Aku berjalan menuruni anak tangga kemudian mengambil sehelai roti berselai coklat yang ada di meja makan.
"Den, ayah pesan selesai sekolah langsung pulang" Ucap Bu Im.
"Udah tau. Tapi gak janji" Jawabku sambil berjalan ke arah pintu rumah.
"Lo, gak sarapan dulu?"
Aku menelan sehelai Roti, "Nanti aja di sekolah"
Aku bergegas ke arah rumah Andre untuk mengambil Skateboard milikku.
Setelah sampai aku langsung memarkirkan di gang dekat rumah Andre.
Gangnya cukup sempit, motorku tidak akan muat jika masuk. Yah terpaksa aku harus jalan kaki.
"Assalamualaikum" Ucapku sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam" Ucap seorang wanita dari balik pintu.
"Eh Onad" Seorang wanita paruh baya tersenyum ramah diambang pintu, "Sinih masuk. Andre nya lagi mandi"
"Hmm tante, aku cuma pengen ambil Skate"
"Oh gitu. Tunggu sebentar ya" Ucapnya lalu meninggalkanku.
Setelah 5 menit ia keluar sambil membawa Skate berwarna Pink, "Ini bukan?" Ujarnya sambil menyodorkan Skate.
"Iyaa benar tante. Aku duluan ya" Jawabku setelah mengambil Skate dan kemudian menyalami tangan ibu Andre.
Aku berjalan ke arah motor dan menghidupkannya.
"Ini Skate gue taruh mana?" Aku bertanya pada diriku sendiri.
"Tolongggg!!"
Aku menengok ke arah wanita yang menarik lenganku.
Aku memperhatikan dari atas sampai bawah merasa wajah wanita itu familiar dihidupku.
Wanita berambut panjang digerai, memakai tas berwarna abu-abu, dibalut seragam putih abu-abu dengan sepatu nike berwarna hitam.
Bola matanya yang khas membuatku mengingat sosok ini. Ya dia adalah Superman Jalanan.
Bunga melepas tanganku, "Sorry, gue salah minta pertolongan. Kalo gue tau ini lo, gue gak bakal minta tolong sama lo"
"Oh" Aku menghidupkan mesin motorku, "Bagus"
Bunga mengecurutkan bibirnya. Mengapa ia harus bertemu manusia seperti dia?
"Tunggu" dengan amat terpaksa Bunga menarik tanganku kembali.
Aku menghempaskan tangannya, "Apa?"
Bunga menghela nafas, "Gue minta tolong"
"Lo gak inget perkataan lo tadi? Lo bilang salah minta pertolongan?"
"Tapi ini gawat"
"Gue gak peduli" Aku menekan ucapannya.
"Pleasee" Bunga menegkup kedua tanganku seraya mengedipkan matanya.
"Bo-do-a-mat"
"Ishh" Bunga menghentakkan kakinya, "Liat noh" Bunga menunjuk arah depan.
Aku melihat, "Anjing?"
Bunga mengangguk, "Tolongin gue"
"Lo minta gue samperin tuh anjing?"
"Bukan"
"Terus?"
"Gue takut sama anjing"
"Masalahnya sama gue?"
"Lo tolongin gue buat ngelewatin pabrik itu"
"Harus?"
Bunga menganggukan kepalanya berkali-kali.
"Gue gamau"
"Pleasee.. liat noh si Messi ngajak temennya, Ronaldo keluar"
"Dih kayak pemain bola aja, gue gak kenal!"
"Itu anjing yang didepan"
"Gak peduli"
"Yaudah intinya gue ikut sampe depan situ aja" Bunga naik ke atas motorku.
"Gak. Turun!!"
"Tega"
"Bodo"
"Jahattt!!"
"Iya gue jahat"
"Gue bayar deh"
"Lo pikir gue ojek?"
"Pleaseee.. noh noh keluar lagi si Mane sama Firman"
"Lo kenal deket sama anjing-anjing itu? Yaudah temen deket enggak bakal ngelukain"
"Ihh apaan si! Tuh anjing emng udah femes warga sini udah kenal semua"
"Gak peduli, turun!"
"Gak mau"
Aku menghela nafas gusar. Mimpi apa semalem ya allah harus bertemu wanita ini.
"Pegang nih" Aku memberi Skate berwarna Pink ini padanya. Tanpa menjawab perkataanku Bunga langsung mengambilnya.
Dengan terpaksa aku melajukan motorku.
Bunga menaikkan kakinya ke atas jok motor saat aku melintasi pabrik itu.
Aku yang melihat hal itu tertawa kecil, dengan niatku yang jail aku memelankan laju motorku.
"Hey, gua bawa sarapan nih. Mau gak?"
"Arghhh! Gak lucu! Syuh-syuh jauh-jauh jangan deketin gue! Daging gue gak enak, alot!" Bunga mendorong tubuhku, "Jalan lahh woi!"
"Lo terbang lah. Lo kan Superman" Ucapku dengan sedikit tertawa.
