Dengan perlahan, Melody melangkahkan kedua kaki jenjangnya meninggalkan area rumah tersebut. William hanya bisa memandang kepergian Melody dengan tatapan nanar, begitupun dengan Lauren.
Rasanya begitu sakit ketika tidak mendapat maaf dari anak sendiri. Tapi, mau bagaimana lagi, kita ini hanya seorang manusia yang sangat sulit untuk mengampuni kesalahan orang lain. Hanya Yang Mahakuasa sajalah yang bisa melakukannya.
Tanpa disadari, kedua kaki jenjang Melody malah berhenti tepat di depan sebuah rumah bercat abu-abu, rumah lelaki yang dahulu sangat dia sayangi. Lelaki yang selalu menyia-nyiakannya, dan kini memutuskan untuk memperjuangkannya. Entahlah, ini semua di luar kesadaran Melody.