Teet...teet.. Bel istirahat menarik hampir semua murid keluar dari penjara membosankan itu. Sorakan kelegaan menyeruak disepanjang lorong kelas. Membuat keriuhan khas sekolah terdengar sampai ke jalan raya.
Yumna yang belum terbiasa seketika tersentak sekian detik. Hingga Anak kelasnya mulai beranjak satu per satu meninggalkan dirinya dan kedua teman barunya. Ia baru paham apa yang terjadi. Jam istirahat.
"Kantin yuk, Ra, Na...? sekali kali Ra..." tawar Thifa sambil menutup tas. Lantas ia menghampiri kedua gadis yang tampak tak bergairah itu.
"Males ah... lo aja sana sendiri..." Ucap Flora enggan. "Perasaan lo tadi pagi udah ke kantin kan... makan seblak sama apa tuh..."
"Masih laper..." rengek Thifa.
"Aissh...tu perut apa balon..." Flora mendesis sebal. Mengangkat kepala dari bantalan tangannya.
"Hehe..Lagian jarang jarang kan lo ke kantin.. itung itung buat penyambutan Yumna masuk ke genk kita.. gue traktir deh...."
"Sejak kapan kita punya genk...?." Flora menaikan sebelah alisnya.
Krryryuk krryruk... mendadak Perut Yumna bergabung dalam perdebatan mereka. Membuat sang empunya meringis tertunduk merasakan wajahnya yang serasa terbakar. Ahh dia tak bisa berbohong bahwa rasa laparnya benar benar melilit. Namun jeritan lambungnya sudah sampai ditelinga orang lain.
"Haha... Ya ampun...sumpah lo gak bisa nipu gue... lo laper banget kan..." Thifa tergelak sekejap. "Terserah deh Flora mau ikut apa engga..." Ia menggaet lengan Yumna paksa. Padahal Temannya itu tak melawan sedikitpun.
Ahh biarlah di bilang perut karet, atau perut balon atau perut apalah... Thifa berupaya tutup telinga dari komenan orang lain. Toh ini hidupnya. Dan Tuhan sudah sangat baik memberinya badan yang ideal permanen. Ahh entahlah. Yang pasti sebanyak apapun ia makan diluar rumah, berat badannya tetap terjaga karena pola hidup sehat nan ketat yang wajib Ia jalani di rumah. Dan kapan lagi ia bisa melanggar semua aturan mamanya kalau bukan di sekolah?. Thifa bisa makan sebanyak apapun tanpa larangan. Ahh siapa peduli?!. Yang penting mamanya tak melihat.
Yumna menoleh saat lengan sebelahnya juga terisi. Ia tak bisa berkutik. Hanya bisa menelan saliva susah payah. Kini baik Flora maupun Thifa sudah memberi beban berat di kedua sisi. Mereka tampak saling melirik penuh ambisi kompetitif.
Langkah Yumna makin dipersulit. Apalagi badannya benar benar terhimpit dua gadis ini. Hingga ketika selangkah melewati pintu, mereka berhenti.
"Kita keperpus aja ya..." pinta Flora seraya mengerlingkan mata. Entah kenapa Yumna enggan mendengar kata perpus. yang bertengger dikepalanya sekarang hanya makanan yang siap mengisi lambungnya.
"Gak.. dia tuh laper.." Tukas Thifa.
"Lo kali yang laper... ishh jangan na.. makanan kantin tu gak higienis..." Flora bergidik ngeri. itu lah alasan utamanya menghindari ke kantin. Bahkan uangpun dia tak membawa sepeserpun. Saking tak minatnya ia dengan satu satunya sumber makanan di sekolah ini.
"Cih!...so bersih benget lo... lo belum tau aja rasanya..." Thifa mendecih sebal. Menarik pipi Yumna untuk menatapnya. 'Ikut gue.. Ayo makan..' begitulah kira kira bahasa mata Thifa.
