( PERAWAN CINTA)
Setelah Thamus membaca surat dari aku. Hatinya langsung terpukul dan menjadi tamparan buat Thamus. Karena sikap dingin nya terhadap aku yang membuat aku pergi. Bukan hanya pergi dari rumah Thamus tapi juga pergi dari kehidupan nya. Semalaman Thamus tak bisa tidur memikirkan tentang keberadaan aku yang pergi dengan kondisi hamil besar.
" Tuan sarapan sudah matang semuanya" ujar bibi Ijah.
" Aku tidak lapar bibi Ijah. Aku mau ke rumah orangtuanya Lolita. Siapa tahu dia ada disana. Aku akan mengajaknya pulang ke rumah ini" ujar Thamus melangkah dengan terburu-buru menuju mobilnya untuk ke rumahku.
" Hati-hati di jalan mas Thamus. Bawa kembali mbak Lolita ya" ujar bibi Imah.
Thamus pun meluncur dengan mobilnya ke rumahku. Sesampainya di rumahku terlihat Ayahku,ibuku dan Rafaela sedang sarapan di ruang makan.
" Assalamualaikum ayah,ibu dan bunda Rafaela" ujar Thamus menyapa.
" Waalaikum salam,nak Thamus. Ayo sini bergabung sarapan bersama kami" ujar ayahku.
" Lolita ada di rumah,ayah?!" tanya Thamus.
" Kok nanya Lolita?! Kamu lagi berantem ya?! Lolita enggak ada di rumah ini" ujar Ayahku.
" Yah!! Kemana lagi harus aku cari ya??!!" ujar Thamus dengan wajah memelas.
" Coba kamu telpon sahabat-sahabat nya Lolita" ujar ibuku menyarankan.
" Tadi malam aku sudah coba telpon mereka satu persatu. Namun mereka pun tak tahu kemana keberadaan Lolita" ujar Thamus cemas.
" Kok bisa sih Lolita pergi dari rumah kamu?!" tanya Rafaela.
" Iya maafkan aku yang selama ini kurang bersikap baik dengan Lolita. Belum bisa jadi imam yang baik hingga sikap aku membuat Lolita sakit hati. Maafkan aku" ujar Thamus dengan wajah yang sedih.
" Ya Allah sayangku Lolita!! Kamu pergi ke mana nak!!" ujar ibuku yang syok mendapat kabar aku pergi dari rumah Thamus.
" Yang sabar mba" ujar Rafaela menenangkan hati Ibuku.
" Oh iya. Ayah baru ingat. Kalo enggak salah ya. Dari kecil sampai dewasa kalo Lolita marah dan ngambek sama ayah dan ibu pasti ngadu ke bibi Imah. Sekarang kan bibi Imah udah meninggal. Bisa jadi dia ke makamnya atau tinggal di rumah bibi Imah di malang." ujar ayahku memberitahu.
" Iya betul. Aku juga baru keingetan kalo Lolita pernah cerita sama aku kalo bibi Imah itu seperti ibu keduanya. Makanya setelah kepergian bibi Imah dia jadi cepat down dan menangis. Ayah atau ibu atau bunda Rafaela punya alamat rumahnya bibi Imah??! Biar saya susul ke malang buat jemput Lolita untuk kembali ke rumah saya" ujar Thamus.
" Sebentar ya. Ayah periksa dahulu di galeri hape ayah. " ujar ayahku.
" Iya yah. Aku tunggu" ujar Thamus.
" Oh iya ini ketemu. Ayah kirimkan lewat WhatsApp ya" ujar ayahku sambil mengirimkan alamat rumah bibi Imah.
" Terimakasih atas bantuannya ayah. Aku pamit ya mau jemput Lolita pulang" ujar Thamus dengan wajah bahagia karena sudah dapat alamat rumahnya bibi Imah.
" Iya nak Thamus. Hati-hati di jalan" ujar ayahku,ibuku dan Rafaela sambil melambaikan tangan dengan kompak.
Setelah sampai Rumah nya bibi Imah akupun menaruh semua tas dan koper di kamarnya bibi Imah. Kemudian langsung pergi berziarah ke makam bibi Imah. Sesampainya di makam aku membeli bunga dan air mawar untuk aku taruh di makamnya bibi Imah. Setelah aku berdoa di makamnya bibi Imah lalu aku basahi makamnya bibi Imah dengan air mawar dan ku taburi dengan bunga.
