Alif melalui hari-harinya dengan sangat berat karena dia menahan kerinduan untuk kekasihnya. Sementara Najma menjalani hari-harinya selama satu bulan ini dengan penuh ketenangan. Hari raya pun tiba, Alif akan pergi ke Malang untuk menemui Kekasihnya. Seharusnya, dia menunggu kedatangan Najma saat dia kembali ke pesantren. Namun Alif tidak dapat lagi menahan perasaan rindunya kepada Najma.
"Fawwaz, aku mau pergi ke Malang. Aku ingin bertemu dengan Najma." ucap Alif kepada Fawwaz yang langsung terbangun dari tidurnya dan menatap kakaknya dengan tatapan terkejut. "Kakak, sebaiknya kita tunggu Najma datang kembali ke pesantren ini. Bukankah Abi Kaif lebih muda dari Abi kita? sudah seharusnya mereka yang datang mengunjungi kita?" tanya Fawwaz kepada Alif yang langsung menatapnya dalam.
"Fawwaz, aku akan pergi sebagai menantu mereka. Aku akan pergi sendiri. Jadi kamu katakan aku ke Malang kalau Abi menanyakan keberadaanku." Alif sudah tidak tahan lagi, dia ingin bertemu dengan calo istrinya. Alif segera berangkat sedangkan Fawwaz hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Cinta memang membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, orang pintar kehilangan akal sehat dan orang waras menjadi gila." ucap Fawwaz sambil menggelengkan kepalanya. Dia segera keluar dari dalam kamarnya lalu berkeliling di sekitar pesantren. Fawwaz memang paling suka berkeliling di pagi hari, dia selalu melakukan hal ini saat dia berada di Blitar, sementara selama ini dia tinggal di Kediri. Fawwaz adalah calon pengasuh pondok pesantren At-taqwa milik Kakeknya.
Saat Fawwaz berkeliling, ada yang memanggilnya. "Gus Fawwaz!" ucap seseorang yang rasanya suaranya sangat tidak asing di telinganya. Dia sangat enggan menoleh tetapi kalau dia tidak menoleh dia pasti tidak akan peri dari sana dan akan terus mengejarnya. Akhirnya Fawwaz menghela napas dan berbalik lalu tersenyum dengan senyum yang di paksakan. "Eh... Aghnia. Kenapa kamu berada disini? kapan kamu datang? kami ke sini dengan siapa?" tanya Fawwaz agak kesal saat melihat Aghnia. Dulu memang dia dan Aghnia sempat dekat, biasalah anak remaja mengalami semacam cinta monyet, tetapi setelah Fawwaz melihat Kirana, dia menjadi beralih kepada gadis kecil yangmemiliki darah China itu.
Kirana sangat jenius dan juga baik hati, Kirana sangat tulus dan tidak memiliki niat buruk seperti Aghnia yang sekarang lebih mendekati Alif di bandingkan dirinya, padahal Aghnia tahu kalau Alif sudah mengkhitbah Najma, tetapi gadis itu ingin merebut Alif dari Najma, adiknya sendiri. "Tentu saja aku datang bersama dengan Abi dan Umi. Kami kan harus kembali belajar." ucap Aghnia dengan riang, Fawwaz mengerutkan keningnya saat mendengar hal itu, dia kemudian segera menatap Aghnia lalu kembali bertanya.
"Apakah maksudmu, kamu dan juga kedua orang tuamu datang untuk mengantarkan kalian kembali ke pesantren ini?" tanya Fawwaz sambil menatap mata Aghnia yang berbinar karena baru kali ini Fawwaz menatapnya seperti itu. Padahal Fawwaz hanya ingin memastikan tentang dugaannya saja tetapi Aghnia malah ge-er dan dia menjadi agak salah tingkah. Meski Alif dan Fawwaz lebih tampan Alif, tetapi mereka berdua memiliki ketampanan di atas rata-rata, jadi Aghnia sangat bahagia bisa berada sedekat ini dengan Fawwaz.
"Tentu saja, Gus. Kami semua berada disini sekarang. Kami sudah akan menimba ilmu lagi disini." ucap Aghnia tanpa beban. Fawwaz langsung meninggalkan Aghnia dan segera kembali ke Ndalem, dia ingin melihat apakah yang di katakan oleh Aghnia benar atau dia hanya membohonginya. Aghnia memang sering menggunakan cara-cara licik saat dia menginginkan sesuatu, termasuk berbohong terhadap Fawwaz dan Alif agar dia bisa dekat dengan kedua Gus tampan itu. Fawwaz sudah tiba di ruang tamu dan dia melihat Abi Kaif dan Umi Ashila juga Najma berada di sana sedang berbincang dengan Abi dan Uminya saat ini.
