"Jangan menarik simpatiku lagi.." batin naga. ia melangkah pergi meninggalkan kelas. Merasa dipermainkan hatinya. Ia mendesah kesal. Berjalan melewati lorong kelas. Melewati tiap ruangan yang riuh karena jam kosong.
"Yeay!... Naga nya pergi..." Sorak Athifa seraya menghambur ke Yumna. Sorot matanya masih cukup cemas melirik pintu waspada. Takut Pria itu muncul lagi.
Flora yang punya jarak lebih dekat melesat lebih cepat menduduki kursi sebelah Yumna. Athifa mendecih sebal namun tak kehabisan akal, ia langsung menyuruh Dewa untuk pindah ke kursinya Flora. Ia nyengir tanpa dosa saat Dewa hanya bisa mendengus kesal.
"Lo anak pindahan juga?. kenalin gue Athifa Davidya Clarkson...panggil aja Athifa, atau thifa." Gadis itu langsung menjabat tangan Yumna semangat. Yumna tersenyum kaku. Ia terperangkap di antara dua cewek yang pasti akan membawanya masuk kedalam obrolan mereka.
Duh! Yumna belum sepenuhnya siap. Mulutnya mengatup rapat. Melirik ke dua gadis itu bergantian. Ia memaksakan senyum berupaya tampak ramah. Ahh apa yang mereka pikirkan tentangnya. Rasa dingin mulai merayap ke telapak tangannya. Tengkuk lehernya memanas dan kian menyebar melingkupi punggungnya.
Oke, Yumna akui, Ia belum jauh dari garis start. Setelah perkenalan tadi, rintangan selanjutnya adalah dua sosok yang mengapitnya sekarang. Dan entah dengan ujian lain yang akan menyambutnya nanti. Ia harus memenangkan dirinya sendiri. Menaklukan semua halang rintang demi mengalahkan rasa takut. Dan Yumna tahu, ini akan memakan waktu lama.
"Nih hadiah buat kamu..." Athifa memasangkan gelang pada Yumna. Wajahnya selalu tampak ceria. Matanya berbinar. Menatap Yumna antusias. Menunggu ekspresi senang yang akan muncul di wajah Yumna. Sudah jelas kan?! semua orang pasti akan senang bila mendapat hadiah. Dan itu lah yang Athifa harapkan sekarang.
Namun, di luar dugaan, Yumna malah meringis kikuk. Memandang gelang itu tak yakin. Apa dia serius memberikannya?.
"Lo gak suka? jelek ya? oke tunggu dulu..." Athifa mengeluarkan isi sakunya yang menggelembung. Bruk! Aksesoris berupa gelang yang awalnya berantakan ia tata rapi di depan Yumna. "Pilih yang mana..."
"Lo jualan fa?..gila! banyak banget..." Flora berdecak takjub. Tangannya mulai usil mengacak acak sekumpulan gelang itu. "Jangan bilang ini buat lo bagi bagiin ke orang orang.. mending buat gue semua aja deh..."
"Issh... jangan..." Ucap Athifa ketus seraya menabok punggung tangan Flora sekenanya.
"Huh pelit.." ucap Flora sengit. Tangannya langsung bersedekap angkuh. Ia melengos ke tembok.
"Sini..." Athifa menarik tangan Flora dan menaruh gelang ditelapaknya "Lo cocoknya yang ini.. hadiah dari gue. Keren kan...kekinian banget.."
"Wow... gila siih... ini mah emang keren banget... thanks ya fa... hobi lo tuh menguntungkan banget buat gue..hehe" Flora terkekeh lantas memakai aksesoris itu tanpa ragu. Dalam sekejap ia lupa dengan kemarahannya beberapa saat lalu.Thifa makin senang saja melihatnya. Artinya ia berhasil meluluhkan hati temannya itu. dan Yumna?. Bagaimana dengan gadis itu?.
Thifa beralih menatap Yumna yang sempat penasaran juga dengan maksud hobi Athifa yang menguntungkan. Hmm apa maksud Flora?.
"Jadi mau yang mana? menurut gue sih. lo udah bagus pake yang itu." Thifa memilah milah gelang yang mungkin Yumna akan suka. Walaupun dia bingung juga. Ia belum mengenal Yumna lebih dalam. Apalagi untuk kesukaannya.
"Yumna tuh suka warna biru... jadi lo gak salah ngasih yang itu." Ujar flora dengan santai sambil serius mengamati hadiah yang baru saja diterimanya.
Sontak Yumna tertegun dengan perkataan Flora. Darimana dia tau?.
"Gue sama Yumna dari TK ke SD satu sekolah terus." Flora memandang Thifa sekilas. lalu menghela nafas saat Yumna menatapnya dengan raut yang sulit di artikan. Ahh anggap saja Yumna sedang shock dengan pengakuannya. Dia pasti punya cara berbeda dalam menyikapi seseorang. "Lo pasti gak inget gue... ya gue maklum.. gue juga gak inget lo.. baru juga engeh tadi. hehe." Flora terkekeh.
Yumna membuka kembali ingatannya. Bayangan saat Ia masuk kedalam kelas SD muncul samar samar. Ia seolah mengedarkan pandang kepada anak kelasnya satu persatu. Dari yang terdepan sampai kebelakang. Ahh Yumna menyerah. Wajah merekapun ia lupa. Hanya postur tubuh teman temannya yang masih membekas jelas di otaknya.
