Chereads / Introvert vs Ekstrovert / Chapter 5 - bagian 4 bukan apartemen sarah!

Chapter 5 - bagian 4 bukan apartemen sarah!

selamat membaca ...

.

.

Setelah aksi meminta nomor paksa hari itu hidup Akira tak pernah tenang, ia selalu di hantu oleh sarah 24 jam. Meski tak pernah menjawab telpon secara sengaja tapi ia merasa risi dengan pesan singkat  beruntun yang di kirim sarah membuat nya gerah, entah itu lewat sms atau whatsup.

Si cantik

Pagi...

Udah bangun?

Sarapan belom?

Dah mandi belom?

Udah berangkat?

Mau aku jemput ngak?

Aku depan apartemen kamu!

.

.

.

.

Akira membelalak kan mata nya saat membaca pesan terakhir dari Sarah yang di sertai pap muka sarah dengan backgroun apartemen yang di katakan Sarah itu.

Ia bergegas turun, ia harus menghindari gadis itu. Namun terlambat, Sarah berdiri tepat di pintu gerbang utama. Bukan tak ada pintu lain, tapi jam 6 pagi yang terbuka hanya gerbang utama.

"sudah siap siap ya? Ayo berangkat!" Sarah menarik tangan Akira namun di tepis dengan halus.

"gapain kesini?"tanya Akira sinis namun wajah nya tak berubah masih datar lempeng begitu saja.

"yakin mau gobrol di sini? Banyak yang nonton loh, udah kayak syuting darama Korea!"  kekeh nya menarik tangan Akira menuju mobil nya yang terparkir beberapa langkah dari posisi mereka.

Akira tak menolak, ia memilih ikut memasuki mobil pajero hitam milik Sarah karena tak ingin menjadi tontonan warga yang berlalu lalang. Ia tidak cukup percaya diri untuk menjadi pusat perhatian, tidak seperti gadis di sebelah nya.

"ngapain pagi pagi tempat aku?" tanya Akira memulai percakapan, suara nya rendah dan pelan terdengar sopan dan lembut. mungkin karena ada supir di depan membuat Akira sedikit sungkan untuk berkata tidak sopan atau lebih tepat nya hanya sedikit kurang sopan dan itu hanya terjadi pada Sarah karena gadis itu tidak sopan pada nya dan jangan lupa seorang pemaksa Yang ulung.

"jemput kamu lah, aku pikir kamu mati sabtu minggu kita ngak ketemu secara live, aku chat ngak di bales telpon ngak di angkat yaudah aku sampai kamu ke apartemen nya kamu!" jelas Sarah menjeal sebuah roti kedalam mulut.

"dimakan aku tau kamu belum sarapan!" lanjut nya melanjut kan kegiatan makan nya.

"itu bukan apartemen!"  ujar Akira menaruh kembali roti ke pangkuan Sarah.

"terus?" tanya sarah menaruh roti berbungkus plastik bening itu kembali pada pangkuan kira lagi.

"itu rusun, rumah susun untuk kalangan ekonomi menengah kebawah!" Akira kembali menaruh roti ke pangkuan Sarah dan berujar.

"aku sudah sarapan,  aku selalu berangkat jam 6 dan kamu datang jam 6 tepat!" jelas Akira memberi alasan kenapa ia menolak pemberian gadis itu.

"berarti kalo aku telat dikit aja kamu pasti udah berangkat!"  seru nya mengakhiri sarapan nya dengan menyeruput susu kotak.

Akira mengguk sebagai jawaban. Ia bingung harus bagaimana cara mengatakan agar Sarah tak datang ke rusun tepat dia tinggal, ia tak mau di goda ibuk ibuk tentangga saat melihat Sarah datang setiap pagi.

"sarah kau jangan terlalu sering datang ke kompleks rusun ku, em... Gimana ya... Aku gak enak dengan tentangga!"  pinta Akira lirih masih di di dengar oleh indra pendengar Sarah yang untung nya sangat peka.

"ok, lagian aku ngak bisa sering sering datang ke sana, selain berlawanan arah dengan sekolah pak yoyon pasti ngak mau!"  jawab Sarah  jujur tanpa menoleh sedikit pun pada Akira, mata nya mentap fokus pada layar instagram nya yang menampilkan anjing yang bermain dengan kucing oreyen yang jahil.

