Gilang mendenguskan nafasnya panjang. Sedikit lebih tenang setelah menjawab telefon dari Keara.
Pemuda itu kini menatap sendu langit dari balkon rumah megah itu. Memaki cuaca negara paman sam itu yang nyatanya lebih cerah dan hangat dari biasanya. Awan putih menggulung gemas. Langit biru terlihat terang. Sampai Gilang merasa, semesta seakan tak peduli hatinya sedang barkabung dalam.
Gilang memejamkan matanya rapat, merasakan angin kota California berhembus mengusap pipinya lembut. Berharap angin yang sama juga membawa perasaan duka juga menyesal itu pergi ikut terbawanya.
Dini hari tadi benar-benar membuatnya sesak. Tangan dingin nan rapuh itu masih terasa membekas dikulit jari-jarinya. Bagaimana genggaman tangan sang eyang melemah ditangkupan kedua tangannya. Bagaimana senyum lembut itu memudar perlahan bersamaan dengan kedua matanya yang terpejam. Bagaimana pesan-pesan terakhir yang diucapkan lirih oleh sang eyang.