Violet menunjukkan semua janjinya kepada Laura bahwa dia akan kembali bangkit dari keterpurukannya akibat sakit hati karena cinta.
Violet kembali mendirikan usahanya kembali dengan bantuan dari Laura. Violet menjalankan butik, sama seperti dengan apa yang sudah dia tinggalkan di LA.
Violet merubah penampilannya, Vio yang lama adalah seorang wanita rumahan yang memakai pakaian tertutup setiap harinya tapi sekarang Violet sering mengenakan pakaian yang terlihat seksi meski tidak terlalu terbuka.
Rambut yang dipotong pendek dengan polesan make-up diwajahnya membuat Violet terlihat lebih segar dan ceria.
"Pagi Vio!" sapa Laura saat melihat Violet keluar dari kamar dengan penampilan yang sudah siap untuk berangkat ke butik.
"Pagi Lau, sarapan buatan kamu ini memang yang terbaik." puji Violet sambil mengangkat dua jempol tangannya ke atas, memberikan apresiasi kepada Laura yang sudah mau membuatkan dia sarapan setiap hari.
"Kamu memuji masakan ini membuatku curiga ada sesuatu yang kamu inginkan dariku." selidik Laura penuh jenaka.
"Ya pasti lah! Kamu harus ikut denganku ke butik, ada beberapa bahan yang akan datang. Siapa yang akan melihat dan melakukan pengecekkan nanti kalau kamu tidak ada?" ucap Violet dengan suara manja, dan mata yang menatap ke arah Laura memelas.
"Aku hari ini tidak bisa datang ke sana Vi, ada sesuatu yang harus aku lakukan di luar." jawab Laura memberi alasan.
Violet mencebik, sedih. Tangannya dia satukan di dada dan tanpa suara Violet memohon kepada Laura.
Satu menit, dua menit, tiga menit,
"Baiklah, aku akan ke sana dulu sebelum ke tempat pertemuanku." putus Laura akhirnya setelah tidak tega melihat wajah Violet yang terus melihat ke arahnya dengan tampang sedih.
"YES!" sorak Violet senang. Violet sudah sangat yakin kalau Laura akan menuruti apa yang dia katakan.
Violet merasakan kasih sayang Laura kepadanya sangat tulus meski Violet selalu menutupi siapa dia sebenarnya.
Violet tidak ingin Laura berubah karena tahu asal usulnya, Violet lebih nyaman dengan hubungan seperti ini karena semua terlihat Tulus dan juga apa adanya.
"Kamu ini kebiasaan, sekali - kali mandiri dan jangan libatkan aku. Aku mau beristirahat sebentar saja dari semua rutinitas ku." ketus Laura dengan sinis.
Violet hanya meringis mendengar apa yang dikatakan oleh Laura, bagi Violet semua yang dikatakan oleh Laura hanya ada di mulutnya saja tapi hatinya tidak. Laura adalah wanita terbaik yang Violet miliki saat ini.
"Jam berapa nanti kira - kira aku harus sampai kantor?" tanya Laura ketus tapi malah membuat Violet tersenyum.
"Jam berapapun kamu bisa," jawab Violet sambil berjalan meluk Laura.
Violet merasa senang saat dia bisa memiliki Laura sebagai teman karena Violet merasa seperti memiliki seorang kakak perempuan. Violet adalah anak tunggal yang tidak memiliki saudara satupun sehingga kadang dia merasa sedih, karena tidak ada yang bisa diajak bicara dengannya.
"Terimakasih ya Kakak, kakak memang yang terbaik!" ucap Violet sambil mengecup pipi Laura cepat.
"Ish! Siapa kakak kamu? Aku bukan kakak kamu!"
"Iya kakak,"
Bukannya melepaskan pelukannya pada tubuh Laura, Violet malah memeluk erat dan Laura juga membalas pelukan Violet tidak kalah erat. Dua wanita itu saling tertawa dalam pelukan mereka.
