Sebuah taxi melaju dengan kecepatan sedang. Dari kaca jendela tampak seorang gadis dengan raut gelisah. Sesekali ia menggigit bibir bawah cukup lama. Melirik Cowok disamping yang masih menggenggam tangannya erat. Ya. itu Yumna. Cewek yang merasa terjebak dalam tak tik cowok super aneh macam Zaky.
Dibalik diam nya Yumna , Ia sudah menjerit minta tolong dalam hati. Jika benar ada orang yang bisa membaca pikiran, datangkanlah sekarang juga!. Yumna benar benar ingin kabur saja. Tapi bagaimana caranya...? Bahkan supir itu malah meledek keduanya sebagai sepasang pacar. Ah yang benar saja.. Zaky sangat jauh dari sosok pria idaman Yumna. Dan apakah komok Yumna kurang meyakinkan bahwa ia sangat menderita?. Jika bukan karena rasa gengsi, mungkin gadis berhoodie hitam itu sudah menangis dari tadi.
Apa lagi yang bisa diharapkan selain pasrah. menunggu adalah cara terbaik melewati semua ini. Ayolah.... Yumna bukan pengendali waktu. Jadi jangan siksa dengan jarum jam yang tiba tiba melambat.
"Tangan kamu makin kesini makin dingin...." Zaky kian erat menggenggam tangan Yumna. lantas memasukan kedalam saku jaket. Sumpah demi apapun Yumna bisa mati sekarang juga. Kelakuan Zaky justru bukan menghangatkan tapi sebaliknya. Layak nya orang yang nervous di penampilan pertama. bisa jadi Yumna akan pingsan sebentar lagi. oh ayolah.. Yumna hanya grogi hingga keringat dingin. Bukan kedinginan...aissh kenapa hari ini Zaky selalu mengulang kata 'kedinginan' untuknya. Pakaian yang dikenakan Yumna juga sudah lebih dari cukup untuk menyerap panas. tidak... yang benar adalah banyak..panas. mengingat setelan hitam menjadi cover Yumna siang ini. Untung saja kendaraan yang mereka tumpangi ber AC. jika tidak... mungkin Yumna sudah mandi keringat.
Namun tetap saja. Sikap Zaky membuat Yumna merasakan takut dan aneh bersamaan. Aneh? ya. Yumna tak paham dengan yang ada dihatinya. Ia tak bisa menebak rencana Zaky. itu membuatnya takut. Tapi perhatian pria itu mungkin sudah membuka hati Yumna...meski entah dibagian mana. Nyatanya gadis itu mulai bimbang. Keinginan untuk pergi atau tetap disamping Zaky terus datang bergantian. Seperti dua kata yang diputar berulang ulang. Apakah Yumna mulai nyaman?.
"Cuma karena kesiram air segitu..kamu dinginnya takaran jam. haha.." Zaky tertawa hambar. Entah apa maksudnya. mungkin ingin mencairkan suasana. Disisi lain Yumna sama sekali tak menggubris. Masih sibuk dengan perdebatan hebat di pikirannya. dan kebiasaan menggigit bibir masih melekat dalam diri Yumna. Menandakan kecemasan yang tak kunjung lenyap.
"Berhenti begitu, kalau gak mau aku cium..." bisik Zaky di telinga. Reflek Yumna menoleh. Selain karena sensasi merinding yang cukup mengejutkan. Ucapan Zaky juga seperti mimpi buruk.
"Ini.." Tangan Zaky hampir saja menyentuh bibir Yumna. namun gadis itu lebih gesit melengos dan membuat pria itu menghela nafas.
" Jangan kebiasaan gigit bibir... jadi merah kan... takutnya aku khilaf..hehe." ucap Zaky terkekeh.
"Gak mau aku cium kan?...makanya jangan begitu... kalau ntar luka gimana.?..ntar infeksi...kanker ...kan sereem..." ucap Zaky panjang lebar. Yumna tak menduga seorang Zaky bisa berpikir sejauh itu. Siapa peduli dengan hal sepele yang barusan ia lakukan.
Tak lama berselang.. taxi tersebut berhenti di depan sebuah bangunan. Keduanya keluar masih dengan tangan yang menyatu di saku Zaky.
"Ni pak..." Zaky menyodorkan beberapa selembar uang ratusan.
"Gak ada receh mas.... saya gak ada kembalian.."
"Bentar...." Zaky melepas tangan Yumna. membuat tangan gadis itu terhempas jatuh begitu saja. cowok itu malah mulai sibuk mencari dompet.
Yumna menatap tangannya heran. Ini dilepas beneran..?. masa sih segampang itu?. aku bebas??... yeay aku bebas!!. Yumna terpekik senang dalam fikirannya. ia mulai melangkah mundur menjauh. Pelan tapi pasti. Saat berbalik. Yumna langsung melihat perpustakaan. 'Ada apa sama tempat ini... kenapa rasanya tiba tiba jadi seneng..' batin Yumna seraya berjalan hendak memasuki gedung ber cat cream itu.
