_Yumna_
Seminggu sudah berlalu sejak pengambilan raport. Kehadiran tetangga baru itu cukup merubah alur kisah dalam hidupku. Begitu juga dengan beberapa novel yang kuyakini pengirimnya adalah seseorang yang diam diam menyukaiku. Hmm tentu saja sebelumnya aku tak mungkin berpikir semacam itu... hanya saja sebuah novel telah memberiku pemahaman soal menyukai dan disukai. ahh maksudku lebih tepatnya tentang cinta. haha.. Entah kenapa sekedar membaca buku berwarna merah muda itu aku bisa sampai senyum senyum sendiri. Hmm kadang perasaanku jadi senang meluap luap, juga jantung yang berdetak cepat. Aku juga menemui banyak kosa kata baru. Pasti bahasa zaman sekarang banyak yang berubah. Terlebih lagi bacaanku dulu hanya di lingkup cerita anak anak. Tentunya jauh berbeda dengan novel bergenre romantis seperti ini.
Semenjak ada buku buku itu. aku benar benar menghabiskan waktu di dalam kamar. Dan akhir akhir ini beberapa mahasiswa juga datang menemui Mama. Entah apa yang dibahas. Aku tak begitu peduli. Yang pasti kedatangan mereka membuatku merasa asing di rumah sendiri.
Oh iya.. kejadian Cherry masuk ke tempat terlarang itu sudah terlewat tanpa hal yang berarti. Sebab sorenya aku sudah melihatnya di kandang. Mba Desi yang melakukannya.
Naah kan.... aku merasa mengalami keberuntungan beruntun. Dari kedatangn paket misterius sampai Cherry yang tidak ketahuan. Mungkin Cherry bersembunyi. Sampai Mama pun tidak menangkapnya. Lagipula aku sudah menceritakan semua tentang Mama Citra pada Cherry. Jadi kelinci itu harusnya tahu betapa seramnya Mama Citra. Ya... itu pasti.
Sayangnya.... Mama masih sama dan tak berubah. Bahkan lebih dingin. Aku tak menduga ruangan itu benar benar haram aku masuki. Ya aku baru tahu karena kemarin itu pertama kalinya aku berani mendekati tempat yang dilarang Mama. Mungkin karena itu Mama jadi lebih cuek. aissh... apa yang aku harapkan?.. Mama tidak mungkin berubah semudah itu. Apalagi perbuatan lancangku adalah hal yang paling Mama benci.
Membaca Novel membuatku berimajinasi tentang dunia orang normal. Haha... nyatanya aku mengakui diriku sendiri sebagai remaja abnormal. Bisu di hadapan orang, ketakutan berlebihan, hmm predikat anti sosial sangat pantas untuk aku kenakan. Aku tak menepis semua itu. Sebab nyata aku sadari dan rasakan.
Tiba tiba aku haus. Ya wajar saja. Wortel yang aku sediakan untuk Cherry malah aku makan juga. Aku melirik kelinci kesayanganku. Dia masih belum selesai dengan satu wortel. Aku cukup terkejut menyadari semua benda orens itu sudah aku makan tanpa sisa. Pastinya tidak termasuk yang sedang dimakan Cherry.
Aku pun beranjak keluar kamar untuk mengambil air minum. Aku langsung menutup pintu. Aku tak akan yang lupa satu ini. Mengingat ada dua hal yang dikhawatirkan. Pertama, Aku selalu dilarang membawa masuk binatang apapun ke kamar. Dulu saat aku masih Kelas TK. Pernah diberi tikus putih sama teman. Katanya lucu. Ya iyasih lucu. Saat pulang aku bawa deh ke kamar.
