Chereads / Lentera tak bersayap / Chapter 6 - RULe

Chapter 6 - RULe

Setiap manusia pasti memiliki harapan untuk hidup dengan kesuksesan, entah itu sukses dalam berkeluarga atau mewujudkan impiannya dalam bercita-cita tak terkecuali juga dalam memiliki Rumah yang di idam-idamkan, tempat yang ter-amat nyaman, tempat terindah adalah rumah sendiri. Meski memang terdengar sangat sederhana kata (Rumah) tapi percayalah Rumahmu adalah Surgamu di dunia, di Rumahmu lah kamu bisa jadi dirimu sendiri, di rumah mu lah kamu bebas berekspresi, tanpa (Rumah) mau berlindung di mana? dan juga di masa kini rumah itu bukan hanya sebagai tempat berlindung tapi juga sebagai wujud lain dari kita sendiri, yaa meski tak semua itu tampak sebagaimana kesungguhannya, bukan Rumah mewah jika penghuninya menderita, bukan rumah jelek jika penghuninya banyak bersyukur, apa yang tampak di mata terkadang berbeda jauh dari apa yang kamu fikirkan, ini lah awal mulanya di bangun kan Rule (Rumah Lebah).

Rumah ini di istimewa kan di rencanakan bangunannya jauh-jauh hari oleh orang tua nya Tia Qia, mereka sangat bahagia memiliki anak kembar perempuan sesuai dengan yang mereka dambakan. Anak adalah segalanya nomer satu dalam hal apapun.

Hidup Tia Qiaa dari bayi adalah suatu kebanggaan, tidak ada satu hal pun yang kurang dari mereka dalam hal kebutuhan hidup.

Rule sengaja di bangun di dekat kampus tempat Tia Qia kuliah di maksudkan agar mereka tidak kelayapan ke tempat yang tak tentu untuk berkumpul dengan teman mereka. Di namakan RULE (Rumah Lebah) itu bukan karena para penghuninya adalah Lebah.... Tapi... di dalam rumah lebah ada madu..., madu... Iyaa madu yang manis, merekalah BBS (Bintang Bunga Surga) ada mereka ber-enam yang menjadi penghuninya dan lebahnya adalah simbol yang menjaga.

Di dalam Rule terdapat kemewahan yang membuat mereka begitu nyaman dan tata ruang bisa saja di ganti sesuai dengan keinginan mereka, semua yang mereka butuhkan tersedia dua puluh empat jam tidak ada pengecualian.

Semua fasilitas mewah yang mereka ingini bisa mereka nikmati setiap saat, bebas tapi tetap dalam pengawasan orang tua karena Rule selain di bangun di dekat kampus juga bersebelahan dengan salon kecantikan milik orang tua Tia Qia.

"Weta....?!" panggil Qia kepada Zweta.

Zweta adalah karyawan Salon ibunya yang juga di kasih izin untuk boleh masuk ke Rule untuk mengatur orang kerja dalam beres-beres atau yang lainnya,

inti nya Zweta adalah orang yang mendapat kepercayaan oleh orang tua Tia Qia.

"Iyaa Kak ada apa..?"

Jawab Zweta sambil mendekat, Zweta sudah lama bekerja kepada orang tuanya dan panggilan kepada Qia adalah kakak dan adek kepada Tia.

"Entar kalau Adek sama yang lain sampai sini bilang buat tungguin aku ya.., aku ada perlu dikit di luar!" ucap Qia

"Siap kak...!"

"Ya udah gitu aja..." sambil merapikan isi tasnya dan hendak bangun dari sofa tempat Qia duduk.

"Ya.... telat gue baru mau keluar pintu udah pada dateng duluan hmmmmmmm"

gumam Qia yang sudah melihat tema-temannya sampai di depan Rule dan akhir nya pura-pura ambil minum agar terlihat baru sampai, memang kali ini ada yang sedang di rahasiakan oleh Qia.

"Git makan apaan sich lu..?" tanya Icha yang penasaran

"Ooh ini.. Lu mau?" tanya Gita berbalik

"Ogah!!" jawab Icha dengan jutek

"Huuuuu nanya tapi jutex"

"Lu pikir gue anak monyet suruh makan kulit kacang?" jawab Icha dengan kesal.

"Haha mana ada monyet makan kulit kacang" sahut Sherin dengan cepat dan Lifa ikut menambahi omongan

"Bener kata Sherin gak ada anak monyet mau makan kulit kacang ada nya Icha aja yang makan hahaha..."

Suasana dalam Rule tidak pernah ada kisah dukanya, tidak ada kegagalan tidak ada kekecewaan yang ada hanyalah canda tawa bahagia.

Teman dalam suka sebanyak bintang.

teman dalam duka tanyakan padamu saja.

