"Jangan memaksakan diri, pasti itu sakit..sampai suaramu jadi kecil seperti itu.." ucap Pak dirga prihatin.
Eh! ini tidak sakit. Justru Yumna malah terbengong tak percaya dengan yang barusan ia lakukan. Ajaib! Ia berhasil menguasai mulutnya, Ya siih memang belum maksimal. Setidaknya tekadnya sedikit demi sedikit mampu mengikis cairan yang selalu mendadak beku ditenggorokannya. Ahh biasanya keramaian ini adalah pemicu terbesar kebisuannya. Tapi kali ini Yumna mulai mengubah dirinya. lebih baik.
"Kalian tidak ada yang mau bertanya soal Yumna?." tanya Pak Dirga. Tak ada jawaban. Mereka terlalu segan. Bagaimanapun kesan galak memang sudah melekat jelas di wajah kepala sekolah. Membuat siapapun menjaga sikap sebaik mungkin didepannya.
"Baiklah... Kedatangan Yumna ke sini untuk menjadi bagian dari kelas kalian. Jadi jangan sampai saya mendengar ada yang bersikap buruk pada Yumna. mengerti?!."
"Mengerti.." jawab semua serentak.
"Silakan bu Ratih. Anda bisa melanjutkan jam perwalian. Sudah membuat organisasi kan?!. Siapa ketua kelasnya?."
"Sadewa pak."
"Ganti... Naga lebih cocok... Sadewa jadi wakil saja... Silakan lanjutkan...saya tinggal... jangan gaduh..." Pria paruh baya itu berlalu meninggalkan kelas tanpa senyum sedikitpun. Ardhi memelototi kepergian guru killer itu. Ia benar benar dongkol dirinya dijadikan bahan hinaan terus.
"Siapa yang mau duduk sebangku dengan Yumna?." tanya Bu Ratih.
"Sama saya aja bu..." Teriak Ardhi.
"Engga...saya gak mau Yumna kecipratan nakalnya kamu... lagian mau dikemanain Athifanya." Bu Ratih melirik tas di meja. Itu adalah milik gadis bernama Athifa yang sedang beralasan ke toilet. Ardhi mencibir sebal. Kenapa dia selalu jadi hal yang paling dihindari oleh semua guru.
"Naga... kamu kan sudah lebih dulu kenal dengan Yumna..jadi..kamu saja ya..."
"Tapi saya duduk sama Dewa bu.. kenapa Yumna gak sama Flora saja bu.." sela Naga.
"Gak papa.. saya aja yang pindah ke Flora.." ujar Sadewa segera pindah ke bangku sebelahnya.
Naga menghembuskan nafas berat. Entah kenapa suara Yumna tadi cukup membuatnya menyesal telah membantu gadis itu. Terlebih lagi Ia malah harus menerimanya sebagai teman sebangku. Ahh.. Ia merasa dibohongi. Mengingat pertemuannya pertama kali diperpus dengan Yumna. Seorang cowok sudah mengatakan bahwa gadis itu bisu. Lalu apa ini?. Dia bisa bicara. Oh astaga!. Naga sungguh merasa seperti menjadi pecundang yang dibodohi gadis berwajah lugu itu. Yumna pasti sudah mentertawainya sedari tadi. Aishh...!
Yumna mengekori langkah Naga. Sesekali ia tersenyum canggung dengan tatapan semua orang. Masih terasa asing. Namun sikap mereka cukup membuatnya nyaman. Setidaknya dia tahu mereka tak sejahat yang ia kira sebelumnya.
"Ga... baik baik lo ama Yumna.. jangan ampe lecet. Murid spesial tu dia.. datengnya aja dianter beruang kutub." Seru Ardhi yang langsung di setujui anak yang lain. Seketika bunyi kasak kusuk obrolan mengenai Yumna memenuhi seluruh sudut kelas.
"Hai... Yumna.... Kenalin...gue flora Gayatri michellin. Panggil aja flora..." Seorang gadis mencondongkan badannya kemeja berupaya menyapa Yumna. Ia sedikit kesulitan dengan keberadaan cowok disampingnya. Ia melambaikan tangan Pada Yumna dengan senyum manis. Yumna hanya mengangguk cepat bersama senyum yang tak kalah manis. "Dewa ih... jangan ngalangin." Protes Flora saat Dewa menunduk membaca buku. itu jelas menutupi pandangannya dari Yumna.