"Jangan berpelukan terus! Nanti teletubbies marah karena icon mereka kita pakai." canda Laura membuat Violet semakin tertawa. Seperti inilah Laura, wanita yang pandai membawa suasana menjadi riang. Semua yang Violet alami seakan terbang dengan mudah saat Laura ada disisinya.
"Kamu mau berangkat jam berapa ke butik?" tanya Laura sambil menunjukkan jam dinding yang terpasang di sisi sebelah kanan Violet.
Mata Violet mengikuti kemana tangan Laura menunjuk dan terkejut. Dia sudah kesiangan sekarang karena Violet ada janji dengan klien yang akan melakukan fitting pakaian pagi ini.
"Ya Tuhan aku terlambat! Gara - gara kamu aku jadi terlambat nih!" gerutu Violet sambil mengambil sandwich yang dibuat Laura untuknya.
Violet pergi dari tempat tinggalnya dengan sarapan yang dia bawa dan tidak lupa dia memeluk Laura setiap mau pergi kemanapun.
"Bye...."
Violet menutup pintu dengan kasar, dia sudah terlambat sekarang. Selama ini citra butiknya sangat bagus karena pelayanannya yang utama di sana dan Violet ingin melakukan hal yang sama dengan butiknya yang saat ini dia rintis di London.
Kedua orang tuanya sangat terkejut saat mendapat kabar darinya, mereka bilang Marvel berkali - kali mencari Violet ke LA karena Marvel tidak bisa menemukan Violet dimanapun.
Sampai saat ini Violet menyembunyikan dimana keberadaannya termasuk kepada kedua orang tuanya karena Violet sangat tahu pria itu tidak akaan berhenti dengan sangat mudah.
Violet hanya tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir sehingga Violet memutuskan untuk menghubungi mereka. Tangisan Berliana yang pertama kali di dengar oleh Violet saat dia menghubungi wanita yang sudah melahirkannya itu.
Berliana memaksa untuk mengetahui dimana Violet saat ini tapi Violet tetap kekeh untuk tidak mengatakan kepada mamanya tempatnya saat ini, tapi hanya satu yang Violet pastikan adalah kedua orang tuanya tidak lagi merasa khawatir dengan keadaannya.
Violet memasuki pintu kereta bawah tanah yang akan mengantarkan dia menuju butiknya berada, butik yang dimiliki Violet masih sangat baru jadi Violet belum bisa membeli kendaraan, dia masih menggunakan kendaraan umum untuk bisa mengantarkan dia pergi kemanapun dan Violet menikmati semuanya.
Hari ini keadaan di dalam kereta tidak begitu ramai, mungkin karena ini sudah siang jadi para pegawai perusahaan yang bekerja dengan jam kerja pagi sudah berangkat tadi.
Violet berkali - kali melihat jam di pergelangan tangannya, kakinya tidak berhenti bergerak karena saat ini dia gugup. Dia tidak bisa menepati waktu yang sudah dia atur sendiri dengan pelanggannya saat itu. Dan sudah bisa dipastikan kalau dia akan terlambat.
Violet langsung berjalan cepat dan sedikit berlari saat pintu kereta listrik yang dia tumpangi terbuka. Violet harus mengejar waktu agar dia tidak terlalu datang kesiangan meskipun dia memang sudah terlambat hari ini.
"Semua ini gara - gara Laura, seandainya tadi aku tidak ngobrol dan berdebat dengan dia semua ini tidak akan terjadi. Aku tidak akan terlambat untuk datang di butik." gerutu Violet sambil terus berjalan.
Mungkin orang yang melihat Violet saat ini berpikir kalau perempuan itu gila, karena tidak berhenti marah-marah sendiri sambil terus berjalan.
Kaki Violet melangkah semakin lebar saat matanya sudah melihat butik miliknya tidak jauh di depan. Dia memilih berlari agar segera sampai meski kakinya terasa perih, mungkin lecet saat dia berjalan buru - buru tadi.
Klinting!
Bunyi pintu butik saat Violet membuka pintu membuat semua mata menatap ke arahnya.
"Selamat pagi, maaf saya datang terlambat karena ada sesuatu yang harus saya selesaikan di rumah."