Chereads / Jadi kelinciku / Chapter 8 - Topi anti air

Chapter 8 - Topi anti air

Jam sudah menunjukan pukul setengah lima. Langit yang semula biru pun kini hampir penuh dengan awan kelabu. Suhu udara kian naik dan membuat siapapun tak nyaman dengan pakaian mereka. Ini pasti pertanda hujan akan turun sebentar lagi.

Zaky sibuk menggerakan kaos di bagian dada. ia terus mengeluh kegerahan. Sementara itu Yumna tak bersuara sedikitpun. Cewek itu terlihat lebih mirip sebagai bayangannya. mengikuti langkah Zaky tanpa berkomentar. Ditambah lagi balutan serba hitam yang dikenakannya.

Detik ini punggung Zaky menjadi pemandangan utama yang dilihat Yumna. Yah memang nya apalagi?. Selain pria berjaket biru itu, Yumna tak yakin bisa pulang sendiri. Masalahnya ia tak punya uang. Bisa dibilang memang sangat jarang memegang uang, kecuali saat bersama Mba Desi. Ya, untuk pertama kalinya ia berpikir uang itu penting.

Bagaimanapun Yumna tetap butuh orang lain. sekalipun uang ada di tangannya. Masalah baru akan muncul lagi. Yakni soal caranya mengatakan kepada supir mengenai tempat tujuan.

"Naah itu dia... " seru Zaky dengan mata berbinar seolah menemukan harta karun. Padahal yang ia lihat hanyalah penjual kebab. Ahh.. Yang terpenting sekarang adalah mengisi perut mereka yang keroncongan.

Aslinya sih Zaky kurang yakin Yumna lapar apa engga. Iapun melirik cewek itu menyelidik. Tak ada tanda tanda orang kelaparan. Yumna jadi memandangnya bingung. Apa yang dipikirkan cowok aneh ini lagi?

"Pesen dua kak..." ucap Zaky masih memperhatikan Yumna intens. Yang diliatin malah serius meneliti pamflet bergambar kebab. "Kamu disini aja...ntar aku balik... awas jangan kabur lagi." Ucap Zaky hati hati. Ia harap Yumna mendengarkannya kali ini.

Yumna tak merespon namun Zaky langsung berlalu pergi entah kemana. Setelah Zaky Cukup jauh, baru gadis itu menoleh. Hanya ingin memastikan kejujuran Zaky. Ternyata Zaky masuk ke sebuah minimarket. hmm Jujur ia takut ditinggal. Membayangkan pulang sendiri, menyusuri jalan tanpa ada orang lain, hal hal menyeramkan sudah pasti bisa terjadi.

"Itu tadi pacarnya dek??" tanya pembuat kebab itu. sempat sempatnya ia bicara saat sedang sibuk menata isi kebab. Perawakannya hampir sama seperti Zaky. Namun tampak lebih dewasa. Mungkin seumuran anak kuliahan.

Yumna secara spontanitas menggeleng. Padahal biasanya ia selalu acuh tak acuh dengan orang baru. bahkan orang lama sekalipun. Hatinya benar benar menolak Zaky. mungkin itu sebabnya ia langsung menggeleng tegas. Cukuplah dengan status teman yang sudah membuatnya hampir stress tiap detik. Kenapa orang orang gampang sekali bilang mereka pacaran??.

Yumna mendengus kesal. Kenapa orang suka sok tahu?.

"Waah...boleh minta nomernya?..." Sumpah demi apapun. Berani sekali orang ini. Jikapun Yumna menjawab. Bisa jadi bukan deretan nomor telepon yang ia dapat, melainkan ukuran sepatu mungkin. Yaa karena seumur umur Yumna tak pernah sedetikpun memiliki ponsel. Siapa juga yang bakal nelpon??. Yumna merasa badmood hanya karena pertanyaan itu.

Tap tap tap..

Langkah Zaky menarik perhatian Yumna. Juga penjual kebab itu. Setibanya ditempat, cowok itu langsung memberi sebuah kuncir rambut berwarna biru muda. Yumna seketika tertarik karena warnanya. Cantik! pekiknya dalam hati. ia membawa plastik yang berisi tissue, 4 roti, dan dua botol air mineral.

"Kamu keringetan banyak banget... kuncir deh rambut kamu.. biar berkurang gerahnya.." Tangan Zaky tetap melayang. entah pertimbangan apa yang membuat gadis itu ragu untuk mengambil pemberian kecil dari Zaky.

