Libur semester ganjil akan dimulai besok hari. Sekolah akan sepi sekitar dua minggu. Dan yang akan ramai pastilah tempat wisata. Yaah mungkin.. Entahlah.. Yumna bahkan sudah lupa dengan wahana hiburan apapun. Jadi, apa bedanya libur dan sekolah. Disekolah pun ia hanya mendengar ocehan guru.
Semua murid selalu diam tanpa suara. Gerakan jari mereka malah membuatnya pusing. Alih alih berkomunikasi malah menambah masalah saja. Yumna dari kelas 7 hingga sekarang kelas 10 menuntut pendidikan di SLB tuna rungu-wicara. Sekolah Luar biasa. Yah.. bahkan sangat luar biasa dalam menyiksa batinnya. Karena artinya semua orang termasuk Mama seolah tak ingin mendengar suaranya lagi. Padahal Yumna hanya terlalu diam. Bukan berarti bisu ataupun tuli.
Semua wali murid sedang berkumpul dikelas. Yumna duduk dikursi depan ruangan itu. Mengamati tali sepatunya yang kadang bergoyang tertiup angin. Ia Menjadi patung diantara anak anak lain yang bercengkerama dengan isyarat tangan mereka. Ahh sudah biasa. Siapapun sudah mencoba mendekati Yumna. Namun gadis itu. Ya tetap seperti itu.
Waktu terus berjalan. Yumna tersenyum dalam diam. Sedikit melirik kedalam kelas. Mama tampak serius disana.
Siapa sangka... Hati Yumna selalu menghangat disaat saat seperti ini. Ia berfikir, Seberapapun benci mama padanya. Mama tetap datang kesekolah sebagai wali murid untuknya.
Perkumpulan usai.
"Kita harus jemput Diva, tetangga hmm kita dulu. kalau kamu ingat" . ucap Citra berhenti sejenak dihadapan putrinya dan langsung berlalu menuju parkiran. Sebagai ibu Ia terlalu formal untuk sekedar mengobrol dengan anaknya sendiri. Bahkan Ia seolah tak ingin dipanggil mama. Ia menghela nafas berat. Siapa yang akan mendengarnya?. bagaimanapun yang dia ajak bicara tak lebih dari anak yang bisu dan tuli.
Yumna mencuri kesempatan untuk mengangguk antusias. Kapan lagi Mamanya bisa mengajaknya bicara dan naik dimobil yang sama. Ini hal istimewa baginya. Sebab hanya setiap akhir semester saja hal langka ini terjadi. Terlebih tawaran mama untuk pergi ke bandara. Pastinya akan memperpanjang waktu.
Yumna berlari kecil menyusul kepergian Citra.
Meski begitu, menit berikutnya suasana kembali hening. Yumna menyenderkan kepala dikaca mobil. Memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Kembali tersenyum tipis. Bahagia itu sederhana bukan??. Cukup bersama mama dan Yumna sudah bahagia.
Jalanan ramai lancar. Lampu merah seolah menjadi rem semua kendaraan. membuat mereka lebih lama memandangi lalu lalang pejalan kaki di zebra cross. Yumna merasa Mama mencuri pandang padanya. Ia jadi takut. Karena tatapan Citra terlalu sulit diartikan.
"Kamu tidak suka sekolah?! walaupun nilai kamu bagus,, percuma kalau nilai sosial kamu nol besar!! bahkan teman saja kamu tidak punya". Kata kata itu lolos dari lisan Citra. Cukup dingin dan cukup membuat ciut nyali Yumna. Namun gadis itu berhasil menjaga ketenangan nya. 'maaf' Dan lagi lagi jawaban itu hanya sampai ditenggorokannya. Bersama keringat dingin yang sudah mengalir dipelipis. Yumna membenarkan poninya perlahan.
Merasakan takut setiap hari sekalipun pada ibu kandungnya sendiri?.Ya!. Dunia ini selalu tampak jahat di mata Yumna. Nyatanya ia tak pernah terbiasa dengan sikap mama. Seakan ini pertama kalinya Mama menganggapnya orang lain.
Lampu hijau menyala.