"Issh...iya iya..." Dewa mendesis sebal. 'Dasar ribet!' umpatnya dalam hati. Ia memutar bola mata dan menghempaskan punggung ke sandaran kursi.
"Dia Sadewa Nasution. panggil aja Dewa." lanjut Flora. Mendengar itu Dewa langsung menoleh dan tersenyum pada Yumna.
"Ini hari pertama di semester dua... semoga menjadi awal yang baik ya. apalagi ditambah kedatangan teman baru seperti Yumna. Setelah ini akan ada rapat guru." ucap Bu Ratih.
"Libur dong bu...?" Seru seorang di pintu tiba tiba. Gadis itu tampak antusias memasuki kelas. Ia nyelonong masuk tanpa permisi melewati Ratih.
"hmm....Athifa.?... Ditoilet kamu makan apa?.." tanya Bu Ratih dengan senyum palsunya.
"Makan seblak sama mie ayam.." jawabnya cepat dengan ceria. "opss.." Athifa langsung tersadar dengan ucapannya. Ia tampak menelan saliva susah payah.
"Bagus...! kantin kita dah pindah ketoilet ya... huh! untung ini masih hari pertama.. jadi saya maafkan kamu.." Bu Ratih melihat jam nya sebentar. "Oke ibu tinggal ya... jangan ramai!."
"Eh.... dikelas IPS ada anak baru tau... ganteng lagi... " Athifa mulai bercerita menggebu gebu. Ia sesekali menerawang membayangakan paras tampan cowok yang sebenarnya adalah Zaky. Hanya anak perempuan yang mulai tertarik dengan ocehannya. Sementara anak cowok memilih tutup telinga.
"Cowok lo disini woy!. ceritanya mau selingkuh terang terangan?? atau kode minta putus sekarang??." Ardhi menoyor dahi Athifa. membuat gadis itu cemberut seketika. Mood nya hilang untuk berdongeng.
"Ya kan aku bilang dia ganteng... beda sama kamu.. kalau kamu kan ganteng banget.." Athifa berupaya merayu pacarnya yang cemburuan itu. Ia memeluk Ardhi sebentar lalu menatap memelas. Ia tak tahu bagaimana Ardhi juga sempat hampir pindah haluan gara gara melihat Yumna. Ahh bodoh!.
"Gak usah lebay!." Cibir Flora muak dengan pemandangan menjijikkan itu. Ia tak peduli dengan tatapan sinis yang diberikan sepasang sejoli itu.
"lo iri kan?." sergah Athifa. Namun mendadak alisnya bertaut. "kok lo jadi duduk sama Dewa?. Kapan kalian pacaran?." Ucapnya menyelidik. Ya. Faktanya di kelas ini hanya dia yang selalu memikirkan soal cinta. Eh ralat! yang benar, budak cinta di kelas ini hanyalah Athifa dan Ardhi. Apapun yang mereka lihat selalu di sangkut pautkan dengan masalah cinta. A couple benar benar pasangan yang cocok.
Flora memutar bola mata malas. 'mulai lagi deh'. Siapa juga yang mau duduk dengan seorang Dewa yang sok ngatur. Ahh sebenarnya ia cukup puas karena Dewa tidak jadi ketua kelas lagi. Untuk pertama kalinya ia setuju dengan keputusan Pak Dirga.
"Sayang...mereka disuruh sama Bu Ratih." ucap Ardhi.
"What?! sejak kapan Bu ratih jadi mak comblang?!." Athifa terbelalak.
Yumna Yang sedari tadi pura pura abai jadi teralihkan juga pikirannya. Ocehan Athifa benar benar mengusik indra pendengarannya. Ia menghela nafas panjang. Jadi seperti inilah rasanya di sekolah dengan berbagai macam suara.
Yumna hampir melupakan semua kenangannya saat SD. Pasalnya tak ada yang penting baginya. Hanya bullyan yang tak pernah usai. Sementara di SMP, ia malah melewati banyak peristiwa yang tak berkesan sama sekali. Seolah berjalan di tempat yang sama, kejadian yang sama, dan bunyi bunyi yang sama.
"Dan lo.... siapa lo?..." ucap Athifa tiba tiba. entah sejak kapan ia sudah berdiri disamping Yumna dengan tatapan penasaran.
Yumna kontan mendongak. Mencoba menstabilkan detak jantung yang hampir berhenti. Athifa sungguh mengejutkannya.
"Lo tu berisik tau gak...balik gak?! balik...!" Ujar Naga dengan pandangan mata serius. Sepertinya dia juga merasa terganggu.