Waktu itu... setiap malam kan Papah dan mama selalu gantian bacain dongeng. Sayangnya malam itu kejadiannya malah diluar kendali. Alasannya 2 tikus yang Aku bawa di dalam kandang kecil dari kawat itu lepas dan berlarian kesana kemari tak tentu arah. Hari itu gilirannya Papah.. Akhirnya Papah dan Aku mencoba menangkap. Semua jadi berantakan. Aku tak menyangka Tikus pun bisa memanjat seperti semut. Menaiki jendela melalui tirai. Bahkan aku sempat bertepuk tangan karena kagum. haha.. Sedangkan Papah terus menghembuskan nafas lelah. lebih tepatnya pasrah atau malah kesal bukan main. Soalnya Papah juga mendengus kesal seperti menahan umpatan. mungkin karena aku masih kecil saat itu. Papah selalu bersikap sabar di depanku. Dan berusaha mencontohkan yang baik.
Mendengar keributan itu membuat mama terpanggil. Saat pintu terbuka, Mama masuk dan langsung menjerit kencang sekali. Pasalnya dua tikus itu mendadak turun dan berlarian mengelilingi kamar. Dan mungkin para tikus itu juga ingin kabur karena melihat ada jalan keluar. Mama tak henti meloncat karena takut tersentuh. Bisa jadi juga karena geli. Papah mencoba menenangkan Mama. Tapi tak membantu. aku hanya bisa berteriak.
"Mama! itu tikusnya lari lari dikaki mama." teriakku dengan suara cempreng
"Mana mana?...pah tolong...mama geli pah." Mama semakin panik.
"Tenang... yang penting kamu diem dulu.. takut ke injek itu tikusnya.." ucap Papah menenangkan.
"Yang ada takut aku digigit tikusnya.." jerit mamah takut. Aaaa
Ngik!! benar saja. Salah satu tikus naas terinjak oleh kaki Mama.
"Mamah... kasiaan...tikusnya mati tikusnya mati." teriakku. Yang aku tahu binatang itu sudah diam tak bergerak. Badannya jadi sedikit pipih dari ukuran normal. Sementara satu tikus lagi berhasil lari keluar kamar.
"Naah kaan... apa papah bilang.." ujar papah.
Oke.. binatang kedua, Aku bawa ketika baru naik kelas 5 SD. Sore itu aku menemukan kucing di jalan. Aku berempati dengan kucing itu. Dia sendirian dan tampak kelaparan. Kutebak sehari lagi pasti akan mati. Tepat sekali.. Saat itu Aku sudah mulai jadi pendiam . Jadi aku merasa ada kesamaan dengan kucing itu. Tak punya teman. Baiklah...kucing itu akan jadi temanku.
Kucing berwarna hitam itu aku taruh di kamar. Seperti aku yang selalu ditempat itu pula. Aku juga sudah dapat luka 3 garis sejajar di lengan kiriku. Aku tak peduli. Dia pasti masih asing denganku.
Ketika makan malam tiba. seperti biasa aku sudah duduk dimeja makan 5 menit sebelum makanan siap. Mba Desi masih baru sebagai asisten rumah tangga. Usianya baru 21 tahun saat itu. Perempuan itu sudah menata semua sajian makan malam. Faktanya dia masih baru. jadi belum tahu kebiasaanku. Alhasil Mba Desi mencariku dikamar.
Entah kenapa takdir menimpaku begitu buruk. Aku kurang tahu apa yang terjadi. Yang pasti setelahnya aku mendapat amarah mama lagi. Entah untuk keberapa kali. Aku pun mendengar kucingku diusir. Suara jeritan kucing itu menyayat hatiku. Sepertinya dia diusir paksa.
Ya, Sebenarnya Mama tak sepenuhnya salah. aku yang salah. Kucing itu aku kurung seharian. Mungkin dia ingin buang kotoran tapi terkurung. Akhirnya dia BAB di dalam kamarku. Mama memarahiku habis habisan. Mencaciku bahwa aku selalu membuat masalah dan merepotkan orang lain.