Mendengar jawaban Sarah, Akira sedikit tersinggung, bukan ia malu dengan kejujuran Sarah. Secara tidak langsung Sarah mengatakan aku gak kerumah kamu buat jemput kamu ke sekolah setiap hari kok begitu kira kira yang di pikir Akira mengenai jawaban jujur sarah. Atau ia yang terlalu kepedean gadis itu datang setiap pagi, berarti jauh di lubuk hati nya ia berharap Sarah datang setiap pagi.

"kok bengong?" tanya sarah menatap penuh pada Akira yang termenung mematung.

"kamu main hp" jawab nya  enteng mencoba mengurangi rasa canggung nya.

Tentu saja ia canggung, setelah menanyakan pertanyaan kepedean dan mendapatkan jawaban paling jujur dari Sarah membuat nya sedikit canggung.

"ayo turun udah nyampe!" Sarah membuka pintu di sebelah nya meninggalkan kira yang masih duduk.  Jika ia keluar sekarang dan ada yang lihat bisa bahaya.

"ngak ada orang Akira, kamu bisa keluar!"  Sarah membuka kembali pintu tempat ia lewat memberi tau kan sebuah info yang sangat di butuhkan Akira. Ternyata gadis itu cukup peka.

"lo ke sekolah naik bus gratis ya?" tanya Sarah saat mereka mencapai tangga pertama.

Akira menoleh pada sarah yang menganti logat bicara nya dengan beberapa menit yang lalu. Namun tak berani bertanya takut jawaban jujur Sarah membuat nya kian canggung malah berakhir menjudeskan gadis itu.tidak, ia tidak mau.

"iya!"

"sopir gue itu tipe perfectionis, dia kenal gue sejak umur 5 tahun pertama kali nginjak sekolah dasar, dia selalu jadi kamus etika berjalan, dia gak segan negur gue kalo kurang sopan apalagi kalo pake bahasa gaul abis deh gue di aduin ke bokap!" kekeh Sarah bercerita.

Akira terperangah mendengar penjelasan Sarah yang sangat gamblang, meski tak di tanya gadis itu rupanya lebih peka dari yang ia pikir kan terbukti gadis itu tau ia kebingungan dengan perubahan karakter bahasa sarah tiba tiba.

"Tapi gue gak peduli!" tawa Sarah mengelegar menggema di lorong tangga. Akira, ia tarik kembali kata kata nya bahwa Sarah adalah orang yang peka situasi, ia menyesal pernah berfikir demikian.

***

Topi... Saya...bundar...

Bundar... Topi saya...

Sarah berdiri di muka kelas 12 ipa 4 di kawal 2 cs nya membawa kotak infak mingguan yang di ambil setiap hari senin oleh petugas osis. Yap, sebenar nya ini tugas anggota osis dan jangan tanya kenapa malah mereka yang mengutip infak senin di tambah tingkah absurd mereka yang bukan nya mewejang teman teman dengan kata pengantar malah mewejang dengan lagu topi saya bundar.

Kalau.. tidak... Bundar...

Mari lah menyumbang...

Sarah tersenyum membungkuk mengakhiri lagu, seperti ucapan terimakasih musisi setelah tampil, berbarengan dengan dua cs nya yang mengutip sumbangan dari siswa satu persatu.

Mata Sarah tak beralih dari Akira yang duduk dengan kepala menempel di meja,  sedangkan ia berdiri dengan senyum memukau yang sangat indah.

"yaampun.. Cantik bener neng!" sapa siswa berambut gondrong mengangkat tangan nya semangat.

"acai kenapa malah menggoda Sarah, nanti dia malu!" seru sang guru memperingati.

"Sarah malu nunggu monyet lebaran juga belum tentu!" sanggah salah satu gadis dengan tahilalat tepat di atas bibir nya.

"Trimakasih pujian nya"ucap Sarah tersenyum ramah.

" cih.. pede banget." cibir gadia bertahi lalat tadi.

Sarah tak memperduli kan gadis itu, menutup kedatangan mereka dengan sebuah nyanyian singkat. lalu meninggalkan kelas 12 ipa 4

"selalu gitu, dasar cabe!".

Tbc