"Dia Yumna... anak pindahan juga... tenggorokannya lagi sakit... jadi gak bisa jawab..." Ucap Dewa seraya menepuk pundak Athifa. lantas memberi kode pada gadis itu untuk pergi. Ia kurang paham juga kenapa Naga tiba tiba semarah itu. Yang pasti jika cowok satu itu marah, jangan berani dekat dekat. Bahaya!
Yumna kembali bisa bernafas lega. Sudah menjadi kebiasaan tubuhnya yang selalu merespon buruk jika mendapat perintah untuk bicara. Entah detak jantung yang mendadak berhenti atau makin cepat, suhu yang terasa memanas di punggungnya, tangan dan kaki yang seketika dingin, dan juga keringat dingin yang mulai keluar. Apapun itu... Yumna benar benar ingin menghilangkannya. Rasa takut itu...
Yumna selalu bisa bicara kepada Cherry. kenapa disini tidak?. Seolah ia memiliki kepribadian ganda. Ia bisa tertawa lepas dan bicara sepuasnya kepada seekor kelinci. namun saat di depan manusia. Mustahil!. Seolah ada dinding pembatas yang menjulang tinggi dan tebal.
Dan cowok di sampingnya ini. Siapa dia?. Kebaikannya sudah membantu Yumna dari mimpi buruk. Tapi kenapa Naga sukar di tebak. Ia kira Naga akan senang mereka duduk sebangku. Nyatanya?melirikpun tidak!. lalu apa alasannya mengaku sudah mengenal Yumna lebih dulu?.
Tiba tiba Naga menoleh dan tak sengaja memergoki Yumna yang sedang menatapnya kosong. Apa yang sedang dipikirkan gadis ini huh?!. Naga sungguh ingin tahu isi otak Yumna. Setelah gadis itu membuatnya luluh dengan keluguannya, sekarang dia datang mematahkan semua simpatinya. Yumna tidak bisu! Ya!
Aissh... Naga menyesal telah berlagak sebagai temannya tadi. Jujur, Naga hanya terngiang ngiang dengan ucapan Zaky waktu itu. Tentang Yumna yang bisu. Oke. lupakan saja karena semua itu bohong!.
Naga menghela nafas. lalu. "ekhem ekhem..." Ia sengaja berdehem. Lamunan Yumna buyar. membuatnya tersadar ia sedang menghadap Naga. Duh! seketika menunduk. Wajahnya terasa memanas. Ahh pasti pipinya sudah se merah tomat.
"Ngerasa gak? punya utang ucapan maaf dan makasih ke gue.." Naga merogoh sakunya. Mengambil ponsel.
'Makasih?' Ah tentu saja. Pria bernama Naga itu kan baru saja membantu Yumna. Jelas Yumna harus berterimakasih. Gadis itu mengambil buku kecil disakunya. Menulis cepat..'Terimakasih' lalu menggeser kertas itu ke depan Naga perlahan.
"Hmm... " Naga menghela nafas pasrah. Agaknya cewek ini memang tak ingat apa apa.
"By the way gara gara lo jatuhin buku. jidat gue ampe memar.." Gumam Naga. Ia malas mengatakan apa apa lagi. Malu juga memaksakan orang mengatakan terimakasih.
Namun gumaman itu cepat tertangkap ditelinga Yumna dengan jelas. Mendadak otaknya berkelana ke kejadian di perpus beberapa hari yang lalu. Ahh! Yumna baru ingat!. Jadi.... dia pria waktu itu. Yumna sengaja membekap mulutnya yang terperangah lebar. Aissh kenapa dunia ini sempit?. Sedetik kemudian gadis itu menurunkan tangan dan reflek menggigit bibir bawah. Bingung!.
Membayangkan kejadian itu saja cukup membuat nya tak berani mengangkat kepala. Ahh! benar benar memalukan!.
Hissh... Naga mendesis sinis. Apa maunya? jangan bilang dia memang sakit tenggorokan?. Ah ayoolah Ia bukan paranormal atau penyihir. Ia mengatakan 'Yumna sakit tenggorokan' benar benar murni karangannya. Bukan karena ia yang meramal keadaan Yumna, ataupun membaca mantra sihir agar gadis itu benar benar sakit. Hei! lalu kenapa gadis itu tetap diam tak berkutik?. Seolah dia berubah jadi bisu sungguhan.
'Jangan menarik simpatiku lagi...' batin Naga...