"Mas...gimana ada gak...?." Pak supir masih mengangkat uang ratusan tadi.
"Na..kamu ada uang receh gak?.." ucap Zaky. Ia pikir Yumna masih disampingnya. "Na..yumna..." merasa pertanyaannya tak terjawab. Zaky mengangkat kepala memeriksa.
"Astaga...." Zaky melotot. Tiba tiba ia langsung memutari mobil. Yumna gak ada!. sesekali melongok ke dalam mobil melalui semua jendela. Masih gak ada!. Mulutnya tak henti memanggil 'Yumna'. Badan sang supirpun berputar mengikuti gerakan Zaky.
"Mas... ini gimana?". Teriak supir sampai kepalanya keluar jendela. Pasalnya cowok konyol itu sudah dalam posisi tengkurap ingin menge cek kolong taxi. haha mungkin kepanikan sudah meracuni otaknya. Kemungkinan kecil Yumna dibawah mobil. Lebih tepatnya mustahil.
"issh..gak ada...dimana siih..." gerutu Zaky.
"Mending mas cari pacarnya dulu... trus...kembaliannya buat saya aja mas.." ucap Supir itu antusias. Hanya iseng iseng berhadiah. siapa tau penumpang satu ini memang sudah kehilangan akal.
Yaah... Zaky tak begitu peduli dengan ucapan pria paruh baya itu. Ia masih mengatur nafas yang terengah engah. Dada naik turun mengikuti ritme pernafasan yang kacau. Sedikit menetralkan pikirannya, tadi kan sempat tak karuan. Bayangan akan dimarahi Tante Citra sudah berkecamuk. Zaky menarik nafas dan menghembuskan perlahan. 'Pasti Yumna sudah masuk'. Begitu pikirnya. Iapun melangkah pergi meninggalkan taxi. Merasa sang empunya duit sudah ikhlas. Pria paruh baya itu menyalakan mesin hendak melanjutkan pekerjaan.
Baru beberapa meter mobil itu melaju lambat..
"Bapak punya utang sama sayaaaa...." teriak Zaky. Sontak membuat orang orang menoleh. begitu juga sang supir taxi spontan mengerem. Mata bapak itu langsung mencari keberadaan Zaky. Sementara itu Zaky malah nyengir tanpa dosa dan segera berlari masuk ke perpustakaan.
"Dasar anak...." umpatannya tertahan. Pak supir terlanjur malu dengan tatapan beberapa orang. Iapun mengulum senyum sebelum akhirnya memutuskan pergi. Sabar sabar...
Di sisi lain... Yumna tengah berjalan menyelusuri rak rak buku. Ia hanya menyentuh tanpa mengambil apapun. Ia merasa ada ketenangan di sini. Membuat jari jemarinya mengabsen tiap buku di sepanjang rak yang ia lewati. Dan senyum itu kembali hadir menghiasi wajah Yumna lebih lama.
Sengaja Yumna mencari lorong tersepi. lagi lagi ia masih asing dengan orang lain. Takut diajak bicara. Takut mereka menganggapnya aneh. Bicara soal aneh... Dimana cowok aneh itu...? ahh...Paling juga nanti ketemu. Lagian ini tempat yang dia maksud. Perpustakaan.
Tanpa Yumna sadari, Zaky sudah memperhatikannya dari beberapa menit yang lalu.
"Aku pikir dia lupa cara senyum..." lirih Zaky. celah diantara buku membuatnya semakin bebas berlama lama menikmati kejadian langka ini. Kapan lagi gadis seperti Yumna bisa senyum semanis itu. aahhh... Zaky sungguh dibuat melting karenanya.
Yumna terus berjalan begitupun Zaky. Ia Seperti bayangan gadis itu. Atau mereka malah seperti sedang jalan bersandingan. sayangnya rak itu menjadi batas yang menjulang tinggi. Ah pastinya.. itu hanya impian Zaky. Menggandeng Yumna tanpa paksaan dan tidak menyiksa. Hmm.. semua terjadi di luar ekspektasi. Zaky pikir Yumna bisa merasakan suasana romantis yang ia buat. iya... di buat sedikit memaksa. Dari awal permohonan pada Ibunda Yumna pun telah dibumbui dengan pemaksaan. Bisa dibilang Ia terlalu banyak mengatakan janji kepada Citra.