Setiap hari tak ada yang terlewati tanpa singgah di rumah istimewa itu.

Dari malam sampai Pagi, atau waktu kosong dari kuliah, mau itu perlu atau hanya sekedar bertemu untuk mengisi waktu saja, antara Rule dan BBS adalah terikat erat.

Adanya kemewahan dan popularitas dari penghuninya bukanlah rahasia lagi.

Siapa si.. yang tak kenal dengan mereka? pesonanya mengundang kekaguman tersendiri kala mata memandangnya, namun di balik itu ada rahasia yang tak di ketahui oleh kalangan umum, yaitu adanya larangan keras untuk mereka memiliki pacar, sebenernya itu bertujuan agar mereka mengutamakan pendidikan mereka, dan semua fasilitasnya bukan lah hanya cuma-cuma, dan harusnya bukan hanya paras mereka yang bisa di kagumi tapi juga kecerdasan dan karakternya.

Bahwasanya tidak ada orang tua yang ingin anaknya terlahir sebagai manusia yang berkekurangan, memang takdir sudah tertulis namun bukan berati tidak ada usaha dan hanya santai berpangku tangan.

Senyum Qia begitu menawan kala melewati Toko kue, ternyata ini lah yang sedang di rahasiakan oleh Qia.

Diam-diam Qia menyukai pelayan toko tersebut dalam hatinya ingin selalu melihat wajahnya, tapi tak ada respon darinya setiap kali Qia sengaja pura-pura mencari perhatiannya, pelayan itu melayani Qia dengan senyum yang biasa saja layaknya pelayan Toko kepada pembeli biasanya. Tapi tekad Qia tidak menyerah, Qia rela meski tiap hari berjalan kali dari kampusnya hanya sekedar ingin melihat wajahnya.

Sore hari adalah waktu yang paling istimewa di Rule untuk melepas penat setelah seharian kuliah.

"Eeh... kok qiay belum sampe ya"

tanya Icha kepada yang lain,

"Liat aja pasti entar nyampe sini dia pawa cupcake"

balas Tia sambil meyakinkan kepada yang lain, dan benar saja.

"Haayyyyyy aku sampai..."

ucap Qia yang langsung menyapa dan membawa sekantong kue.

"Ampun dech... kue di sini udah numpuk masih.. aja di beli"

kata Tia yang sedikit komen dengan hal barunya yang suka membeli kue, namun tak ada fikirkan apapun dari lainnya, tak ada hal yang aneh karena mereka biasa membuang-buang uang untuk hal yang tidak penting seperti itu.

Keesokan hari nya pun Qia ulangi dan meulangi mencari perhatiannya kembali. Hingga timbul rasa penasaran oleh temannya.

"Gue jadi curiga dengan tingkah Qia akhir-akhir ini"

kata Sherin kepada yang lain.

" betollll" tambah gita

"Tapi kita tau dia pergi jalan kaki dan cuma bentar, gak mungkin kalau dia pergi jauh, pasti ada di sekitar sini aja.." ucap Sherin.

"Hahaha udah ada suhu di sini" ucap Lifa dengan tertawa lepas.

"Serius Fa.. ayoo kita cari Qia sekarang jadi penasaran soalnya gue" ajak Sherin

Dan semua serentak menjawab

"Beressss" dan mereka langsung bersiap untuk mencari Qia.

Lifa yang awalnya ngerasa gak penting juga jadi ngikut, dan benar saja tak perlu waktu lama dia bisa menemukannya, mereka melihat Qia yang sedang berdiri sendirian memandang arah sebuah Toko kue.

"Hayoooo '"

Sherin yang sengaja agar Qia kaget, tapi teryata tidak kaget sama sekali. Hingga semuanya sudah ada di dekatnya.

Bukannya Qia yang terkaget tapi justru merekalah yang kaget, karena melihat wajahnya Qia yang yang murung dan air matanya menetes.

Semua menjadi hening dan ingin bertanya apakah kejadiannya.Tapi tidak satupun yang berani bertanya. Semua hanya merasa aneh dan saling bertanya dengan membiarkan Qia melangkah sendiri tanpa sedikitpun kata.

Qia pun berjalan sambil mengusap air matanya. Dalam hati Qia biarlah semua menjadi rahasia nya saja.

Rahasia... itu sebelum adanya kuping cewek yang mendengarnya, sementara siapa lagi teman Qia selain mereka, dan mereka itu tak lain semua berjenis macam cewek, satu kuping cewek mendengar rahasia maka akan menjadi 12 kuping yang sudah mendengar tapi itu juga masih berkata (tolong jangan bilang siapa - siapa ya....)

Dan ternyata Qia yang sudah curhat tentang kejadian itu kepada Tia, udah pasti lah semuanya bakal tau, dan Keesokan harinya Qia menjadi bahan utama dalam lawakan.

