Sandi mendekati Shena yang terus menangis. Dia menyeka air mata Shena lalu memeluknya. "Puas kamu Alena? Kamu liat kan, tidak terjadi apa-apa? Kamu menuduh
Kelinci itu mati terlindas mobil. Tubuhnya hancur. Alena menutupi mulutnya yang menganga, dadanya bergemuruh hebat. Rasa sesak membuatnya sangat sulit untuk bernapas.
Air matanya terus terjatuh. "Ini gak mungkin! Hiks, ini pasti salah kan? bagaimana bisa ini terjadi?" Dia menangis tersedu. Alena memandangi Shena dengan tatapan yang berbeda, dia di ambang ketakutan.
Sandi melepas dekapannya, memperhatikan kelinci yang malang itu lekat-lekat. Ini hanya kebetulan! Hatinya terus berbisik. Namun terlalu mustahil di anggap sebagai kebetulan.
"Ma?"
"JANGAN MEMANGGIL KU MAMA!!" Alena berteriak lantang. "Jangan bersuara Shena.! Tutup mulut kamu! Jangan pernah mengatakan apapun.!" Teriak Alena bergetar.
Alena terus menyeka air matanya, dia memukul-mukul dadanya kuat. "Kita pindah dari sini!" ucapnya menatap ke arah Sandi.