"Pleasee gue mohon gue takut banget" Tanpa sadar aliran bening terjun bebas dipipinya.
Aku terdiam melihat wajah Bunga dari kaca spion. Lalu melajukkan kembali motorku.
"Cengeng"
Bunga menghapus air mata dipipinya, setidaknya aku masih memiliki hati.
"Btw, lo tadi bilang gue Superman?"
"Lo gak inget kemarin lo jatuh posisinya kaya apa?" Aku balik bertanya.
Bunga kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu tanpa sadar wajahnya sudah memerah seperti tomat. Ia sendiri merasa malu dengan posisi jatuh yang seabsurd itu.
"Salah lo"
"Kok salah gue" Aku memelankan laju motorku.
"Lo yang nabrak gue"
"Eh yang nabrak temen gue bukan gue"
"Oh"
"Sekolah lo dimana"
"Eh udah sampai sini aja. Sudah jauh dari pabrik itu"
"Lo mau kasih tau sekolah lo. Apa gua bawa ke sekolah gue"
"Hah?"
"Yaudah gue bawa lo ke sekolah gue fix"
"Dih kok? Yaudah"
"Yaudah apa?"
"Sekolah gue disana. Masih lurus"
"Pegangan!" Ucapku sambil menaikkan kecepatan motor.
"Jan ngebut woi!!" Ujar Bunga menjenggut rambutku.
"Sakit woi. Gila lu ganas banget deh!"
"Bodoamat"
"Belok mana?"
"Belok situ" Bunga menunjuk arah kanan setelah sampai tikungan, "Lurus aja ntar gang kedua belok kanan"
Aku mengangguk seraya mempercepat motor.
"Stoppp!" Ujar Bunga yang sukses membuatku menghentikan motor.
"Makasih" Lanjut Bunga sambil tersenyum.
Aku memegang kepalaku.
"Kenapa?"
"Kayaknya kepala gue pendarahan. Tadi lo tarik kenceng banget. Tanggung jawab"
"Yakali gue jenggut sampe pendarahan"
"Tapi pala gue bisa sakit tau gak!" Jawabku masih memegang kepala.
"Hahahahahaha" Bunga tertawa dan menbuat mata indahnya itu tertutup.
Deg! Kenapa jantungku bisa berhenti saat ngeliat dia ketawa lepas gitu.
"Hmmm... yaudah gue masuk yaa" Ujar Bunga sambil memberikan senyum manisnya.
Aku langsung memutar balik motor setelah melihat Bunga masuk kedalam sekolahnya.
"Woiii" Bunga teriak dan sukses membuat mataku kembali melihatnya.
Bunga berlari ke arahku dengan napas terengah-engah, "Lo lupa?"
"Hah?"
"Skate lo" Ujar Bunga sambil memberikan Skate itu.
"Oiya lupa" Aku mengambil dan memasukkannya dalam tas.
"Emang muat?"
"Muat. Tapi tas gue gak bisa ditutup"
Bunga mengeluarkan kembali Skate dari tasku.
Aku terkejut dengan apa yang dilakukan Bunga. Dia menyelipkan Skate di punggung dan tasku.
"Dahh gue masuk yaa!" Bunga berlari kembali ke arah sekolahnya.
Aku tertawa renyah melihat tingkahnya.
"Gimana bisa dia punya pikiran kek gini?" Aku menatap Skate dan langsung melajukkan motorku.
Ketika Bunga hendak jalan menuju kelas. Salah satu temannya memanggil.
"Siapa?" Inkaa menunjuk ke arahku yang sudah melesat pergi.
"Manusia" Jawab Bunga enteng.
"Maksud gue siapa lo"
"Gak tau"
Inka menggeplak kepala Bunga.
"Awww" Bunga meringis sambil memegang kepalanya, "Sakett njir"
"Biar nyawa lo ke kumpul"
Bunga mengejar Inka yang sudah menaiki tangga, "Tunggu"
"Males lah gue sama lo"
"Males kenapa?"
"Lo mainnya rahasia"
"Apasih" Bunga masih bingung dengan tingkah sahabatnya, seingatnya ia tidak merahasiakan apapun.
"Lo punya pacar gak cerita ke gue"
"Pacar? Siapa? Gue?"
"Bodo amatt" Inka mempercepat langkahnya, "Gue males sama lo. Sebelum lo ceritain jangan panggil gue"
"Lahh? Gue masih gak ngerti. Gue pacaran? Sama siapa?"
Inka menghentikan langkahnya lalu membalik arah ke Bunga, "Yang tadi lo dianterin siapa?"
"Ohh itu. Gue gak kenal"
Inka gemes sendiri melihat tingkah Bunga. Rasanya ingin mencabik-cabik wajahnya.
"Kalo lo gak kenal kenapa bisa goncengan goblokk?! Gak mungkin kan tukang ojek seganteng itu"
Bunga mulai ngerti sekarang, ia tertawa menggema di koridor sekolah.
"Dasarrr!!!" Inka meninggalkan Bunga sendirian.
"Tungguin dong!" Bunga berlari mengejar Inka.