"Jangan na... ntar lo jadi gendut gimana?..." Flora tak menyerah menghasut Yumna. Sebisa mungkin meracuni otak gadis itu agar sepemikiran dengannya.
"Tinggal olahraga.. ntar juga kurus lagi..." Timpal Thifa tersenyum remeh.
"Gampang banget lo ngomong...hiih." otot rahang Flora menegang. Bayangan usahanya saat proses pengurusan badan berkilat kilat mengusik pandangannya. Itu lebih seperti melakukan perjuangan berat antara hidup dan mati. Capek gila!
Yumna melepaskan diri dari borgolan tangan mereka yang kian merenggang. Memandang Flora yang kian memuncak amarahnya. Ia faham betul usaha Flora memang tak mudah. Dilihat dari perubahan drastis yang dialaminya. Ia pasti sudah berjuang keras.
"Ya.. emang gampang kok..." Ucap Thifa lirih. nyalinya ciut dipelototi Flora seperti ini. Memangnya apa yang salah?. Dia cuma berkata jujur. Saking takutnya, Nafas gadis itu tertahan sesaat dan berlanjut sepelan mungkin takut menimbulkan suara. Ahh ia sudah Jujur tapi kenapa hancur. Hukum alam apa ini?. Apakah dia seperti tokoh utama baik yang selalu disalahkan dalam cerita?. ya tentu saja. dan Flora adalah antagonisnya.
Kkruyuk krruyuk... bunyi gemuruh samar terdengar kembali. Yumna Tak bisa menahannya lagi. Ia benar benar lapar. gadis itu menggigit bibir bawah bingung. Menunggu perdebatan mereka rasanya sulit di akhiri. Ahh sial!. Tadi pagi dia tak menikmati sarapan. dan sekarang saat rasa lapar itu sudah mengikat kencang perutnya. Ia malah disuguhi pertengakaran sepele dari dua gadis baperan.
"Nahh loh... kasian Yumna." ujar Thifa.
Flora mengembuskan nafas berat. Menatap Yumna malas. Ahh Ia tak pernah kalah dengan si cewek bucin itu. Dan sekarang Yumna malah membuat Thifa memecah rekor pertama menang darinya. Aissh...
"Eh.... itu siapa?..." Flora mengernyitkan dahi. Seorang cowo yang terburu buru memeriksa semua kelas membuatnya curiga.
"Alaah... mau alesan apa lagi siih.." Thifa memutar bola mata malas. Ia percaya Flora punya jutaan cara untuk menghalangi mereka ke kantin.
"Serius..! tu cowo lagi ngapain coba?"
"eh...." Thifa Mendadak berbinar saat mengikuti pandangan Flora. "itu Ray... yang aku bilang anak pindahan itu.. ganteng kaan.."
Yumna menghela nafas pasrah. Ia perlu lebih banyak tempat untuk menampung kesabarannya. Adaa saja yang menunda jalannya menuju makanan. Oh ayoolah... Jam akan terus berputar dan mereka tak berpindah sama sekali. Kapan penderitaannya berakhir?. Ia benar benar tersiksa dengan rasa lapar ini. Gadis itu mulai meremas perutnya kuat. 'sabar dikit..' Batin Yumna seraya menepuk perutnya beberapa kali.
Yumna mau tak maupun ikut mengamati pria yang sedang memeriksa kelas kelas itu. Kalau dipikir pikir anak pindahannya tadi cuma dia dan Zaky. Lalu kapan cowok bernama Ray datang??. Alisnya bertaut merasa ganjal. kok kayak kenal?.
"Zak.....Ky.." lirih Yumna seketika berbalik. Ia meratap sesal kenapa harus bertemu dia. Yaah bagaimanapun mereka memang satu gedung sekolah. Mustahil jika ia terus menghindarinya.
"Hai...nyari siapa?." tanya Thifa saat Zaky juga mengecek kelas mereka. Yumna sangat ingin jadi makhluk gaib saja sekarang. Biar Zaky tak mampu melihatnya. Aissh...kenapa Thifa mesti sok kenal sok deket sih... Jelas jelas dia sudah punya pacar.