Gadis itu mulai meremas jari. Pasti rasa gelisah sudah menghilangkan senyum nya beberapa saat lalu. Kini ia malah menggigit bibir. Bingung..
Samar samar Yumna mendengar mama menghela nafas lelah. Atau mungkin juga kecewa. Ia bingung menanggapi ucapan mama tadi. Menatap saja tak berani, apalagi untuk sekedar berkata sepatah kata atau lebih. Itu hal yang selalu Yumna hindari. Ia kehabisan kata manis untuk Mama. Yang Yumna tau, semua kata kata darinya hanya menjadi pemicu amarah Mama. Jadi, Diam mungkin lebih baik.
***
Yumna duduk dikursi tunggu. Seperti perintah Citra ,mamanya.
Yumna sengaja duduk dibarisan terdepan, dimana jumlah orangnya lebih sedikit. Perlahan mata Yumna tertutup. Mencoba menyerap apapun yang bisa ia dengar disekelilingnya. Menangkap hal hal unik saat terpejam. Coba saja... Semua menjadi lebih jelas. Seolah seluruh tubuh Yumna sepenuhnya menjadi telinga.
Senyum Yumna mengembang saat Ia mendengar tawa mama yang sangat singkat.
"Mungkin mama sudah bertemu Tante Diva."
lirih Yumna.
Mendadak sesuatu dipasang ditelinga kanan Yumna. Terpaksa ia membuka sebelah matanya. Dalam satu kedipan, Semua suara teralihkan dengan musik yang mulai mengalun memenuhi pendengarannya.
"Bagus kaan." ujar seseorang disebelah Yumna. Seorang cowok yang juga memejamkan mata menikmati lagu dari headset. Reflek Yumna berdiri dan memalingkan wajah cepat. Otomatis headset itu terlepas kasar.
"Eh.. entar rusak..." Mau gak mau cowok aneh itu juga ikut berdiri. Yumna tak sadar beralih menatap mata pria itu. Membuatnya mendongak karena ia lebih pendek tentunya.
"Nih kalau gak mau bagi bagi." Cowok itu malah memasangkan headset di kedua telinga Yumna. Lantas mendudukan Yumna. Gadis itu terpaku mendapat perlakuan seperti itu. Bisa dibilang ini pertama kali sedekat ini dengan seorang pria.
"Aku bilang apa, kamu pasti suka".
Yumna kembali sadar dan segera mengalihkan pandangan. Hm... Lagunya emang bagus. batinnya. Namun tetap saja, Yumna masih berpikir untuk bergeser perlahan. Atau langsung lari. Atau... Atau Apa??.
"Kak Diva!! Tante Citra!! Disini".
Lamunan Yumna buyar seketika. Apa yang cowok aneh ini lakukan. Melambai tangan ke Mama Citra?.
" Ini Yumna kan?? Salam kenal.." Yumna meringis bingung. "Aku Diva". Yumna lagi lagi hanya tersenyum. Terlihat lebih muda dari mama. apa pantas Yumna memanggilnya tante. Ia lebih terlihat seperti anak kuliahan.
"Aku Zaky..".
"loh baru kenalan... Terus dari tadi kok bisa mepet mepet gitu..kalo salah orang gimana coba? "
"ya bisalah.. aku tau dia Yumna.. Mataku kan melek kak.. Tuh kan ada namanya diseragam hehe." Zaky terkekeh.
"Oh iya ya".
"Udah, kita langsung pulang aja" Citra berlalu mendahului. Yumna bergegas mengikuti Mamanya.
"Eh..jangan jauh jauh...". Teriak Zaky Berusaha mensejajari langkah Yumna. Bukan apa apa. Cuma kan headset dengan gadgetnya harus deket.
Akhirnya Ia malah menyesal setelah Yumna jadi buru buru melepas benda kecil itu. "eh". Berniat melarang tapi terlambat. Zaky mendengus pasrah.
Diva cekikikan dibelakang. Zaky tau pasti itu menertawakannya. Aissh menyebalkan.!
