Hari masih pagi sekali, tapi di rumah mewah ini sudah gaduh karena ulah empat pria. Empat pria itu sedang heboh memasak di dapur. Ini sudah menjadi rutinitas mereka bertiga jika sedang berada di rumah. Tak hanya kegiatan memasak saja, tapi semua kegiatan rumah lainnya mereka akan memebersihkan sendiri dengan cara membagi tugas. Kecuali mencuci pakaian, mereka akan mencucinya masing-masing.
Pria bertubuh tinggi yang sedang memasak dimsum berteriak, "Geri, telor kau gosong!"
Geri berlari tergopoh-gopoh. Wajahnya menjadi sayu, "Yah, jadi gosong, deh," keluhnya.
Gerald yang sedang mengeluarkan nasi dari penanak pun tertawa keras, "Ha ha ha, kembaran enggak guna," makinya.
Bara mengambil alih pekerjaan Geri, "Sini biar aku saja. Kau sapu lantai saja sama nanti kau cuci piring bekas makan! Masak telur saja enggak bisa," ejeknya.
"Kalian jahat!" teriak Geri seolah merajuk.
Zhang Yu tertawa, "Tak elok kau rajuk macam tu. Jijik aku lihatnya," bibir pria tampan ini.
Di ambang pintu, Nara berdiri memperhatikan keempat pria itu. Dia baru saja bangun karena mendengar kegaduhan mereka. Sedikit merasa tak enak hati karena ia tidak membantu mereka dan bangun kesiangan.
Tak sengaja Zhang Yu menatap ke ambang pintu, tawanya berhenti. Matanya tak berkedip melihat kecantikan alami milik Nara yang baru saja bangun tidur. Dia sedang terpesona pada gadis itu, tapi hatinya mencoba menyangkal hal itu. Sampai tiba di mana Geri berteriak dan membuatnya kembali tersadar.
"Selamat pagi, Naraku," sapa Geri dengan suara lantang, seperti biasa.
"Selamat pagi," balas Nara. Lantas gadis itu menunduk dan berkata, "maaf aku bangun kesiangan dan tidak membantu kalian."
"Tidak apa-apa. Kami sudah biasa seperti ini. Kau duduk saja di meja pantri. Kami akan menyiapkan makanan spesial buatmu, Nara. Wah, ini sangat luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, rumah ini ada penghuni perempuan yang cantik," ucap Bara dramatis.
Zhang Yu menyenggol lengan Bara hingga telur yang dipenggang Bara jatuh ke lantai. "Enggak usah lebay!" katanya.
"Zhang Yu, enggak sopan kau sama yang lebih tua! Lihat! Telurnya pecah," omel Bara. Ya, Bara memang laki-laki paling tua di antara mereka berempat.
Nara terkekeh kecil. Dia pun duduk di meja pantri sambil menyaksikan tingkah lucu keempat pria itu. Tidak buruk, pagi ini cukup menyenangkan.
Tidak butuh waktu lama, mereka pun sudah selesai dengan pekerjaan masing-masing. Zhang Yu duduk di hadapan Nara dengan sepiring dimsum di tangan kanan. Pria itu meletakannya di atas meja.
"Dimsum," gumam Nara.
Bara datang membawa beberapa teluar goreng. "Oh, Nara, kau tahu makanan Cina itu? Kau tahu? Tak ada satu hari pun yang Zhang Yu lewatkan tanpa memakan dimsum," ujarnya.
Dua pria kembar mulai ikut bergabung di meja. Geri membawa nasi beserta lauk pauknya. Sementara Gerald membawa piring, gelas, dan sendok. Nara benar-benar merasa canggung karena hanya duduk diam saja.
"Tentu saja dia tahu. 'Kan Nara lagi lanjut study di Tiongkok. Iya 'kan, Nara?" kata Geri sambil tersenyum manis.
Nara tersenyum tipis. "Sejujurnya, aku tahu dimsum sudah lama sekali. Saat masih SMA," jawabnya.
Gadis itu mengembuskan napas panjang sambil menengadah. "Huh! Dimsum selalu mengingatkanku padanya," imbuhnya.
