkan bibirnya ketika melihat kamar disamping kamarnya yang masih tertutup rapat.
"apa dia belum pulang?" tanya Rey pada dirinya sendiri. Tapi, setelah itu ia melihat korden kamar Sandi yang dibuka dari dalam. Lelaki itu tersenyum ketika melihat Sandi yang masih berkutat dengar kordennya, namun Rey kembali memasang wajah tak mengerti ketika Sandi kembali menutup kordennya setelah mereka bertemu pandang selama beberapa saat.
❦
Sandi yang awalnya ingin pergi ke balkon kamarnya itu menjadi urung ketika dirinya membuka korden dan melihat Rey hanya memakai boxer sambil mengeringkan rambutnya. Ia langsung menutup kordennya kembali ketika matanya sempat bertemu pandang dengan Rey selama beberapa saat.
"kenapa dia tidak memakai bajunya" gumam Sandi ketika melihat perut Rey yang berbentuk. Ia merasa malu.
Sandi yang masih berdiri didepan pintu balkon kamarnya itupun terkejut ketika ponselnya yang ada diatas kasur berdering. Lelaki imut itu langsung berjalan kearah kasur dan mengambil ponselnya. Ia kembali dibuat terkejut ketika melihat nama sang penelfon.
Sandi menghela nafasnya dan mengangkat telfon itu.
"ada apa?" tanya Sandi dengan nada yang berusaha terdengar normal.
'kenapa kau menutup kordennya kembali' tanya lelaki disebrang telfon yang sudah pasti adalah Rey.
"aku tidak jadi keluar" kata Sandi sambil duduk dikasurnya.
'kenapa?'
"ya, tidak jadi saja" jawab Sandi dengan menatap sekeliling seakan-akan menghindari tatapan dari Rey. Padahal lelaki tampan itu tidak ada didepannya.
'keluarlah!' perintah Rey.
"tidak mau" jawab Sandi sambil menutup telfon tersebut. Kemudian ia memilih untuk berbaring dikasurnya sambil membayangkan perut Rey tadi.