Apa aku harus menjawabnya dengan jujur?
Dia tersenyum tipis melihat diriku yang keheranan melihatnya. Ana bukan orang sembarangan. Padahal baru sehari dan beberapa jam saja kita bertemu dan saling mengenal, dia sudah jago melihat pikiran seseorang atau mungkin apa yang aku pikirkan ini memang gampang ditebak karena ekpresiku yang terlalu mencolok dilihat?
"...."
Aku menghela napas pelan, memejamkan mata sejenak dan membuka mataku lagi memantapkan diriku di hadapannya.
"Kamu terlalu mencampuri urusan orang," ucapku dengan agak sinis pada Ana. Apakah aku jahat padanya?
Ana seketika membungkam mulutnya dengan wajah kaku, dia menjadi tertegun saat melihatku.
Mungkin aku terihat seperti membentaknya, belum tentu dia selama ini memiliki hati yang rapuh. Tapi, ketika aku melihatnya kembali ....
Kukira dia menangis, dia memasang senyum lembut dengan wajah yang terlihat dipaksakan. Aku yakin dia tidak ingin aku mengatakan minta maaf karena perkataan sinisku tadi.