"Aku janji Yumna bakal aman...aku janji bakal jagain anak tante... aku janji gak bakal bikin dia nyasar..aku janji gak bakal bikin dia ilang... aku janji bakal bikin dia pinter abis baca buku....eh dari dulu dia dah pinter ya...hmm...aku janji gak bakal bikin dia kelaperan...aku janji bakal balikin anak tante... aku janji...gak bakal bikin dia nangis... aku janji...." dan masih sejuta janji yang disebutkan Zaky. Miris...Citra hanya menjawab "Baik.. harus sudah dirumah sebelum saya pulang jam 6." Setelahnya Zaky hanya melongo tak percaya. Seperti nya Ibu dan anak itu perlu kamus besar bahasa indonesia. atau Zaky yang perlu penerjemah bahasa tubuh??. ahh... dari sekian banyak kata.. kenapa Citra begitu irit bicara. Tabungan kosa kata mana mungkin membuatnya kaya. dan lagi... Yumna... Gadis itu malah menuruni sifat ibunya dengan kondisi yang lebih parah. Zaky baru mendengar dua kata yang keluar dari mulut Yumna. 'Ceri' dan 'eh iya'. itu seingat Zaky. Bahkan hurufnya pun tak sampai sepuluh jari di tangan. Apapun itu. Restu singkat Citra telah membawa Yumna bersamanya sekarang. Oh iya... Zaky baru ingat harusnya ia tunjukan sebuah buku pada Yumna. Tapi buku apa?..
"Mau diambilin gak??." Suara pria membuyarkan lamunan Zaky. Yumna tampak sedang mencoba mengambil satu buku di rak teratas. Dan cowok berbadan tinggi terlihat memperhatikan. Syukur nya Gadis itu tetep kekeuh untuk mengambil sendiri. Zaky jadi sedikit lega. Cewek pendiam itu memang sudah terbiasa mengabaikan orang. Betapapun keras orang lain menarik perhatian Yumna. Haha... itu hal menguntungkan bagi Zaky. Ia yakin..siapapun akan cepat menyerah dengan sifat Yumna. Ter kecuali dirinya.
Tanpa diduga pria jangkung itu malah mengangkat tubuh Yumna dari kaki yang sedari tadi terus meloncat. Tangan gadis itu sudah meraih buku yang diinginkannya itu. Gara gara bantuan itu Yumna jadi menegang. hal tersebut justru melemahkan pegangannya Pada buku tebal yang sudah tertarik keluar dari sarangnya. dan Bukkkkkg!!. Satu buku pun terjatuh tepat di kepala pria itu.
"Arggh..." .
Haha....rasain..." Zaky kehirangan menyaksikan itu semua.
Sementara itu Yumna ketakutan bukan main. Ditambah lagi tatapan pria itu begitu kesal padanya. ahh... jangan sampai dia marah. Eh tidak... dia memang sudah marah. Bagaimana ini??. Yumna segera memungut buku tadi. Pria itu kembali berdiri. mengusap kepalanya kasar. Pasti itu yang sakit. Yumna memberanikan diri melihat ekspresi dia lagi sekilas. Tubuh menjulang itu membuatnya mendongak. Dalam sekejap gadis itu kembali menunduk. Sudah lebih baik. Tampaknya dia berusaha sabar menahan emosi.
"Seenggaknya bilang makasih atau maaf..". ucap pria itu dengan penekanan di kata 'makasih' dan 'maaf'. Yumna memandangnya lagi dengan tatapan sungguh sungguh menyesal. Namun hanya berlangsung selama sepuluh detik. Kemudian Yumna membungkuk sebentar dan berlari kecil meninggalkannya.
"Hei...gak tau diri....udah di...". belum selesai ngomong. Bahu nya ditepuk seseorang dari belakang.
"Atas nama dia... Makasih dah bantu ambil buku... dan maaf soal kepala.." Ternyata itu Zaky yang telah keluar dari persembunyian.
"Kalau dia gak bisu... dia pasti udah bilang maaf." lanjutnya. Menurut Zaky itu cukup mendifinisikan soal Yumna. lagi pula dia hanya orang asing yang tak butuh pengertian lebih dalam. Cukup tahu saja. Mana mungkin ia jelaskan secara detail tentang ketidak mampuan Yumna untuk bicara didepan orang lain.
Setelah obrolan singkat itu Zaky juga berlalu pergi. Disisi lain sang penolong Yumna yang apes itu malah tertegun cukup lama. entah apa yang ia pikirkan. mungkin kata kata Zaky mengandung sihir hingga membuatnya beku. lorong itu makin sepi dengan dia yang mematung seperti ini. Namun kemudian datang anak berusia belasan tahun.
"Kak Naga....ayo kita pulang" Suara anak kecil mengalun mengisi lorong rak. "kak..naga...." Ulang anak itu lagi.
"Ya.." jawab pria itu akhirnya. Dari nama yang disebut bocah itu. Tentu, nama penolong Yumna beberapa saat lalu bernama 'Naga'.
Waktu terus berputar. Yumna mulai menyibukkan diri dengan membaca.