"Jangan cari yang kurus cantik... dulu gue kan gendut, Yang duduk di pojok kanan belakang. kalo lo kan pojok kiri belakang." penjelasan Flora membuat Yumna mengernyit.
Imajinasinya terlalu kuat. Sampai sampai ia bisa membayangkan Flora kecil duduk di depannya. Seorang anak bertubuh gemuk dengan potongan rambut dora.
Yumna memastikan penglihatannya. Iapun menatap Flora yang sekarang. Matanya menyipit sebentar. Iya... dia adalah anak yang selalu menemaninya saat waktu istirahat. Bukan menemani tepatnya, Tapi memang hanya mereka berdua yang tak keluar kelas di jam istirahat. Meskipun tak pernah mengobrol. Tempat duduk mereka juga cukup berjauhan.
"Makasih...Cuma lo yang gak manggil gue kudanil fauna waktu SD.." bisik Flora ditelinga Yumna.
"Kenapa?." tanya Athifa ikut berbisik. Aneh padahal dari tadi ia sibuk dengan aksesoris. Namun giliran Mendengar bisikan ia seketika berubah waspada menatap pintu. Nyatanya ia masih takut dengan Naga.
"Engga kenapa napa... gue cuma bilang... anak ipa anaknya baik baik semua. Cuma tampang doang yang pembully... tapi hati bagai hello kitty.. hehe." Flora terkekeh. Namun kata katanya cukup meyakinkan.
***
Zaky sudah mendapat banyak fans dari langkah pertama memasuki kelas. Bak seorang pangeran, ia diperebutkan oleh hampir seluruh penduduk cewek kelas IPS A. Layaknya gula yang disemuti. Ahh makin tinggi saja kepercayan dirinya. Dibilang mirip artis korea pula.
Hatinya melejit saat disebut mirip dengan Ji chang wook. Padahal ya tidak sama sekali. Mungkin yang bilang begitu asal sebut nama saja. Kebetulan saja ia masuk di kelas dengan sejuta argumen. Semua berpendapat tak terkecuali. Paling minimal ya cuma bilang 'ya ya ya.' Rame lah pokoknya.
Para cowok seketika mengalami krisis senyum. Entah sudah berapa banyak cibiran yang di lontarkan pada Zaky. Meski anak itu tak menggubris sama sekali. Ia lebih disibukan dengan tebar pesona kesana sini.
Ya, sebenarnya tak semua cewek memujanya, Tapi segitupun sudah cukup membuat kelas IPS A seperti lokasi meet and great artis papan atas. Berisik sekali.
"Hello guys... Dylan kembali.." Seru Dylan seraya melompat dan bruk! mendarat dengan gaya. Entah kapan dia masuk. tak ada yang menyadarinya.
Wajah Dylan memucat saat ia mendapati dirinya tak dipandang sama sekali. Untung gak ada yang liat. Malu!. 'Ada apa sih disitu? kok cewek cewek banyak yang ngerubutin.?' Batin Dylan. Iapun tergerak untuk menanyakan pada cewek cupu di depan.
"Nina, Ada apa dibelakang?."
"Anak pindahan.. namanya Ray katanya."
"Ohh... " Dylan manggut manggut. Ia mengedarkan pandangannya. 'gak ada kursi kosong?.'
"Duduk sini aja ahh.." Dylan duduk di kursi terdekat. Pantatnya sengaja mendorong tas orang sampai terjatuh.
"Eh... itu tas orang! ada tas berarti ada orangnya."
"Hmm..." Dylan hanya berdehem. "Oke disini aja." Ucapnya. Sekali lagi duduk ditempat orang lain. Tas yang dikursi ia pindahkan ke meja.
"Ada orangnya juga.."
Dylan mendesah kesal. "Terus gue dimana?." Geramnya.
"Di belakang sama Ray... anak pindahan tu." sahut seorang temannya.
"Minggir! minggir!...balik balik balik...! hussh... tiap hari juga bakal liat..." Dylan membubarkan kerumunan itu. Membuat mereka menggerutu kesal. Huuuu!. Sorakan tak terima menggema. Dylan tak ambil pusing. Yang penting ia bisa duduk tanpa digusur lagi. Huh gampang juga ngusir mereka. pikir Dylan. Namun Ia terkejut saat berbalik melihat cowok yang katanya bernama Ray itu.
"Zaak....."
"Shuuut.... disini nama gue Ray... bukan Zaky." Zaky membekap mulut Dylan. Kemudian setelah dilepas ia duduk kembali dengan santai.
"Jangan asal ganti nama lo!... mesti bikin tumpeng nasi kuning kalo mau ganti..."
"Yee...gak lah... nama lengkap gue kan Zaky Rayyan Pramana... nah tu... Rayyan... Ray.. Ray Ray...."
"Stop!.. bisik ahh...Eh..Ngapain lo pindah sekolah... Pengen banget lo deket sama gue.." ucap Dylan dengan bangga.
"Hidih...Najis tralala trilili..." Ucap Zaky berlagak mual pengen muntah.
Dylan terkekeh. "Trus kenapa?.."
"Someone special.. " Jawab Zaky seraya tersenyum samar.