Sebelum pergi ke mini market, Zaky terus memperhatikan Yumna bukan?. Ya.. Ia sedikit heran dengan sifat 'tak peduli' dari seorang Yumna. Bahkan dengan dirinya sendiri ia tak mengeluh. Zaky mengakui betapa cerewet dirinya hanya karena kepanasan. Sedangkan Yumna yang notabene sebagai cewe malah stay cool dengan keadaan itu. Padahal peluh Yumna sudah mengalir dengan derasnya. Ya... itu lah Yang Zaky lihat. Simpati dan kagum. 'pasti aku yang dah bikin dia capek...kegerahan' batinnya. Zaky menghela nafas. eh Tapi kan baju hitam memang menyerap panas. Yaa selain karena mau ujan kayak gini.

"Mau aku yang pakein?..." Zaky berniat mengikat rambut Yumna. Dengan cepat gadis itu langsung merebut dan melakukannya sendiri.

Aktifitas Yumna mengikat rambut malah membuat Zaky terpaku. Ia mengagumi Yumna dalam diam

"Dek... ni udah..."

Zaky sadar dari lamunan. "pas kan.." Ia segera membayar dua kebab tersebut.

"Minta nomer temen kamu itu dong..." bisik si tukang kebab. Zaky menaikan alis kirinya. lantas mengambil dua kebab itu dan memberikan satunya pada Yumna.

"Nikung kok...terang terangan..." Zaky tersenyum simpul.

"lah bukan pacarnya kan..."

"Kata siapa.... " timpal Zaky dengan percaya diri. Zaky mengambil tissue lantas menghilangkan keringat yang sedang mengalir di kedua pelipis Yumna. ini kesempatannya untuk memandang Cewek cuek itu lebih dekat. Yumna tak berkutik. ia memang selalu lupa cara bergerak jika seperti ini. Belum lagi dengan senam jantung yang tiba tiba datang. Ia tak bisa menguasai diri dalam beberapa saat.

Si tukang kebab jadi cukup kesal dijadikan obat nyamuk. Walaupun baru tertarik beberapa menit. Ia merasa di kerjai Zaky dengan sengaja bermesra mesraan didepannya.

"ekhem...ekhem." Sengaja memecah suasana pria itu membuat Zaky dan Yumna terpisah dalam sekejap.

Yumna bingung harus bersikap. Betapapun ia berusaha tenang. Jantungnya masih belum juga kembali normal. Salah tingkah.

"Cuma lagi ada masalah aja... ntar juga akur lagi..." ucap Zaky dengan santai. Yumna melengos. mencoba sibuk memperhatikan jalan.

"Apa buktinya...?." Masih gak yakin tuh si tukang Kebab.

Zaky menggigit kebab lalu mengunyahnya sambil berpikir. "Kadang menjadi bodo amat itu baik... jadi mending brenti nanya sesuatu yang dah jelas." Zaky nyengir menyadari kata katanya sendiri.

"hiddih.."

"Biar ujung ujungnya gak jadi korban php...haha."

"faktanya gak ada orang yang bener bener bodo amat.."

"Terserah... oke deh ka ...?" Zaky menggantung ucapannya. "kaa...?" ulang Zaky.

"Joni..."

"Saya Zaky.... bye bye."

Zaky melambaikan tangan sebelum pergi. ia juga sempat memberi fly kiss yang membuat Kang Kebab bergidik ngeri. Makhluk macam apa itu??. Ia merasa miris dengan nasib cewek yang bersama cowok gila itu. Kadang takdir gak sedatar layar gadget. Pasti ada variasi langka yang bikin dunia ini menarik. Kayak pembeli nya barusan...

Disini mereka sekarang. Duduk dikursi taman yang mulai sepi. ya.. Nyatanya sudah terlampau sepi. siapa juga yang mau basah kehujanan. Langit jelas sudah mengirim tanda akan menumpahkan beban. Dan mungkin tinggal menunggu hitungan detik.

Tersisa gigitan terakhir. Yumna merasa Zaky terus memperhatikannya. Atau hanya perasaannya saja. Posisi Zaky yang menyamping membuatnya lebih curiga. aissh siapa yang betah makan jika di awasi seperti ini.

Yumna tak mau hanya menduga duga. baiknya ia lihat sendiri. Iapun menoleh. Yaps! salah. Zaky bukan fokus padanya. melainkan sepotong kebab yang berada ditangan. ya ukurannya kecil karena itu memang tinggal satu gigitan lagi.

Zaky sungguh seperti orang kelaparan. Membuat Yumna tak enak hati untuk makan.

