"Kita bisa menjadi orang terkaya nomor satu di dunia. Ha ha ha...." ucap Bara diakhir dengan tawa.
"Bagaimana? Aku hacker terbaik, bukan?" tanya Gerald sambil menaikturunkan sebelah alisnya. Lelaki bertubuh gempal itu tersenyum bangga.
Zhang Yu tersenyum lebar dan menepuk pundak Gerald berkali-kali. "Tak kusangka kau akan sehebat ini. Aku tak akan meragukan kemampuanmu lagi," pujinya.
Geri mendengkus kesal, "Ck, memangnya cuma dia saja yang hebat. Aku jauh lebih hebat dari Gerald," sungutnya.
"Buktikan dulu pada kami," ujar Bara sambil terkekeh pelan.
"Ck, kalian ini," gerutu Geri.
Zhang Yu melempar bantal sofa. "Hei, Geri, kau merajuk? Memalukan," ejek pria tampan ini.
"Aku tak merajuklah," bantah Geri.
"Heh, sudah! Sudah! Kalian tak dengar cacing-cacing di perutku sudah berdangdut ria?" kata Gerald sambil menepuk-nepuk perutnya yang besar.
"Yuk, kita masak!" seru Zhang Yu.
Mereka berempat pergi ke dapur. Seperti biasa, Bara akan langsung memanaskan kompor. Sementara Gerald akan memasak nasi. Geri akan mencari bahan makanan yang diperlukan, dan Zhang Yu pergi membawa wadah, seperti piring, mangkuk, atau lainnya.
"Telur, Ger!" titah Bara.
"Sabar!" teriak Geri kesal.
Teriakan Geri mengundang tawa Zhang Yu. Pria tampan itu kini beralih pada lemari kaca di depannya. Lemari khusus menyimpan piring, mangkuk, sendok, dan lainnya. Dia mengambil baskom berukuran kecil, dua mangkuk, dan beberapa sendok. Satu sendok makan jatuh ke lantai. Trang.... Dia pun berjongkok untuk mengambilnya. Namun, saat ia berjongkok, tak sengaja matanya melihat secarik kertas tergeletak di kolong lemari tersebut.
[Aku membuat dimsum yang banyak pagi ini. Aku menyisakkannya untukmu. Ada di lemari makan paling atas.]
Begitulah isi tulisan di kertas tersebut. Ya, itu adalah tulisan tangan Zhang Yu yang ia tulis saat sebelum berangkat ke Tiongkok. Sebenarnya, pagi itu Zhang Yu membuat cukup banyak dimsum. Tadinya ia berpikir untuk untuk dimakan bersama-sama sekalian menyambut kedatangan Nara di rumah ini. Namun, jika dipikir-pikir lagi, dimsum itu pasti akan langsung disambar oleh Gerald. Maka dari itu, ia menyisihkan beberapa dimsum ke dalam piring yang lain. Lalu, ia taruh di lemari makanan paling atas.
Ketika semuanya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, ia pun menulis catatan kecil secara sembunyi-sembunyi. Tanpa ia sadari, sesekali dirinya menengok pada Nara. Kemudian, ia akan tersenyum kecil saat melihat gadis itu kebosanan. Usai menulis catatan itu, ia pun meletakkan kertas berukuran kecil itu di bawah piring dimsum. Ya, begitulah.
Zhang Yu mengembuskan napas panjang, "Hufttt...." Lantas ia berkata, "sepertinya kertas ini jatuh saat dia mengambil dimsum. Jadi, dia tidak membaca catatan ini?"
Cepat-cepat pria berkulit putih ini pergi ke lemari makanan. Di sana ia membuka lemari paling atas. Benar, tidak ada piring dimsum. Berarti gadis itu sudah memakannya.
"Sepertinya dia sudah menjelajahi seisi dapur ini," ejeknya.
Terdengar suara Geri yang berteriak, "Telurnya habis, Bara!"
Bara menoleh dengan tatapan tajam. "Hei, Geri, sudah kubilang berapa kali? Kau harus lebih sopan padaku. Aku ini lebih tua darimu. Jangan berteriak padaku, tahu?!" protesnya.
Geri yang sedang menjeljahi isi kulkas dengan cara memasukkan kepalanya pun langsung berdiri. "Omomo! Hei, aku tahu kau lebih tua darimu. Bahkan, dari wajahmu saja sudah kelihatan kalau kau sudah tua, tapi aku lebih suka begini. Lebih bebas dan akrab," sahutnya sambil terkekeh kecil.
Brak.... Bara melempar spatula ke arah Geri. Namun, lemparannya melesat dan hanya mengenai kulkas.
"Aishhh, bocah itu," keluh Bara.
Seolah tak mau kalah, Geri pun balas melempar. Dia melempar tomat dan malah mengenai kompor. Brak.... Lalu, Bara kembali melemparkan tomat tersebut dan ia balas dengan melemparkan timun. Terjadilah aksi saling lempar tersebut. Gerald dan Zhang Yu dibuat melongo oleh tingah dua manusia kurang bahagia itu.
"Stop! Mau kalian apakan dapurku, hah?!" teriak Zhang Yu marah.
Aksi saling lempar-melempar tersebut pun terhenti. Bara dan Geri berdiri ketakutan. Kalau Zhang Yu sudah marah begini, siapa pun nyalinya akn menciut.
"Bereskan! Biar aku saja yang masak. Kalian berdua, cuci pakaian kita semua dan bersihkan semua ruangan yang ada di rumah ini, kecuali kamarku!" titah Zhang Yu.