"Abi Kaif, Umi Ashila, Assalamu'alaikum..." Fawwaz segera menyapa dan mencium tangan kedua orangtua Najma dan Aghnia. Dia hanya menyapa saja lalu segera berpamitan, Fawwaz harus segera memberi kabar kepada Alif yang saat ini sedang menuju ke Malang. Fawwaz ingin memberitahukan agar Alif segera kembali. Fawwaz saat ini sudah berada di dalam kamar dan segera mencoba menelepon Alif. untung saja Alif segera menjawab panggilannya dan segera berputar arah. Alif belum keluar dari Blitar karea dia baru saja berangkat saat Fawwaz meneleponnya.
Abi Ahfaz yang melihat Fawwaz langsung kembali merasa sangat khawatir dan mengikuti putranya ke dalam kamarnya. "Ada apa, Fawwaz? kenapa kamu terburu-buru meninggalkan Abi Kaif dan Umi Ashila?" tanya Abi Ahfaz kepada putra bungsunya itu. "Fawwaz, kenapa kamu langsung pergi, Abi Kaif ingin menanyakan sesuatu kepadamu, dia membutuhkan kepastian darimu tentang Aghnia." ucap Abi Ahfaz yang membuat Fawwaz mengerutkan keningnya. "Kepastian apa, Abi? aku tidak mengerti." tanya Fawwaz merasa bingung dengan apa yang di katakan Abinya.
"Tentang Aghnia, Fawwaz. Apakah kamu memiliki perasaan kepada Aghnia? mereka ingin bertanya kepadamu karena mereka saat ini menerima lamaran untuk Aghnia, tetapi karena mereka mencium sesuatu pada kalian berdua, maka mereka ingin memastikannya dulu. Apabila benar antara kamu dan Aghnia ada hubungan, mereka akan menolak lamaran itu." ucap Abi Ahfaz pada Fawwaz yang langsung menganggukkan kepalanya.
"Abi, pada awalnya aku memang memiliki perasaan terhadap Aghnia, tetapi semakin hari, rasa itu semakin memudar dan aku tidak memiliki perasaan apapun kepada Aghnia. Maka dari itu, aku akan memastikan kalau aku dan Aghnia tidak memiliki hubungan apapun saat ini kecuali hanya hubungan kekerabatan saja. Abi bisa sampaikan hal ini kepada Abi Kaif dan Umi Ashila." jawab Fawwaz mantap dan Abi Ahfaz langsung tersenyum. Dia segera meningalkan kamar Fawwaz dan memberitahu Abi Kaif tentang jawaban Fawwaz.
Sementara Alif saat ini sudah berputar arah, dia sangat bahagia karena Najma sudah kembali ke pesantren milik Abinya, dia sangat bersemangat dan segera kembali ke pesantren. Alif sudah sangat merindukan gadisnya, dia akan menemui Najma hanya sekedar untuk melihat senyumnya dan mendengar suaranya yang sangat merdu saat membaca Al Qur'an. Alif juga akan memberikan sesuatu untuk Najma. Apa yang akan di berikan Alif ini adalah rekaman suaranya saat membawakan sholawat selama bulan Ramadhan kemarin. Alif tersenyum sendiri sepanjang perjalanan karena terlalu bahagia akan bertemu dengan pujaan hatinya.
Alif kini telah tiba di pesantren, dia segera menuju ke ndalem dan menemui Abi Kaif dan juga Umi Ashila, tetapi dia tidak melihat Najma. "Assalamu'alaikum, Abi, Umi, di mana Najma?" tanya Alif sambil melihat sekelilingnya tetapi tetap tidak menemukan sosok yang sangat dirindukannya. Abi Kaif dan Umi Ashila juga kedua orangtuanya tersenyum saat melihat Alif begitu to the poin menanyakan calon istrinya. "Najma sedang membeli kitab dan mengambil seragam di kota, kita tunggu sebentar lagi, pasti segera pulang." jawab Abi Kaif sambil tersenyum, mereka akhirnya berbincang sambil menunggu Najma kembali.