"Tia..."

panggil Qia yang sudah siap untuk berangkat kuliah

"Iyaa bentar gue turun" jawab Tia dengan segera.

Sesampai di Rule semua sarapan dengan kue yang di beli dari Toko yang di favoritkan oleh Qia kemaren.

"Aaa... ternyata dia suami orang..."

Qia yang tak kuat menahan emosinya ketika mengingat apa yang sudah dia lakukan.

Mendengar itu Sheryn dan yang lain pura-pura tersedak dan minum lalu diam seakan tidak mengetahui kejadiannya.

"Enggak tau gue harus jawab apa"

ucap Tia yang ingin lainnya peka dengan keadaan, namun semua nya justru tertawa tak tertahan, ingin menjaga perasaan qia tapi justru menjadi sebuah kekonyolan lantaran Qia pun ikut tertawa.

"Aaaa.. kalian jahat.." Qia yang kesal dengan menggebuk-gebukkan bantal sofa kepada Tia. Tia hanya menutup mulutnya agar tawanya tidak terlalu kencang.

"Eeh makanya belajar dulu yang bener kalau mau berani suka sama orang"

ucap Icha yang berkata sambil mendekati Qia

"Belajar apa..?" tanya Qia yang ingin paham.

"Belajar suka sama suami orang hhhhh"

jawab Sherin sambil ngeledek.

Antara malu dan kesal campur aduk, Qia tidak merasa aneh karena sebelumnya juga dia pernah suka sama suami orang.

Semuanya asik bercanda ria, hingga lupa dengan ponsel masing - masing.

"Eeeh.. sampe baru inget kalau lupa hape gue"

ucap Lifa yang melihat hape nya.

"Jelas nya lupa apa inget?" sambung Gita menjawab

""Hhaha inget kalau tadi lupa" jawab Lifa sambil menelan makanan.

Semua yang mendengar hanya bisa tertawa lirih tapi giginya terlihat semua.

"Fa... hape lu itu bunyi"

kata Gita yang pas deket dengan hape Lifa.

"Aaaduch... Mama telfon lagi... sebuah tanda ini.." Lifa pun mulai penasaran dan pasti ada hal penting.

"Aamat mau di jodohin kayaknya Fa.." ucap Tia dengan serius.

"Iyaaa di jodohin sama suami orang hh..." jawab Lifa tambah sengaja menyindir Qia.

Tapi tidak lah begitu, mama Lifa telfon karena ingin Lifa bersiap untuk makan di restauran baru milik teman Ketryn kakaknya.

Lifa pun sampai lebih dulu di sana, sambil menunggu Lifa selalu sibuk dengan ponselnya sampai mamanya seperti tidak di anggap ada.

"Sayank... gimana kuliah hari ini?"

tanya mamanya, tapi dengan secepat kilat Lifa menjawab dengan santainya

"Beres ma!"

Di menit kemudian ayah Lifa pun sampai.

"Hay Ma..., Lifa sayank sudah lama ya nunggu Ayah, tadi lumayan rame di jalan jadi gak bisa ngebut"

sapa ayah Lifa yang baru datang.

"Ah.. paling juga karena Ayah mutar muter cari lokasinya kan?" balas Lifa kepada ayahnya.

"Cerdas anak Ayah ternyata ya..??"

Dari tempat mereka duduk sudah tampak Ketryn yang datang besama seorang laki - laki tampan.

"Lihat Ma... ! yang jalan bersama Ketryn, tampan yaa Ma seperti ayah waktu muda dulu" ucap Harun yang ingin merayu Mamanya Lifa.

Niat hati berkata seperti itu untuk memuji temannya Ketryn, tapi justru di salah artikan oleh mamanya Lifa.

"Enggak usah ungkit masa lalu dech Ayah..." jawab Mamanya Lifa dengan nada kesal.

"Hmmm mulai cemburu ya..."

Semua orang pasti memiliki masa lalu dalam hidup nya. Bijaknya jadikan lah itu pelajaran untuk diri kita sendiri, karena kita lah yang harus berusaha lebih baik kedepannya dan orang lain biarkan berbicara tentang masa lalu yang terpenting kita sudah tidak ada lagi di sana.

Adalah hal yang tidak di sukai oleh Lifa adalah masa lalu, orang hanya bisa mendengar tapi tak bisa mengerti, hanya bisa melihat tapi bukan dengan hati.

Lebih kejamnya berani menghakimi tanpa kebijakan, begitulah orang-orang yang tidak suka.

masa lalu bagi Lifa dan keluarga terlebih bagi keluarga Larasati (keluarga besar dari ayah Lifa) amat tidak suka bahkan ketidak sukaannya di masalalu itu terbawa hingga bertahun - tahun hingga waktu yang terlewati itu belum bisa menghapus masa kelam di waktu terdahulu.