Seminggu kemudian hari-hari ujian dimulai. Feri tidak lagi meluangkan waktu untuk Kana. Mereka sepakat untuk fokus pada urusan masing-masing.
Kembali seperti dulu, Kana diantar sekolah oleh sopirnya, sementara Feri menggunakan motornya sendirian. Keduanya bersimpangan di lampu merah, tetapi sengaja saling menghindar. Bahkan meski satu kelas saat mengerjakan soal, Feri langsung pulang tanpa menunggu Kana dijemput.
Asing, memang. Namun, Kana tahu ini yang terbaik untuk mereka.
Beberapa teman sempat bertanya kenapa tidak melihat kemesraan mereka, tetapi Kana hanya menjawab dengan senyuman. Awalnya sesak terasa di dada. Lama-lama Kana senang melihat Feri banyak mengobrol dengan teman sekelas cowoknya. Dia baru sadar selama ini Feri lebih mementingkan dirinya daripada circle lain yang dimiliki.
Cowok seperti itu sungguh langka. Sebab kebanyakan dari mereka senang nongkrong dengan teman, daripada menemani sang kekasih kemana pun.
