Hari yang ditunggu - tunggu Violet akhirnya tiba, hari ini dia menghadiri fashion show yang akan memperagakan piyama rancangannya. Violet akan di sana sebagai desainer muda berbakat. Karena keikutsertaannya dalam ikut lomba desainer di sebuah majalah, Violet mendapatkan kepercayaan untuk bekerja sama dengan sebuah brand ambasador cukup terkenal di London.
"Aku sangat gugup tau , Lau," ucap Violet. Tangannya terlihat gemetar, dia akhirnya bisa menginjak bumi setelah beberapa saat melayang.
Karya Violet sudah berlenggak lenggok di catwalk dengan media model - model milik pihak brand. Violet hanya perlu mempersiapkan dirinya saja saat nanti terakhir acara dia naik ke atas catwalk dan berjalan beriringan dengan karyanya.
Laura cukup tau apa yang sedang Violet rasakan saat ini, gugup, panik dan juga rasa senang yang sangat besar.
Violet cukup bangga dengan apa yang dia raih hari ini, setelah kesakitan yang dia terima sekarang akhirnya dia bisa kembali merasakan kesuksesannya seperti dulu. Bedanya hanya disini Violet berjuang tanpa memakai nama brand yang dia miliki sendiri di LA.
Rasa puas yang dirasakan Violet berkali-kali lipat, usahanya dengan dukungan Laura di sampingnya menghasilkan buah yang sangat luar biasa menakjubkan. Mungkin semua ini adalah hadiah Tuhan untuk dirinya karena Violet dapat melalui rasa sakit itu.
Violet menatap bangga karya-karyanya, hasilnya dalam waktu beberapa minggu sekarang terpampang di depannya. Terlihat sangat indah dipakai oleh model-model dengan tubuh yang cukup membuat Violet merasa iri dibuatnya.
"Kamu hebat!" Puji Tommy. Ceo dari brand yang sudah mengontrak Violet sebagai desainer di perusahaannya.
Violet menoleh dan tersenyum mendengar pujian dari Tommy. "Terimakasih, kalau bukan dan kepercayaan Anda tidak mungkin hasil desain saya bisa ada disini."
"Aku sudah bilang kepada kamu, umur kita tidak terpaut jauh jadi jangan terlalu formal kepadaku," Potong Tommy.
"Maaf, kadang aku lupa. Belum terbiasa," Jawab Violet tersipu.
Tommy adalah orang yang sudah membuat Violet bisa di terima sebagai desainer di perusahaan ini karena Tommy adalah satu-satunya orang yang tertarik dengan desain yang Violet buat saat itu dan mempertahankan desain sederhana milik Violet.
"Bagaimana cara kamu menyelesaikan semua target dalam waktu yang cukup singkat?" Tanya Tommy.
"Ya seperti biasanya, mengkonsep semua hal yang harus aku lakukan lalu mulai bekerja agar tidak keteteran," Jawab Violet merendah.
Karakter Violet yang sederhana membuat Tommy terpana, seorang desainer terkenal di negaranya harua memulai semuanya dari awal. Tommy sangat salut dengan Violet mengenai hal ini.
Tommy tau siapa Violet sebenarnya, pekerjaan Tommy yang berkecimpung di dunia fashion membuatnya bisa mengenali Violet dengan mudah meski Violet saat ini baru merangkak untuk membuat karirnya berkembang di London.
Karya - karya Violet yang selalu memiliki ciri khusus membuat para pencinta fashion bisa mengetahui langsung siapa pembuatnya, termasuk dengan Tommy. Tommy yang sudah berkecimpung dalam dunia fashion langsung yakin jika karya Violet akan menjual semua produk dari brand pakaian miliknya.
"Kamu benar-benar wanita yang menakjubkan, sungguh senang bisa berkenalan dengan kamu."
"Biasa saja, aku bukan apa - apa jika dibandingkan dengan perusahaan besar ini. Melihat kebaikan kamu yang sudah memberikan kesempatan untukku untuk bekerjasama dengan perusahaan besar ini, aku ucapkan terimakasih banyak. Biar Tuhan yang membalas kebaikan kamu," Ucap Violet sambil berkali-kali menunduk.