Gerald menyenggol bahu Nara sambil tertawa. "Ha ha ha.... Aku tahu. Dia yang kau maskud itu orang yang sedang kau cari itu, 'kan?" duganya.
"Kau cenayang, ya?" Nara balik bertanya sambil terkekeh kecil.
Gerald duduk di sebelah Nara sambil bertopang dagu. Tubuh gempalnya ia betulkan agar menghadap gadis manis di sampingnya. Kemudian, ia berkata, "Wah, aku jadi penasaran siapa orang itu. Memangnya dia cakap apa saja padamu? Dia bilang suka dimsum? Apa dia bilang dia suka pergi ke mana? Kau 'kan bisa pergi ke tempat yang dia bilang."
"Aku juga jadi penasaran," timpal Bara dan Geri dengan kompak.
Sementara Zhang Yu hanya diam saja. Pria tampan itu fokus memakan dimsum yang ada di depannya. Dia sama sekali tak peduli dengan obrolan di sekitarnya.
"Sebenarnya, dia tak hanya bilang suka dimsum saja. Dia juga bilang kalau dia suka mie buatan ibunya yang dibuat saat hari ulang tahunnya," jawab Nara sambil tersenyum malu-malu.
Deg. Zhang Yu berhenti memakan dimsum. Jantungnya berdetak kencang. Mendengar jawaban gadis di depannya, ia teringat dengan ibunya.
Bara berteriak heboh, "Woah! Ini luar biasa!"
Geri mendelik kesal, "Apanya yang luar biasa? Enggak ada yang luar biasa. Orang yang Nara cari itu terlalu alay! Nara, lebih baik kau lupakan saja lelaki yang suka makan dimsum dan mie buatan ibu itu," sergahnya.
Trang! Zhang Yu melempar sumpit ke atas meja hingga semuanya terdiam. Lalu, ia kembali memungut sumpitnya.
"Makan dan jangan berisik! Aku terganggu," serunya.
Semuanya saling melirik satu sama lain. Kemudian, mereka makan. Nara kebingung saat Geri, Gerald, dan Bara, begitu senang menyodorkan berbagai macam makanan padanya. Katanya, ia harus makan banyak karena badannya bisa dibilang kurus.
"Kau harus makan banyak, Nara. Lihat! Tubuhmu sangat kurus. Ini, tambah lagi ikannya," ucap Geri sambil meletakkan ikan goreng ke atas piring makan Nara.
"Terima kasih," ucap gadis itu. Sebenarnya, ia ingin menolak, tetapi tidak enak untuk menampik.
"Kau juga harus tambah ayamnya," cakap Gerald sambil meletakkan daging ayam di piring Nara.
"Telurnya juga," timpal Bara.
Nara tersenyum tipis. Ia menunduk dan melotot saat melihat piring makannya yang begitu penuh. Saat ini saja perutnya sudah kenyang.
"Bagaimana cara aku menghabiskan semua makanan itu? Masa iya aku buang? 'Kan enggak enak. Mereka pasti susah payah bikin semua ini," batinnya.
Zhang Yu yang diam-diam memperhatikan gadis di depannya pun seolah mengerti. Cepat-cepat ia melahap dimsum yang tinggal satu. Setelah itu, ia merebut piring makanan Nara. Tanpa merasa bersalah, pria tampan ini memakannya dengan lahap. Ketiga temannya dibuat melongo dan ia tak peduli akan hal itu.
"Hei, Zhang Yu, itu 'kan makanan Nara. Kenapa kau embat juga?" tanya Geri sinis.
Zhang Yu menepis tangan Gerald yang akan kembali mengambil piring tersebut. "Aishh, kalian ini. Biarkan aku makan. Aku masih lapar," dalihnya.
"Tapi 'kan itu punya Nara," sergah Bara.
"Ya, memangnya kenapa? Aku yang punya rumah ini. Sesuka hatikulah!"
Nara mencoba melerai perdebaten kecil tersebut. "Tidak apa-apa. Aku sudah kenyang, kok," lerainya.