"Eh?... Liat anak yang baru pindah ke sini gak?." tanya Zaky.
"Oh Yumna..." ucap Flora dengan santai dan langsung membalik badan Yumna 180 derajat. "Ni..."
Bagus!. Ia punya teman yang sangat jujur seperti Flora. Hiih...Yumna benar benar ingin mencubit mulut temannya itu. Membungkam semua kata kata yang merugikannya. Yumna tak punya pilihan. Stok ekspresinya sekarang hanya seperti kucing yang tertangkap basah menyolong ikan. Huh apapun itu. Ia lagi lagi harus memberi senyum palsu.
"Dari tadi aku cariin...ke kantin bareng yuk..." Ajak Zaky meraih jemari Yumna. Ya! ke
Yumna saja. Thifa terperangah takjub tak percaya. Membuat Zaky tersenyum congkak.
"Ekhem ekhem...Kenalin gue Ray... pacarnya Yumna..." tangan Zaky terulur.
"What?!." Seru Thifa dan Flora bersamaan. mereka bahkan tak menerima jabatan tangan Zaky. Terlalu shock mendengar berita tak terduga itu. Apalagi Flora faham benar karakter Yumna dari dulu. Sifat tertutup yang menjadi dinding pembatas untuk orang lain masuk kedunianya. Bahkan suaranya yang imut masih bertahan sampai sekarang. Lalu ada apa dengan pria ini?. Dia pasti berbohong, terbukti dari Yumna yang langsung menepis tangan pria sok kegantengan itu.
Yumna kontan melotot dengan gelengan tegas saat mendengar pengakuan palsu dari seorang Zaky. Ia berusaha meyakinkan kedua temannya bahwa itu tidak benar. Dan apa yang cowok ini rencanakan?!. selain pengakuan palsu, dia juga memalsukan namanya sendiri.
Flora menetralkan ekspresinya. Kenapa dia jadi selebay tadi huh. Ia menatap enggan pada Zaky. Melirik sekilas pada nama yang tertera di seragam pria itu. Namanya kok kaya pernah dengar ya.
"Kepedean banget lo.. Si Yumna aja gak ngaku.." Cibir Flora.
"Dia emang malu malu kucing...iya kan sayang..." Zaky mengucap kata 'sayang' tepat ditelinga Yumna. Sengaja dengan nada yang dibuat buat.
Yumna reflek memberi jarak. Ia meremang sebab ulah Zaky. Ia langsung mengusap lehernya risih. Ahh..menyebalkan!.
"Oh iya nama kalian siapa?.." Tanya Zaky santai. Membuat Yumna bersumpah serapah dalam hati. Dasar cowok kurang ajar!. Dia udah bikin Yumna merinding gak karuan dan dia malah bertingkah seolah gak salah apa apa. Aissh... Yumna makin enggan bersandingan dengan cowok minim akal itu.
Zaky mengendikan bahu tak masalah melihat kedua gadis itu tak merespon sama sekali. Toh ia bisa tahu dari nametag di seragam mereka.
"Ooh Athifa Davidya c, sama Floraaaaa.." ucap Zaky menggantung.. Ia berupaya membaca name tag mereka. Namun Saat membaca nama Flora, gadis itu langsung bersedekap tinggi tinggi untuk menutupnya. Aihhh pelit sekali sama nama doang huh! batin Zaky tak habis pikir. hah ide nakalnya muncul. "Floraaa... fauna...haha." tawa Zaky meledak. Hingga anak anak yang berlalu lalang pun menoleh penasaran.
Flora semakin gusar menjadi pusat perhatian. Wajahnya merah padam menahan emosi dan malu yang bertubrukan di otak. Sumpah demi langit dan bumi. Ingin sekali ia menjejalkan sepatu kemulut Zaky, Si cowok gak ada akhlak itu.