Regan mengangguk sambil menyenderkan kepalanya lebih dalam di bahu Aneska. "Suapin," pinta Regan dengan lemasnya.
"Iya," sahut Aneska. "Awas dulu, gue mau ambil bubur buatan Tante Farah buat lo."
Regan melepaskan pelukannya dan membiarkan Aneska beranjak untuk mengambil bubur.
Aneska duduk di tempatnya lagi sambil mengaduk-ngadukĀ bubur itu. "Aaa ...," interuksi Aneska.
Regan menanggapi suap demi suap bubur yang Aneska berikan. "Bilangin sama Tante Farah, makasih dan maaf gue ngerepotin," katanya ditengah aktvitasnya mengunyah.
"Nanti gue bilangin. Udah ini aaa lagi." Aneska menyuapkan lagi bubur yang masih hangat itu ke dalam mulut Regan.
Aneska tersenyum senang karena Regan menghabiskan bubur ayam buatan Farah. "Pinter banget sih?" puji Aneska. "Sekarang minum obat ya?"
Aneska mengambil obat dan satu gelas air putih di atas nakas. "Nih minum dulu. Lo nggak seret apa?"
"Bubur mana bisa seret." Regan mengambil segelas air putih itu lalu menegaknya sedikit.