Citra menyetir bersebelahan dengan Diva. Sementara Zaky dan Yumna duduk dibelakang. Dengan sengaja Yumna pura pura sibuk memperhatikan keluar jendela. Keberadaan Zaky sudah membuatnya canggung dari awal. Apalagi mengingat kejadian di airport tadi. Pipinya langsung bersemu merah. Ia benar benar malu. Semoga Zaky tak melihatnya.
"eh....aku tau kenapa nama kamu Yumna". Ujar Zaky tiba tiba. Ia tersenyum bangga. Ia mengira Yumna akan kagum dan penasaran dengan ucapannya barusan. Tapi ternyata hasilnya nihil. Gadis itu tetap saja diam. Lain dengannya yang tak bisa diam walau hanya sesaat.
Oke... Zaky pikir mungkin pake pertanyaan baru bisa direspon.
"kamu tau gak kenapa nama kamu Yumna?"
"kamu mau ngegombal ya zak?? Gak bakal mempan..." kak Diva menahan tawa melihat usaha Zaky.
"Weeeh... So tau"
"Kenyataan"
Zaky memutar bola mata kesal. Bukannya mendukung, Diva justru meledek. Issh..
"Yumna, " kali ini Yumna menoleh. Karena Ia merasa tepukan di punggung tangannya. ternyata Zaky. Ya siapa lagi kalau bukan dia?!. Kenapa dengan orang ini? Dia selalu memamerkan senyum bodohnya. Yumna kembali melengos tak peduli.
"Aku tau kenapa nama kamu Yumna dan namaku Zaky."
Yumna tak habis pikir. Kenapa Zaky membahas hal tak penting. Ia sama sekali tak tertarik. Sikap Zaky membuatnya jengah. Biasanya antara perjalanan berangkat dan pulang selalu terasa lebih cepat pulang. Dan kenapa ini serasa terbalik. waktu seakan berjalan lamban. dan jalannya juga seperti bertambah panjang. Pasti karna cowok gila ini.
"Tante Citra, kalo Zaky bener dikasih hadiah ya tan.. "
Yumna semakin heran. Zaky berani sekali membawa Mamanya ke Obrolan tak penting ini.
"iya". Citra menjawab singkat padat dan berisi. Cukup membuat Diva melongo. Padahal ia tahu betul, Citra itu selalu serius dalam segala hal. Dan saat ini wanita beku itu malah mau diajak dalam obrolan Absurd Zaky.
"yeaah... ". Sorak Zaky. Dan cuma Yumna yang terkejut dalam hati.
"Oke.. Jadi gini... Tante kasih nama Yumna biar dapet absen akhiran kan... Kaya ortu aku tan... Baik banget kan Z.. Bener bener abjad terakhir. Jadi kalo absen terakhir kan ujian praktek nya juga dapet urutan akhiran... jadi santai gitu tan..hehe"
"Ngaco". Sela Diva
"Gak lah.. Bener kan tan?"
"Hahhahaahha.. Aku gak nyangka kamu ade aku" tawa Diva meledak.
Zaky harap harap cemas menunggu jawaban Citra.
Disisi lain Yumna melirik pantulan Citra di spion tengah. Mama tersenyum. Semudah itu Zaky mengukir senyum diwajah Mama. Kenapa Yumna tak bisa. Meskipun itu senyum yang paling ia tunggu. Tapi hatinya menolak. Karna itu bukan untuk Yumna.
Dan benar saja. Citra tak sengaja memandang spion tengah dan malah melihat Yumna sedang menatap sendu pada pantulannya. Tak ada yang salah. Jika saja kebenciannya tak muncul tiba tiba. Citra pasti tak akan merubah wajahnya menjadi dingin. Bagaimana lagi? Ia memang membenci anak kandungnya sendiri.
Deg! entah kenapa Yumna menjadi sesak. kesedihan itu serasa menyempitkan pernafasannya.
"Salah". Lagi lagi Citra kembali fokus dengan jalan. Iyakah??. Ahh..tentu saja tidak.. Wanita itu sebenernya mendadak teringat suaminya. Candra. Soal inisial nama. Zaky tak begitu salah. Dulu Almarhum Candra memang sempat menyebut alasan konyol itu juga. Mengingat namanya dan suami sama sama berawalan C. Membuat absen mereka dekat diawal. Setelah menikah Candra mengutarakan hal itu. Citra merasakan percakapan 16 tahun lalu terngiang diotaknya.