Malam itu juga Mba Desi segera mencuci selimutku yang terkena kotoran kucing. Ya itu gara gara Aku yang hanya ingin punya teman. Dari tikus sampai kucing. Mereka tidak bisa mendengarku. Tikus selalu ingin kabur, dan kucing bahkan mencakarku. Jalan pikir anak kecilku memberi ku pemahaman. Bahwa hal tersebut karena telinga mereka kurang lebar atau panjang, jadi mereka tak mendengarku. Haha.. Lucunya aku sempat ingin memelihara gajah. Bukankah dia punya telinga lebar.
Aku semakin frustasi karena sering dibully. Bahkan aku terlalu takut untuk bicara dengan ibu ku sendiri. Setiap ucapan dan perilakuku selalu salah dimatanya. Di dlsekolah? apa bedanya. Ternyata sifatku yang pemurung malah mengundang intimidasi dari teman teman sebayaku. Suara semakin mengecil didepan orang orang. aku selalu diteriaki untuk bicara lebih keras. Ya... Diumur 11 tahun aku menyadari suaraku kian lirih terdengar. Oleh sebab itu aku selalu berniat mencari teman yang bisa mendengarku.
Sampai sebulan sesudah tragedi kucing itu, aku menemukan fakta bahwa kelinci bisa mendengar hingga radius 3 km. Dari dulu papah memang memelihara kelinci. Bahkan saat beliau meninggalpun kelincinya masih hidup.
Aku menjauhi kelinci sejak kematian papah. karena itu mengingatkanku padanya. meski begitu mama tetap membiarkan 2 kelinci itu di rumah ini. Harusnya ada 4, tapi ayah dan ibu anak kelinci itu mati. hmm.. mereka sama sepertiku. kehilangan sosok orang tua yang menyayangi. Sedangkan aku?. Papah meninggal dan walaupun aku punya ibu.. tapi aku tak mengenalinya sekarang. entah kemana ibu yang dulu.
Dengan alasan itu.. aku mulai bermain dengan Cherry dan Chichi. Dulu aku berbicara dengan mereka tanpa batas dengan berbisik. Naas, Chichi mati terlebih dulu lalu disusul Cherry. Dan Mama pun beli beberapa kelinci lagi yang kuberi nama yang sama.
Anehnya lambat laun aku bisa bicara normal dengan lawan bicara yang tak seharusnya. Ya.. dengan binatang maksudku. Hanya dengan kelinci, suaraku mendapat volume lebih tinggi dari biasanya. Tidak seperti orang berbisik. Bukankah manusia hanya berkomunikasi dengan manusia?. Hmm.. Apa aku seharusnya lahir sebagai kelinci. bukan manusia?.
Oke.. kembali ke waktu sekarang. Jadi alasan pertama yaitu karena mama melarangku memasukan binatang ke kamar. Yang kedua, khawatir Cherry akan tamasya lagi keliling rumah. Itu cukup membuatku takut.
Aku berjalan menuruni tangga. Hmm pasti ada tamu lagi. Telingaku merasa familliar dengan suara bass dari ruang tamu. Meski begitu, rasa haus lebih mendesak daripada menuruti rasa penasaran.
Setelah menuangkan air ke gelas. aku duduk sebentar. Meminum seteguk lalu kutaruh lagi gelasnya. Sudah jam 1 siang. Pantas saja gerah. aku menghela nafas. dan meminum lagi.
"Iya...ke perpustakaan... Aku mah ngajak kencan eh ngajak main Yumna maksudnya... eee.. gak bakal ke tempat aneh aneh kok tan."
uhuk uhuk..
Aku seketika tersedak mendengar penuturan seseorang itu. siapa dia??. Jelas sekali aku mendengar kata 'kencan' dalam ucapannya. ya.. memang diralat. Tapi ucapan pertama selalu yang benar.
Aduh... air yang kuminum sampai pindah haluan ke hidung. aissh... merepotkan. juga sidikit perih di dalamnya. Bajuku juga jadi basah. Walau tak seberapa.. Namun ini membuang waktu. Aku hanya bisa menghela nafas pasrah melihat kaos ku basah. Aku sudah mencoba mengeringkan dengan tissue. Ya tentu tak berpengaruh.