Tommy tertawa melihat tingkah lucu Violet, wanita muda dengan penuh bakat tetapi sangat rendah hati.
Awalnya Tommy tidak pernah menyangka jika wanita dengan pakaian sederhana yang melekat di tubuhnya itu adalah desainer yang dia idolakan dari LA, Tommy pikir seorang desainer akan berpenampilan yang seksi dan dengan pakaian terbuka seperti yang biasa Tommy lihat.
Violet berbeda, pakaian yang dia kenakan selalu modis tapi sederhana. Masih sangat enak dipandang meski tidak terlihat seksi dan menggoda. Sebagai pengagum desain-desain yang dibuat Violet, Tommy juga belum pernah melibat wajah Violet secara langsung.
Sebuah desain yang dibuat seorang peserta dari lomba yang diadakan oleh perusahaan Tommy membuatnya mengingat desain-desain dari desainer muda asal LA yang sangat dia kagumi. Desain sederhana tetapi tetap memiliki harga jual yang tinggi.
"Jangan terus menerus merendah, kamu pantas mendapatkan semuanya. Ketenaran dan kesuksesan di bidang ini," Ucap Tommy sambil menunjuk model-model dari agency nya melenggak - lenggok di atas catwalk.
Violet terkikik, dia mencoba menyamarkan jati dirinya tetapi sepertinya pria tampan di depannya ini mengetahui apa yang sedang disembunyikan Violet.
"Semua yang kamu katakan itu masih jauh untuk diharapkan. Aku hanya seorang pemula yang mencoba untuk mengembangkan sayap dan tidak lebih dari itu," Elak Violet.
Tommy hanya tersenyum saja menanggapi apa yang dikatakan oleh Violet sesuai alurnya, alur dan topeng yang sedang di rancang oleh Violet serapi mungkin.
Acara fashion show yang Violet hadiri sudah pada bagian terakhir dan terdengar nama Violet dan juga Tommy di panggil oleh MC untuk naik ke atas panggung.
Tommy mengulurkan tangannya dan di raih langsung oleh Violet, mereka berjalan bersama dan beriringan menuju tengah - tengah panggung.
Violet dan Tommy terlihat serasi, wajah yang tampan dan cantik. Perpaduan keduanya terlihat serasi sekali, dengan bergandengan tangan dan senyum mereka.
"Terimakasih semuanya, saya tidak pernah menyangka kalau yang melihat karya saya akan sebaik ink. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih," Ucap Violet pada penyambutannya di atas panggung.
Tommy melihat ke arah Violet dengan penuh kekaguman, wanita yang berdiri di sampingnya ini benar - benar sangat sederhana dan juga cerdas.
Cara bicara Violet yang sudah terbiasa di depan umum semakin membuat Kenan terpikat, dan tidak berdaya.
"Silahkan! Giliran kamu," Ucap Violet sambil memberikan mic yang tadi dia pegang kepada Tommy.
Tommy memberikan sambutan dan berterimakasih kepada para pendukung brand yang Tommy dirikan sampai saat ini. Tommy tidak terlalu lama berbicara karena dia paling tidak suka dengan berbicara di depan umum, Tommy lebih memilih untuk menghadapi berkas-berkas pekerjaannya daripada harus basa-basi.
Tommy dan Violet akhirnya turun dari panggung, masih dengan tangan yang bertautan. Banyak pasang kamera yang sedang menyorot mereka berdua, Violet sebagai pendatang baru dengan Tommy sang pemilik brand tempat Violet bernaung.
"Bagaimana perasaan kamu?" Tanya Tommy sesaat turun dari panggung.
Violet menggeleng, senyum di wajahnya sama sekali tidak mau menghilang. "Perasaanku luar biasa menakjubkan! Dadaku masih berdetak cepat, aku masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja aku alami."
"Sebahagia itu kamu? Bukannya kamu sudah sering melakukan semua ini?" Pancing Tommy.
Violet menoleh ke arah Tommy dengan alis bertaut, merasa tidak suka karena Tommy sepertinya sedang mencoba mengorek informasi darinya secar tidak sadar. "Sebenarnya apa maksud kamu mengatakan semua itu? Aku sama sekali tidak paham dengan apa yang kamu katakan ini."