Lantas keempat pria itu melanjutkan makannya dengan khidmat. Sepertinya memang benar, cara makan perempuan dan laki-laki itu tidak pernah sama. Buktinya sekarang mereka sudah selesai makan dalam waktu kurang dari lima menit. Cepat sekali makanan itu tandas ke jurang perut.
"Eughh...." Zhang Yu bersendawa keras. Kemudian, pria itu berdiri dan menyambar jas hitam di kursi sebelahnya yang kosong.
"Geri, kau tugas cuci piring hari ini," ucapnya.
"Iya, tahu."
Nara ikut berdiri, "Eh, biar aku saja yang cuci piring. Bosan juga kalau enggak ngapa-ngapain," katanya.
"Ya, sudah. Kau yang cuci piring," sahut Zhang Yu.
"Zhang Yu, masa kau tega suruh Nara cuci piring? Sudah, biar aku saja yang cuci piringnya, Nara," ujar Geri.
"Biar dia ada kerjaan. Lagian, kita sudah hampir telat," kata Zhang Yu sambil melirik arloji di tangan kiri.
"Nar, kau enggak apa-apa cuci piring semuanya?" tanya Geri.
"Enggak apa-apa, Geri. Justru aku senang karena aku pasti tidak akan bosan," jawab gadis manis ini.
"Wah, kau benar-benar calon istri idaman," puji Bara sambil menatap Nara dengan mata berkedip sebelah.
"Cih, kalian berdua terlalu lebay!" ejek si empunya rumah.
"Ayo, cepat siap-siap!" imbuhnya.
Bara berlari ke ruang tengah dan mengambil tas kerja. Sementara Geri dan Gerald masing-masing membawa laptop. Sedangkan Zhang Yu tidak membawa apa-apa. Pakaian mereka sangat rapi. Mereka seperti seorang pegawai kantoran dengan jawatan tinggi, kecuali dua pria kembar. Mereka memakai pakaian panjang biasa, tetapi tetap terlihat formal dan keren.
"Kalian mau ke mana?" tanya Nara kebingungan.
"Oh, kami? Kami akan pergi ke ba---"
Brak! Zhang Yu menginjak kaki Gerald sambil tersenyum manis seolah sedang tidak terjadi apa-apa. Lain halnya dengan Gerald yang sekarang tengah meringis kecil.
"Wadaw, sakit," keluh pria bertumbuh tambun itu.
Bara tertawa kencang mencoba mengambil alih suasana. "Ha ha ha...." dan ia berkata, "tentu saja kami akan berangkat bekerja."
Nara ber-oh ria pertanda bahwa ia paham. Sebenarnya, ia ingin bertanya tentang pekerjaan mereka karena melihat Zhang Yu yang tampak gagah dengan jas hitam. Seperti seorang CEO di sebuah perusahaan. Namun, ia tak ingin bertanya lebih lanjut.
"Kau, jaga rumah. Jangan sampai kau membawa masuk orang lain!" perintah Zhang Yu.
"Tanpa Kau beri tahu juga aku sudah tahu," jawab Nara pongah.
"Cih, dasar gadis aneh. Bicara denganku saja selalu sinis," gerutu pria tampan ini.
"Eh, sudah, sudah! Mari kita berangkat bekerja!" seru Geri.
"Kami berangkat bekerja dulu, Nara," ucap Bara.
"Hati-hati," kata Nara.
Sementara itu, tampak wajah kemarahan milik Zhang Yu. Pria tampan itu menyilangkan tangan dengan gaya gaduk seperti biasa. Dia tatap Gerald dengan tatapan maut ala Zhang Yu.
"Kau, sudah berapa kali aku bilang kalau punya mulut itu harus dijaga!" marahnya.
Puk.... Bara menepuk pundak Zhang Yu agar pria itu tidak berlarut dalam amarah. Sebab, Bara yang lebih tahu sifat Zhang Yu.
"Terlalu pagi untuk marah-marah. Ayolah, Bro, jangan terlalu keras! Santai saja," ucap Bara sambil tersenyum.
"Ayo, kita harus cepat pergi ke bandara!" titah Zhang Yu.
***
Halo, Sahabat PenaDifa. Yuk, subs dan review jangan lupa. Follow me on IG PenaDifa_sastra. Aku cinta kalian.