"Yumna!"
Aku tersentak kaget. Pasti karena Terlalu fokus hingga tak menyadari kehadiran orang lain dibelakang. Apalagi suara itu sepertinya memang sengaja untuk mengejutkanku. Ditambah lagi bunyi hentakan kaki yang menambah efek tiba tiba.
"Ah gak seru ah. Masa kagetnya begitu doang." Ucap laki laki itu sambil menarik kursi lantas duduk. Ya Tuhan ini terlalu dekat. Dari suara baritonnya barusan, Jelas dia pasti Zaky. Kenapa aku baru sadar?. Badanku mendadak beku. dan apa yang akan dia lakukan?. Perlahan ia meletakan kepala bertumpu lengan kiri di meja. Posisi itu membuatnya leluasa menatapku. Cukup lama
"Kamu tau aku lagi liatin kamu.. tapi kamu malah gak noleh sama sekali.. liat kesini bentar dong..." pinta Zaky. Seperti biasa aku selalu menunduk atau memalingkan muka.
Kenapa udara tiba tiba semakin panas? ya aku tahu cuaca memang panas. Tapi kenapa rasanya agak berbeda. Dan jantungku??. Kumohon berdetaklah seperti biasa. Aissh Kenapa jadi tak beraturan seperti ini?. Pasti karena aku belum terbiasa dipandang seintens ini oleh Zaky.
"Oo.." Zaky terbangun dari posisinya. ia sedikit terkejut. "Ternyata kamu malu karena baju kamu basah...sini aku liat..." Lanjutnya. Hei! apa maksudnya 'sini aku liat'. Aku sudah cukup malu dengan penampilanku sekarang. Dan aku sungguh tak meragukan kualitas matanya. Bajuku jelas basah. Jadi mana lagi yang harus dilihat? dan apa pengaruhnya jika dia melihat. Maksudku, apa tidak cukup duduk
bersandingan seperti ini??. Semacam ini pun aku merasa hampir gila. Hmm Dia mencoba memberi perhatian atau hanya ingin lebih dekat denganku?. Aku yakin ada udang dibalik batu.
"Kamu pasti dingin..." Zaky mulai melepas jaket. Aku tahu ini. Dia pasti akan menawariku jaket. "Pakai ini.." .ucapnya. Sudah kuduga. dia benar benar terlalu memaksakan suasana romantis ala drama. Lagipula aku hanya terkena sedikit air dari gelas. Bukan dari ember ataupun tampungan air. Dan jangan lupa dengan cuaca hari ini yang panas. Mana mungkin kedinginan kan?. Hmm ini aku yang basah bukan dia. ini juga rumahku. Solusinya gampang, Aku tinggal ke kamar buat ganti baju. Dan masalah selesai.
"Gak papa pake aja. Lagian hari ini panas. Aku make jaket biar keliatan keren aja tadi. hehe" ucap Zaky terkekeh. Ia terlampau jujur. Lebih tepatnya jujur tapi hancur. Entah sengaja atau tidak. dia sudah menurunkan kadar kecerdasannya dimataku. Bagaimana bisa ia tak menyadari kebodohannya sendiri. Ia tahu sekarang panas, terus kenapa ngira aku kedinginan?! ya iyasih kesiram air. Tapi aku cuma kayak kecipratan kan.. bukan keguyur.
"Mas Zaky..." panggil Mba Desi. Wanita itu tampak heran melihatku begitu dekat dengan Zaky. Mungkin berpikir... apakah kami mengobrol?..
"Iya... Tante Citra dah pergi?" tanya Zaky seraya mengenakan jaket lagi.
Aku diam diam mengambil kesempatan untuk kembali ke kamar.
"Iya...udah...barusan."
"Oke deh... Yumna.." Zaky berdiri dan langsung memutar badan 180°. "siap siapnya jangan lama. mama kamu dah ngizinin kok...yang penting pulang sebelum jam 6 katanya."