"Kau, sih, malah main lempar," bisik Geri pada Bara.
"Hei, Bocah! Harusnya kau bisa sopan padaku," hardik Bara tak terima.
"Kau itu, masa ha--"
"Sekarang!" titah Zhang Yu tak terbantahkan. Pria itu memejamkan mata demi menetralkan emosinya. Pening sudah ia melihat dapur mewahnya berantakan.
Gerald memakan kerupuk sambil tertawa terbahak-bahak. Lebih tepatnya, ia mentertawakan Bara dan juga kembarannya. Memang, di sini cukup waras hanyalah Gerald dan Zhang Yu. Sayangnya, Gerald adalah seorang pencuri makanan di dapur. Perutnya seolah selalu lapar setiap detiknya.
"Ha ha ha...," tawa Gerald membahana di dapur megah ini.
"Kenapa kau tertawa? Bantu aku masak!" omel Zhang Yu yang mampu menghentikan tawa Gerald.
"Oke," sahut Gerlad. Dia langsung meletakkan kerupuk. Ya, lebih baik cari aman daripada terkena semprotan si empunya rumah.
***
Acara masak-memasak sudah siap. Makanan malam ini hanya ada sup ayam, perkedel, ayam serundeng, dan tahu serta tempe. Butuh dua jam lebih bagi Zhang Yu untuk menyelesaikan masakan tersebut. Saatnya mereka semua menikmati hidangan tersebut.
"Aku akan panggil Nara dulu. Kalian tunggu. Jangan ada yang makan lebih dulu," ucap Zhang Yu.
Pria bertubuh tinggi ini pergi ke lorong kamar. Dia berhenti di depan pintu bercat putih tulang, pintu kamarnya. Tok tok tok.... Berkali-kali ia ketuk pintu kokok yang menjulang tinggi di hadapannya itu. Akan tetapi, tidak ada sahutan sama sekali.
"Bukan pintunya, Gadis Aneh!" teriak Zhang Yu, tetapi tetap tidak ada sahutan.
Di sisi lain, Nara hanya duduk diam di atas kasur. Bukannya tak mendengar teriakan si empunya rumah. Hanya saja, ia merasa malas beranjak dari atas kasur. Lebih lagi atas kejadian tadi pagi, ia tak pernah keluar dari ruangan ini. Dia mengunci diri hingga malam. Beruntungnya di kamar ini ada kamar mandinya juga.
"Nara, buka pintunya!" teriak Zhang Yu.
Nara masih mempertahankan kebisuannya. Matanya menatap ke arah pintu tanpa ada niatan untuk membukakan pintu tersebut. Namun, makin malam, ketukan pintu itu malah makin kencang. Tok tok tok....
"Buka pintunya, Gadis Aneh! Jangan sampai kau membuatku marah dan membuatku harus mendobrak pintu!" teriak Zhang Yu lagi.
Mendenger teriakan tersebut, Nara gelagapan. Lantas ia berlari ke aran pintu. Ceklek. Pintu terbuka. Tampak olehnya Zhang Yu sedang memasang sikap siaga untuk mendobrak pintu. Sayangnya, Zhang Yu memang sedang akan mendobrak pintu, tetapi pintunya malah terbuka. Lalu, ia pun terjatuh menubruk badan Nara.
Nara yang tak siap pun tak bisa menghindar. Pada akhirnya mereka berdua jatuh ke lantai. Nara tepat berada di bawah kuasa Zhang Yu. Mereka bertentang mata, menelusuri tiap lekuk wajah masing-masing, mulai dari alis, mata, hidung, bibir hingga dagu.
Cukup lama mereka saling pandang satu sama lain. Ada debaran yang tak tahu dari mana asalnya. Debaran keras, tetapi menyenangkan rasanya. Apa lagi jarak wajah di antara mereka hanya beberapa senti saja.
Nara merasa gugup melihat wajah tampan Zhang Yu dalam jarak dekat seperti ini. Wajahnya memerah hingga ke telinga. Bahkan, ia tak sadar bahwa ia sudah menahan napas selama beberapa detik sebelum akhirnya ia tersadar dengan apa yang terjadi.
Bruk! Nara mendorong Zhang Yu. Lantas gadis berambut panjang itu berdiri sambil menunduk. Ya, ia tak berani melihat lelaki itu. Mungkin lebih tepatnya, ia tak berani melihat lelaki wajahnya yang memerah ini dilihat oleh lelaki tampan itu.
Zhang Yu pun sama gugupnya. Namun, kepandaian akting seorang Zhang Yu, ia berhasil menyembuhkan rasa gugup itu. Dia berdeham kecil, "Ekemmm...."
"Makan malam sudah siap. Yang lain sudah menunggu," imbuhnya.
Nara menyahut, "Aku akan segera menyusul ke dapur."
Bruk! Nara masuk ke dalam kamar kembali sambil menutup pintu dengan kencang. Untuk pertama kalinya setelah tiga belas tahun lamanya ia tak merasakan debaran kencang di hatinya. Debaran ini, debaran yang sama saat dulu ia menerima surat dari seseorang yang ia cintai.
"Perasaan apa ini?" tanyanya dalam hati.
***
Halo, Sahabat PenaDifa. Hayo, bagaimana menurut kalian? Apakah Nara akan berpaling dan mencintai Zhang Yu? Yuk, kepoin terus kisah mereka. Jangan lupa untuk subs dan review, ya.