"Kamu gak suka?" tanya Zaky dan langsung menarik tangan Yumna ke mulutnya sendiri. ia langsung melahapnya tak tersisa. "Buat aku aja." telat!. dia sudah memakannya dan baru bilang?!. Siapa pula yang jawab??. Yumna menatap tak percaya. ia tak habis pikir. setelah semua sifat unik Zaky yang lain. Ternyata cowok ini juga punya perut karet. jika di bandingkan dengannya yang hanya makan satu kebab yang ujungnya bahkan diminta secara paksa, cowok itu telah memakan 4 roti dan satu kebab lengkap. Oh ayolah... mustahil Yumna memprotes semua itu. Duit juga kan duit Zaky yang buat beli. Yumna cukup tahu diri.

Tes..tes...

Dua tetes air jatuh menyentuh kulit. Yumna mendongak. Hujan mulai turun. Bresss!..

tanpa aba aba dan awan langsung menumpahkan semuanya bak air bah. Padahal Yumna belum sempat menyadari apa yang terjadi.

Zaky melepas jaket secepat kilat dan langsung menutupi kepala Yumna. Gadis itu gelagapan karena melihat gelap secara mendadak. Sampai ia menyentuhnya sendiri. oh...ini kain...jaket...hah?!jaket?. jaketnya Zaky...?!. Yumna langsung mencari keberadaan cowok bernama Zaky.

Yumna melotot. Zaky tampak tak ingin menghindari hujan. Namun ketika sadar Yumna sedang melihatnya. Zaky jadi kelabakan dan segera mengeluarkan semua isi plastik minimarket. Alis Yumna menyatu. apa yang akan dia lakukan??.

Srek!. Astaga!... ide bodoh apa lagi??. Zaky mengenakan plastik putih dengan logo lebah itu dikepalanya. Yumna tak sengaja tersenyum. Tidak bahkan gadis itu sangat ingin tertawa. Reflek ia menutup mulut.

Zaky pikir Yumna akan merasa tidak enak jika ia rela memberi jaket sedangkan ia sendiri kedinginan dan kehujanan. Disaat kayak gini otaknya buntu. Apapun itu yang penting Yumna gak nolak bantuannya. 'Walaupun jadi aneh siih'. laah Zaky nyadar juga ternyata.

"Kenapa? mau ketawa? kita gak bawa payung ...Plastik ini kan anti air...hehe." Zaky terkekeh sambil menepuk nepuk kepala. Matanya mengarah keatas. lalu meringis dan tersenyum dengan sangat manis. Walaupun suaranya teredam dengan gemuruh hujan. Yumna tetap bisa mendengar. Dan kenapa ia baru sadar kalau Zaky bisa terlihat sangat manis. Yumna hampir saja menarik senyum lagi. Dan sret! gadis itu menghadap kan badannya lurus kedepan. Jaketnya sedikit ditarik kebawah hingga menutup seluruh wajah. Ahh Semoga Zaky tak melihatnya.

"Yumna..." suara teriakan Zaky bersaing dengan hujan yang semakin deras. Yumna kembali membuka wajahnya. dan Zaky sudah berdiri didepannya.

"Mau aku cariin plastik gaaaak?? biar kita samaan...hehe" Zaky menarik plastik nya kebawah agar lebih pas di kepala. Alisnya naik turun. Ahh Yumna masih waras. Dia akan menolak dengan tegas.

"ya...please.. ?" Zaky memandang Yumna dengan antusias. Yumna menggeleng. dengan sedikit senyum yang ia tahan agar tidak melebihi dosis.

Zaky mengehembuskan nafas pasrah. Ia maklum.

"Jangan takut bahagia.... kamu punya senyum kamu sendiri. luapin semua emosi kamu... jangan tahan rasa seneng kamu... kamu tau gak..? makanan enak aja kalau udah basi...bisa bikin penyakit.... gimana perasaan..?? inget nih...penyesalan tuh dateng diakhir.... dan sakitnya gak main main.... melebih sakitnya gara gara makan makanan basi." Ucap Zaky dengan senyum teduh. ia belum pernah sedewasa ini kan?

Yumna terhipnotis dengan kata kata Zaky yang tak pernah selurus itu. Yumna berdiri dan menatap Zaky penuh arti. apa Zaky begitu memahaminya?. Apa dia bisa membaca perasaan Yumna? sampai detik ini ia benar benar sulit memahami Zaky. Pria itu kadang membuatnya berpikir sedikit berbeda dari biasanya.

'apa yang kau tentangku??...aku hanya orang yang terkekang dengan ketakutanku sendiri. Bahkan dinding penghalang ini membuatku lupa untuk membahagiakan diri sendiri. Yang aku tau hanyalah apa yang aku lakukan hanya menjadi petaka bagi orang lain dan tak akan berarti apapun.' Yumna berkata dalam hati seolah Zaky bisa mengetahuinya.

"Sebelum kita pulang.... senyum dulu dong..." Zaky sedikit membungkukan badan. Menatap Yumna dengan lebih dekat. Zaky juga kembali memasang senyum termanis yang ia miliki.