" Assalamualaikum bibi Imah. Ini aku anakmu Lolita. Kini aku sadar aku terlalu sayang dan membutuhkan kamu. Aku tak tahu harus kemana lagi di saat hatiku tersakiti dan terluka. Aku membutuhkan kamu,bibi Imah. Namun kini aku tahu semua sia-sia bila aku curah kan semua isi hatiku padamu. Doakan aku agar bisa menjadi wanita kuat dan tegar seperti dirimu. Aku sayang kamu juga mencintaimu."
Salam cinta dari anakmu
Lolita
Dan setelah berziarah ke makam bibi Imah akupun langsung segera ke rumahnya bibi Imah dan kemudian mandi dan berganti pakaian. Dan malam semakin larut. Saat aku hendak akan beristirahat. Tiba-tiba pintu rumah di ketuk dengan keras dari luar rumah. Karena aku penasaran aku pun membuka pintu nya. Dan ternyata saat aku buka pintu masuk rumah...
" Sayang!! Akhirnya aku menemukan kamu juga!!" ujar Thamus sambil memelukku dan mencium keningku.
" Mas Thamus!! Kok bisa ada disini!!" Ujarku terkejut.
" Iya aku mencari alamat rumah bibi Imah lewat ayah kamu!! Maafkan aku sayang atas sikap dan ucapanku terhadap kamu!! Maafkan kalo Selama sebulan ini sudah telah menyakiti hati kamu dengan kamu mengambil keputusan pergi dari rumah kita" ujar Thamus sambil mencium bibirku.
" Bukan kamu yang salah mas. Tapi aku yang telah membohongi kamu selama ini. Menutupi kebohongan aku dengan alasan kehamilan aku ini anak kamu" Ujarku sambil menangis.
" Jangan berbicara seperti itu. Aku cinta kamu tulus. Sekarang aku udah gak mikirin itu anak biologis siapa. Yang terpenting kamu istri aku. Dan anak dalam kandungan kamu juga pasti otomatis anak aku juga" ujar Thamus sambil mengobrol di sofa bangku ruang tamu.
" Kamu beneran ngomong hali itu ke aku?! Bukan lagi kebohongan atau punya maksud tertentu!!" Ujarku curiga.
" Iya aku beneran sayang dan cinta kamu dan bayi kita. Sumpah demi Allah" ujar Thamus sambil mengacungkan dua jarinya.
" Terimakasih sudah mau menerima kekurangan aku mas" Ujarku sambil memeluk erat tubuh Thamus.
" Aku yang harusnya Terimakasih kamu sudah jujur dengan masa lalu kamu. Dan berikan aku kesempatan lagi untuk bisa terus merawat dan menjaga kamu dan bayi kita selamanya" ujar Thamus sambil mengusap perutku.
Lalu kami menangis sambil berpelukan karena sama-sama saling mengerti perasaan masing-masing membawa hati kami menjadi satu kembali. Thamus menyuruh aku duduk di sofa bangku. Dan kemudian Thamus membuat secangkir teh hangat dan secangkir kopi untuk kami. Saat sedang asyik mengobrol. Seketika air ketuban aku mengalir deras. Dan darahpun keluar. Bayi di dalam kandungan ku mulai kontraksi.
" Kamu kenapa sayang?!" tanya Thamus khawatir.
" Aku juga kurang paham sayang. Dari pagi gak seperti ini!!" Ujarku juga ketakutan.
" Bukan keguguran kan?!" tanya Thamus.
" Aduh sakit banget mas perut aku!!" Ujarku berteriak sambil menjambak rambut Thamus.
" Ya Allah sayang!! Kepala aku juga kesakitan!!" ujar Thamus menangis.
" tolong bawa aku ke rumah sakit!! aku udah enggak tahan dengan rasa sakit di perutku!!" Ujarku sambil berteriak-teriak.
" Aku ambil perlengkapan kamu dulu ya di kamar" ujar Thamus bergegas lari mengambil tas dan koper ku.
" Cepatan mas!! Aku udah enggak tahan lagi. Perut aku sakit!!" Ujarku sambil memegangi perutku.
Dan akhirnya karena kami panik. Thamus menggendong aku sampai ke mobil. Dan kamipun melaju dengan cepat ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit. Aku langsung di bawa oleh perawat dan dokter ke ruangan ICU di rumah sakit