"Kamu baca apa??.." tanya Zaky. Yumna acuh tak acuh. Tetap fokus dengan bacaan. padahal tak begitu juga. Kejadian tadi mengusik pikirannya. Soal pria tinggi itu. semoga dia tak akan bertemu lagi.
"Yumna makan yuk.... laper.. pen tidur." Zaky terus mengeluh perut keroncongan dan ngantuk. Padahal baru jam 2 siang. Jarak dengan makan siang belum lama bukan?. Mungkin suasana ini teramat membosankan. Dalam dua jam Yumna tak merubah posisinya sama sekali. Paling cuma gerakan kecil membuka halaman berikutnya. Sedangkan Zaky. Cowok itu awalnya membuka buka buku yang ia pilih dari rak. dari posisi duduk normal. Akhirnya lama lama mulai mengantuk. Beberapa orang tertawa tertahan melihatnya. Apalagi ekspresi Zaky ketika menahan ngantuk itu cukup lucu. dan caranya menopang dagu dengan tangan, justru menjatuhkannya berkali kali kemeja. Bunyinya itu juga mengundang semua pengunjung perpus untuk menoleh.
"Aku mau tidur....ntar bangunin ya..." Zaky memutuskan untuk tidur.
Satu jam berlalu. Yumna menutup buku yang barusan ia baca. Ia jadi ingat bagaimana ia mengambilnya. Ia tak cukup sampai. dan sekarang... Bagaimana ia mengembalikannya.??. Gadis itu mengembuskan nafas berat. Ia melirik Zaky si pangeran tidur. Pulas sekali. hmm dia tampan jika diam. Yumna jadi ingin melihat Zaky versi cool. Seperti pria tadi. Terlihat arogan tapi menawan. Yumna yakin dia orang baik. Kebanyakan orang pasti marah kalau diperlakukan seperti tadi. ya..jika saja ia berani bicara. hmm jelas itu sakit.
Yumna mengukur ketebalan buku bersampul hijau itu. lantas menimang nimang menebak berat. ya...memang berat. Buku tersebut kembali ditaruh. Buku Zaky masih terbuka. apa yang Zaky baca?. Yumna menutup buku yang dibaca Zaky sejam yang lalu. cukup pelan tanpa suara. Yumna takut Zaky terbangun.
'ini buku yang ada di rumah... iya... tapi belum.sempet dibaca.. Zaky kok tahu buku ini.. judulnya aku inget banget... Cinta semanis Obat..sama persis.' Yumna banyak berkomentar dalam hati.
"engghhh...." Zaky tiba tiba duduk tegak kembali dan meragangkan badan dengan mata tertutup. ia menguap selebar lebarnya.
Yumna makin illfeel saja. Zaky sedang bermimpi atau benar benar bangun?. ia memandang Zaky fokus. Bersamaan dengan pertanyaan di otak Yumna. Zaky seketika membuka mata. "udah?.." ucapan pertama Zaky setelah bangun dari tidur
Yumna reflek mundur. Ia malu jika Zaky tahu apa yang ia lakukan tadi. Berani memandang wajah Zaky secara langsung.
Pandangan Zaky segera mengarah ke buku yang sedang Yumna pegang. ia mengernyitkan dahi. Dan dalam sekejap senyum mengembang di bibinya.
"Pokoknya kamu mesti baca buku ini.. aku udah bolak balik baca....bagus ceritanya... Baca deh dirumah..." ujar Zaky.
Yumna terdiam. Apa tadi dia bilang?. baca dirumah.. dia tahu Yumna punya buku ini?. Apa dugaannya benar kalau Zaky pengirim paket itu. Aissh..sifatnya memang susah ditebak. Tapi jangan yang satu ini. please... bagaimanapun Yumna telah berekspektasi tinggi tentang masalah ini. Jujur jika tahu pengirimnya Zaky. Lebih baik selamanya penasaran. dan biarkan jadi misteri. Kenapa harus Zaky huh?.
Ahh Zaky sudah Gila. Semua kelakuannya selalu membuat Yumna kesal setengah mati. Sampai sekarang pun Yumna masih ingat tentang Zaky yang memotretnya diam diam, melempar Cherry dengan wortel, membatalkan jogiing karena kesiangan, dan hari ini... Yumna tak mau tau... pokoknya pengirim itu jangan sampai Zaky orangnya.
Bagaimanapun fakta terbarunya menunjukan.. kata kata Zaky memang cukup menjadi bukti nyata. Yaah.. Yumna masih saja menepis walaupun sudah terlihat jelas. Hmm. mungkin Yumna harus belajar membalas kebaikan cowok itu.
Dalam hati kecilnya, Yumna tetap meyakini... sebelum Zaky mengaku sendiri sebagai pengirim paket. Berarti masih ada harapan untuknya...