Aku tetap melangkah biasa. Kuharap dia paham dengan sikapku ini. Penolakan secara halus.
"Dia masih marah kayanya... abis aku kagetin tadi..." ujar Zaky pada Mba Desi. Ya dia benar itu salah satu alasanku menolak ajakan itu.
"Marah atau gak denger sama sekali..." timpal Mba Desi. langkahku berhenti. Aku penasaran.. apa yang akan Zaky katakan selanjutnya. Aku sedikit melirik mereka berdua dari tangga. Aku mulai berjalan lagi tapi lebih pelan. Terlihat Zaky menoleh cepat. "Biar saya aja yang bilang ke Mba Yumna." ujar Mba Desi. Zaky terdiam. Ia tampak tak percaya namun bertahan dengan diamnya. Seperti tak jadi mengatakan sesuatu. mulut Zaky sempat terbuka dan tertutup lagi. Ya.. pada akhirnya dia tak berani berkomentar.
Tap tap tap... Mba Desi berlari kecil Mengejarku. hmm...aku memang selalu menyusahkannya.
Greep! Tanganku diraih seseorang. ya tentunya Mba Desi. Aku tersenyum demi menghargainya. Kemudian wanita itu kembali mengulang ucapan Zaky. Ditambah isyarat tangan yang sama sekali aku tak tertarik. Kurang lebih intinya Mama sedang pergi ada urusan. Aku boleh ikut Zaky ke perpus. Wajib di rumah sebelum mama pulang. Selesai menyampaikan pesan itu, Mba Desi menghela nafas lega. ia pasti lelah setelah berlari tadi. nafasnya masih terengah engah. Aku jadi tak tega menolak. Yah..Terpaksa mengangguk setuju.
"Oke jangan lamaaa..." teriak Zaky.
'Aissh....denger suara cowok itu mendadak bikin aku nyesel.' Batinku.
Setengah jam kemudian aku siap dengan celana hitam dan hoodie berwarna hitam pula.
"Astaga..." Zaky terlonjak dari duduk. "kita bukan mau ke kuburan... kenapa pake item item?.....". ujarnya.
Aku tak ambil pusing dengan pendapat cowok aneh itu. Sudah cukup setengah jam aku berdebat dengan hati dan pikiran demi memilih pakaian. Pasalnya aku tak pernah keluar dengan seorang pria. Dan lebih baik tak terlihat mencolok bukan? maksudku, hitam itu bukan warna yang terang dan mencolok. yaa..apa aku salah??.
"Aku mau kok nunggu lagi.... ganti ya?" pinta Zaky. Aku jadi semakin yakin memakai penampilan ini. Setidaknya Zaky sadar bahwa aku tak sejalan dengan pikirannya. Sehingga dia akan sedikit demi sedikit berhenti terlalu dekat denganku.
"Gantiiii..." ucap Zaky memohon. Nadanya seperti anak kecil merengek. ia bahkan juga menarik narik lengan hoodie. Benar benar risih. Aku jujur enggan menepis tangan Zaky. namun dia sungguh mengganggu.
Aku menatapnya sekilas. lalu menggeleng..
"Jangan buat Mba Yumna marah mas... lebih baik langsung berangkat sebelum mba Yumnanya berubah pikiran. sekalipun saya kasih tau suruh ganti juga gak bakal mau..." Ucap Mba Desi mengingatkan seraya berlalu ke belakang.
"Oke deh..." ucap Zaky pasrah. Ia mulai berjalan . Bagaimanapun aku tak mau mensejajarinya. Minimal kami berjarak 2 langkah. Kuhitung langkah kaki Zaky. Satu.. dua... ti....
"Ayo...." Tak disangka Zaky berbalik dan menarikku tiba tiba. "Pergi dulu mba..." Zaky menggaet tanganku erat. Aku panik. Bagaimana melepasnya?. Berkali kali kutarik paksa. Namun Zaky malah semakin erat. aissh... rencana gila apa yang ada dipikirannya??...