Chereads / Introvert vs Ekstrovert / Chapter 10 - bagian 9 sisi lain sarah

Chapter 10 - bagian 9 sisi lain sarah

selamat membaca

.

.

"gue kenapa?"tanya Sarah bingung dengan penjelasan menggantung Akira, ia cukup cerdas untuk mengetahui Akira sedang marah namun ia ingin tau apa yang ingin di sampaikan Akira pada nya itulah kenapa ia bertanya.

Lihat bahkan dia terlihat acuh_ Batin Akira menertawakan pikiran nya sediri dan berakhir dengan ia meninggalkan Sarah sendiri di roftop.

"woi...  Tempat bekal lo ketinggalan!"  panggil Sarah namun tak di indahkan oleh Akira.

"dia marah!" batin Sarah bersama an dengan ia melempar supit nya ke udara lalu jatuh bebas ketanah beberapa saat kemudian. sarah tidak benar benar melihat sumpit itu menyentuh tanah, tapi ia yakin sumpit itu menyentuh tanah.

Di sisi lain Akira berjalan cepat kearah kelas nya, menahan emosi yang hampir mencapai ubun ubun nya. Ia tak tau kepada emosi nya tak terkendali saat bersama Sarah, terutama setelah mendengar percakapan Merlin dan teman teman nya, Padahal sebelum nya ia sudah bisa menyapa sarah lebih dulu meski hanya sekali lalu sambil mengambil air.

Sekarang ia masih bingung dengan situasi saat ini yang terasa aneh dan menyebalkan kan, seolah semuanya berusaha menarik nya keluar, tapi entah keluar kemana.

Belum habis fikiran tentang Sarah, gadis itu justru datang melenggang membawa kotak bekal milik nya yang di tinggal kan nya di atap tadi. Akira yang melihat sarah datang membawa kotak bekalnya pun mendengkus kesal, lalu merutuk di dalam hatinya. 'Kenapa tidak tinggal kan saja di sana aku bisa mengambil nya sendiri'- Batin kira menelungkup kan wajah kembali di dalam lipatan tangan.

"ketinggalan!"  ujar Sarah menaruh kotak bekal di atas meja Akira. akira yang di ajak bicara masih dalam posisi semula, seolah tak mendengar nya. "Akira gue gak bermaksud merendahkan lo!"  ujar sarah mencoba menjelaskan.

Kepala Akira terangkat menatap gadis yang berdiri di samping meja nya, ia menyadari perbedaan kasta diri nya dan sarah, terlihat dari baju sekolah yang pasti di tempah khusus oleh keluarga gadis itu sedangkan baju nya hanya baju yang di jual di pasaran dengan harga 30.000 perpotong."kalu begitu kamu bisa keluar sekarang. Terimakasih sudah mengantar nya!" ucap Akira menyimpan tempat bekal nya kedalam laci."lo belum makan, jadi lo harus makan!" Sarah bersikeras tetap di sana meski sudah di usir dengan halus.

"aku akan makan nanti!" jawab Akira hendak kembali mengubur kepala nya di lipatan tangan, namun gagal karena tangan nya di tarik paksa oleh sarah. "nanti kapan? Gue ngak akan pergi sebelum lo makan!" kukuh Sarah masih saja keras kepala meski ekspresi wajah Akira tak bersahabat. Ini salah nya, ia tak mau Akira tak makan hanya karena kesalahan nya.

"pergi!" sarkas Akira akhir nya menarik tangan nya dari genggaman Sarah,  menegak kan punggung nya berusaha menahan kekesalan nya kepada murid ber rok pendek itu. "gak!" jawab Sarah dengan lugas tak bisa di bantah,Ia masih keras kepala.

"pergi!" usir Akira sekali lagi.

"gak!"

"pergi!" kali ini bukan Akira, melainkan Merlin yang datang dari arah belakang Sarah.