"Kenapa namanya Yumna mas? "
"Biar jadi anak perempuan keberuntungan insyaAllah... Dan yang pasti gak dapet absen awalan.. Haha"
Keberuntungan apanya??. Citra justru menganggap sebaliknya. Yumnalah yang membuat Candra meninggal.
"Yaaah... " Zaky seolah lemas dengan kegagalannya. Ya, dia memang gagal. Gagal membuat Yumna tersenyum.
Mobil Citra memasuki area perumahan.
Ternyata Diva dan Zaky akan mengisi Rumah diseberang jalan. Itu artinya mereka akan bertetangga dengan Yumna.
"Makasih kak.. udah jemput saya dan Zaky".  Diva tersenyum manis. Bagaimanapun ia harus membalas kebaikan Citra hari ini. Disisi lain ia cukup kesal pada Zaky. Adiknya satu ini malah sibuk memamerkan sesuatu diponsel pada Yumna.
"Nih foto kamu tadi..by the way kamu cantik juga." Zaky cengengesan. Yumna terbelalak sesaat dan segera memberi jarak. Sumpah demi apapun Yumna sangat malu. Dan ia yakin pipinya sudah memerah gara gara rayuan Zaky.
Lalu apa Yumna bisa marah?. Cowok ini sudah seenaknya mengambil foto dirinya. Apa daya Yumna, ia memang selalu gagal mengekspresikan perasaan. Tangannya mulai meremas jarinya gelisah.
Diva menyikut lengan Zaky memberi kode. Bodohnya Zaky masih saja gagal paham. Dan malah menarik koper berniat pergi.
"Zak..yang sopan. Bilang makasih!!" tegur Diva yang langsung bisa menghentikan langkah Zaky.
"hooh.. Iya.... Kirain suruh bawa koper.. " Zaky segera berbalik seraya melirik kakaknya yang kesal. Anehnya ia sempat sempatnya terkekeh tanpa dosa.
"Makasih tante.. Maafin siganteng ini yang gak sengaja melupakan kebaikan tante... Pokoknya tante paling baik... Udah gitu cantiknya gak ketulungan ampe nurun ke anaknya.. Hehe... Duh makasih banyak banyak banyak tan." seru Zaky panjang lebar sambil menciumi punggung tangan Citra. Diva meringis malu punya adik secaper itu. Spontanitas langsung menarik kerah belakang Zaky.
"Maaf kak... Zaky emang kadang lebay." papar Diva. Citra mengangguk maklum tersenyum. bagaimanapun tingkah Zaky sejauh ini selalu out of the box.
"Tan... Zaky boleh main dong kerumah.. ".
"Iya boleh... Main aja. Biar rumah gak sepi"
"Waah beneran tan...". Zaky mencuri pandang ke arah Yumna. "kayanya Yumna cocok deh sama aku tan... Kita sama sama suka musik"
"hmm?? Tau dari mana kalau anak saya suka musik?".
"Tadi kita dengerin musik bareng".
'Asal kamu tau, saya sendiri bahkan gak tau kalau Yumna bisa denger apa engga.' batin Citra.
"Semoga, bukan kamu aja yang dengerin musiknya". Lirih Citra.
Zaky mengangkat sebelah alisnya bingung. Diva memahami keadaan ini. Pasti wanita itu tidak percaya dengan pendapat Zaky.
Diva tau. Citra memiliki putri yang susah dimengerti. Citra pernah bercerita soal anaknya yang anti sosial. Bahkan Citra telah memvonis Yumna tuli dan bisu. Itu sebabnya Yumna tidak menuntut pendidikan disekolah umum .
Diam diam Diva menyembunyikan perasaannya yang tiba tiba kalut. Dengan senyum terpaksa, Diva berpura pura mengomeli Zaky untuk segera membantunya membawa barang. Adiknya itu mendecih sebal merasa dijadikan tukang panggul dadakan.
***