Yumna sedikit demi sedikit mulai membuka hati. Ucapan Zaky ada benarnya juga. Meski demikian , segala sesuatu butuh proses. Begitupun dengan luka di hati Yumna yang sudah terlalu dalam dan terlalu lama.

Air hujan terus mengguyur bumi. walaupun begitu... entah kenapa suasana terasa hangat. kehadiran Zaky yang memberi atmosfer baru dalam kehidupan Yumna. Sedikit menepis rasa dingin yang mendera. Semua itu bukan tanpa alasan. Setelah kebaikan Zaky akhir akhir ini. mungkin Yumna harus percaya. Pria itu sudah banyak membantu. Lupakan tentang kelakuan konyolnya. Diluar itu dia sudah cukup baik.

"Ayo please...Senyum... kalau engga, kita gak bakal balik balik" pinta Zaky dengan lembut. Yumna memutar bola matanya. ah yang benar saja. apakah hanya dengan tersenyum agar mereka bisa pulang?. Aissh... Zaky terlalu cerdik untuk urusan seperti ini. mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"iiii...." Zaky meringis menampilkan deretan giginya. Alih alih menyaksikn gigi seri cowok itu... Hmm...Yumna Justru memperhatikan Topi Zaky. Itu bukan topi biasa... karena bentuk nya berbeda. Selain bisa digunakan untuk membawa barang, juga bahannya memang waterproof. Yumna seketika tersenyum. Dan detik berikutnya ia langsung menutup mulutnya dan berlalu terlebih dulu. haha.. jika saja hujan turun tanpa menghasilkan bunyi. Sudah barang pasti tawa Yumna akan terdengar pertama kali.

Langkah Yumna berhenti di tepi jalan. Zaky menyusul dan ikut berdiri berdampingan. mereka tidak memilih tempat teduh. Ada beberapa orang yang berdiri di halte memandang mereka aneh. Syukurnya Zaky tidak memakai kantong plastik itu lagi. Jika iya... bisa jadi mereka sungguh dikatakan gila. Padahal jarak halte dengan mereka berdiri lumayan dekat. Sudahlah... kepalang tanggung... terlanjur basah.

Tangan Yumna mulai pegal juga. mungkin hampir setengah jam tangannya menopang jaket yang lama lama berat karena basah. hhh ia menurunkan Jaket berwarna biru itu. dan di taruh dipundak sang empunya. Pria itu menoleh kaget

"Ini dah berat banget..." Zaky melirik Yumna yang tengah meregangkan tangan. Yumna terus menggerutu dalam hati. Pegel banget!. haduuh...! brrr mulai kerasa dinginnya!.

Bibir keduanya semakin pucat. jari jemari juga mengkeriput.

"Dulu aku cuma bisa liat kamu pulang duluan.... sekarang kita pulang bareng.." Zaky tersenyum sendu.

Yumna tertegun. apa maksudnya?. dulu? kapan?. Yumna tak tahu harus menanggapinya dengan apa.

"ehh... supir aku dateng tuh...." Zaky melambai ke sebuah Taxi. Dia masih ingat mobil yang supirnya punya utang. Pas banget kan momentnya. Biar dapet gratisan. hehe

Jendela depan terbuka menampakan Pak supir dengan wajah ramah yang mendadak berubah datar. Tadinya ia pikir penumpang lain. hadeuuh... Ternyata anak laki laki tadi siang. Yaah alamat buruk ia harus menggratiskan kedua bocah itu. melihat dari kaca depan. Zaky dan Yumna tampak sangat pucat. Dua orang itu juga seperti kedinginan sampai mengigil berbarengan. brrr

Taxi terus melaju menembus hujan. Setelah beberapa menit akhirnya Rumah mereka sudah terlihat. Zaky terperangah mendapati mobil citra sudah terparkir di garasi. jam? jam berapa sekarang?. ia langsung mengecek jam tangannya. Aissh... mati!.

Yumna sudah pucat pasi ditempat. Rasa takut mulai menyerangnya lagi.

"Gak papa..tenang aja.." ucap Zaky menenangkan. Padahal ia sendiri juga ketakutan. Bagaimanapun yang mengajak Yumna adalah dia sendiri. Tangannya gemetar saking bingungnya harus apa?.

Mobil baru saja berhenti tapi Yumna tak sabar untuk turun. 'aku harus langsung lari lewat pintu samping' pikirnya. Dia benar benar panik.. Zaky buru buru menahan tangan Yumna...

Yumna menoleh. mereka bersitatap dalam ketegangan. nafas merekapun memburu bersama jantung yang berdetak tak terkendali.