Sarah berbalik, menatap jengah Merlin yang paling pintar cari muka. "siapa lo ngusir gue?"tanya Sarah dengan gaya sombong nya.

"gue ketua kelas di kelas ini, dan gue punya hak buat ngusir lo!"

"gue gak punya urusan dengan lo, urusan gue cuma sama Akira bukan kutu buku kegatelan kayak lo!" maki Sarah di dengar oleh telinga Akira.

ternyata rumor itu benar, gadis itu suka menghina orang miskin _ itu yang saat ini yang ada di fikir kira.

"lo gak dengar Akira udah ngusir lo! Maka nya punya duit itu sesekali beli korek kuping!" Merlin balas memaki Sarah.

"lo makan gue pergi!"  ujar Sarah mengabaikan Merlin yang mengoceh panjang.

"nanti, sekarang kamu bisa pergi,  kita punya kasta yang berbeda, derajat kita berbeda!" jelas kira akhir nya. Untuk pertama kali nya ia menyuarakan isi hati nya karena tak tau harus mengusir sarah dengan cara apa lagi.

"Who care?"  Sarah benar benar kebingungan di sini.

"pergi!"  akhir nya Merlin mendorong sarah hingga gadis itu jatuh dan kening sarah  menghantam sudut kursi cukup keras.

"awhh!" keluh sarah bangkit dari posisinya.

Aira sempat kaget, namun tak lama karena Sarah sudah berdiri dengan wajah suram nya.

"pake tangan yang mana?" tanya Sarah datar dan terdengar mencengkam.

"apa an sih!"  Merlin mundur saat Sarah melangkah mendekat.

"ah.. Tangan kanan!"  kata Sarah menebak tangan apa yang sudah mendorong nya tadi.

"bukan, tangan kiri!" lanjut nya meraih tangan kiri Merlin dengan cepat, dalam satu kali putaran terdengar sura berderak patah.

Krak...

"akhhhhhh...." pekik Merlin kesakitan,  gadis itu terduduk di lantai mengibaskan tangan nya yang benar benar sakit tiada tara.

"aku pergi!" ucap Sarah terdengar formal dengan sedikit membungkuk kan badan nya kearah kira kemudian meninggalkan kelas 12 ipa 4 dengan langkah tenang dan terkesan penuh wibawa.

"lo ngak apa apa?" tanya beberapa anak perempuan yang kebetulan di kelas saat jam pelajaran dan ada seorang anak laki laki yang hanya berdiri tanpa merespon apa pun ia benar benar tabjuk.

Tak lama kepergian sarah, Giovani masuk mengerut kan kening nya heran melihat kehebohan anak perempuan yang mengerumuni sesuatu.

"ada apa?" tanya nya pada salah satu teman perempuan nya.

"tangan Merlin di patahin Sarah!" jelas nya.

"heh, bagus Dan sekarang mencari muka?" tanya Giovani pada Merlin yang menangis kesakitan di tempat duduk nya.

" apaan sih! " kesal Visa dengan tingkah Giovani yang sama sekali tidak memihak Merlin.

"tau sakit bukan nya ke uks atau izin pulang kenapa masih di kelas?  Mau cari muka? dasar!"  maki Giovani duduk di kursi nya yang kebetulan bersebelahan dengan Merlin.

"uks sana atau lapor piket, enek gue denger suara nangis lo!" Giovani mengibaskan tangan nya pada anka perempuan.

"oi, ternyata rumor Sarah punya 2 kepribadian itu benar!" ujar Ando, ia siswa yang berdiri menonton kejadian live saat sarah mematahkan tangan Merlin.

"sumpah serem, dingin dan kayak orang dewasa yang uhhh!"  Ando kehabisan kata kata menggambarkan Sarah yang ia liat tadi.

"dia selalu menarik!" lirih Gio.

Dan dari awal hingga akhir Akira hanya menjadi penonton dan pendengar yang baik.

.

.

TBC