Chereads / Anak Angkat / Chapter 1 - Orang Tua Baru

Anak Angkat

🇮🇩Eva_Fingers
  • 325
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 180.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Orang Tua Baru

Vrooom!

Sebuah mobil mewah dengan merek ternama mulai memasuki area panti asuhan "Pelangi Senja" tak lama keluar sepasang suami istri dari mobil itu dengan senyuman ramahnya.

Mereka adalah Tn. Charles dan istrinya Ny. Arumi.

Tn. Charles Davies adalah pria berkebangsaan Inggris yang sudah lama menetap di Indonesia. Sementara istrinya yang bernama Ny. Arumi Ayuni Subroto atau yang akrab disapa Ny. Arumi Davies, adalah warga asli Indonesia berdarah Jawa.

Kedatangan mereka kemari, karna mereka ingin mengadopsi salah satu anak dari panti ini.

"Baik, Ibu dan Bapak, silakan berkenalan dengan para anak-anak asuh kami, semoga ada salah satu anak yang beruntung dan menjadi anggota keluarga dari Bapak dan Ibu yang sangat dermawan ini." Ucap seorang wanita pengurus panti. Wanita itu bernama Ana Amelia atau yang akrab di sapa Bunda Lia.

Tn. Charles dan Ny. Arumi, baru pertama kali datang ke panti asuhan ini. Mereka adalah donatur tetap selama 2 tahun terakhir. Hampir setiap bulan mereka memberi santunan, atau sekedar membagikan makanan untuk para anak panti, tapi anehnya mereka tidak pernah turun tangan langsung dan hanya memerintahkan ajudan mereka untuk melalukannya.

Meski begitu, Bunda Lia sering di hubungi secara langsung oleh sepasang suami istri itu, entah dari Tn. Charles atau pun Ny. Arumi, meski sekedar lewat telepon maupun email.

Hubungan suami istri itu dengan pemilik panti sangatlah baik, meski tak pernah bertemu langsung. Dan ini adalah kali pertama, pasangan beda negara itu datang dan bisa berjabat tangan langsung dengan Bunda Lia.

Bunda Lia menyuruh para anak asuhnya keluar, dan berbaris rapi untuk menyambut sepasang suami istri itu.

Ny. Arumi masih dengan senyum ramahnya menatap satu-persatu anak-anak itu dan berkenalan.

Di awali dengan seorang anak laki-laki yang bertubuh gempal dengan mata bulat dan senyum yang ramah, anak itu seolah mengisyaratkan bahwa dia ingin sekali dijadikan anak angkatannya.

Ny. Arumi menatap wajah anak lelaki itu dengan seksama, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya, Ny. Arumi tak menyapa anak itu sama sekali, dan setelah itu dia mengalihkan pandangannya ke arah anak yang lain.

Melihat dirinya yang telah terlewatkan, anak lelaki itu langsung menarik tangan perempuan paruh bayah itu.

"Bu, saya mau menjadi anak Ibu, dan saya berjanji tidak akan nakal," tukas anak lelaki itu meyakinkan.

"Maaf, nama kamu siapa?" tanya Ny. Arumi.

"Nama saya, Romi, Bu." Jawab anak lelaki itu.

Dengan penuh kesabaran Arumi duduk dan menaruh dengkulnya diatas lantai, untuk menyetarakan tubuhnya dengan tinggi tubuh anak lelaki itu, agar lebih sejajar.

"Maaf ya, Romi, tapi Ibu sedang mencari anak perempuan, karna Ibu sudah mempunyai dua anak laki-laki di rumah," jelas Arumi dengan sabar.

Raut kecewa terpancar jelas diwajah Romi, untuk ke sekian kalinya dia tidak di pilih oleh calon orang tua angkat yang datang.

Arumi mengusap pundak Romi sesaat.

"Tidak apa-apa, suatu saat pasti ada yang akan mengangkatmu menjadi anak, Sayang," lirih Arumi.

Kemudian dari sudut paling ujung Arumi melihat seorang anak perempuan yang sangat manis berkulit putih, berhidung mancung  dan bermata bulat sempurnya dengan bulu mata yang lentik. Gadis kecil itu tampak sangat pemalu, tidak seperti anak lain yang memasang wajah manisnya agar dipilih untuk menjadi anak angkat, tapi gadis kecil itu terus menunduk, seolah dia tidak mau seseorang melihat wajahnya dan mengadopsinya.

Arumi menatap tajam gadis kecil itu, seolah ada sebuah isyarat dalam tatapan itu, dan perlahan bibirnya kembali mengembangkan senyuman.

Dan senyum tipis itu mengandung banyak arti.

Perlahan dia berjalan untuk menghampirinya.

Sementara Tn. Charles, hanya mengikuti di belakang istrinya, layaknya seorang bodyguard.

"Hay, Gadis Manis, siapa namamu, Sayang?" tanya Arumi dengan lembut.

"Me-sya, Tante, An-drea Mesya," jawabnya ragu-ragu dan terbata-bata.

Ny. Arumi mengangkat dagu gadis itu dengan lembut.

"Jangan menunduk terus, ayo tersenyum,"

Gadis kecil yang bernama Mesya itu pun mengembangkan bibirnya dengan  terpaksa, meski begitu senyuman itu mampu membuat aura kecantikannya kian bertambah.

"Cantiknya," Arumi menatap lekat-lekat gadis itu, "sempurna," lirih Arumi penuh yakin.

Mesya tampak deg-degan, dia sangat takut, jika sepasang suami istri itu benar-benar akan mengangkatnya menjadi anak. Sama sekali dia tidak ingin pergi dari panti ini. Dia dibesarkan di panti ini dengan penuh kasih sayang.

Dia merasa berada di tempat ini saja sudah cukup, tidak perlu mendapat keluarga baru.

Panti ini baginya adalah keluarganya yang sesungguhnya.

Ibu kandung Mesya meninggal saat melahirkannya, sementara sang ayah tidak tahu entah berada di mana, dia tak ada keluarga lain. Dia sempat mendengar kabar, jika keluarga besar sang ibu berasal dari Surabaya, tapi dia tidak tahu pasti, letak tepatnya.

"Mesya, apa kamu mau ikut bersama, Ibu?" tanya Arumi masih dengan senyuman ramahnya.

Tapi entah mengapa meski Arumi sangat ramah dan terlihat baik, tapi di mata Mesya terlihat menyeramkan, seperti ada yang dia sembunyikan.

"Mesya, Sayang, sekali lagi Ibu bertanya, apa kamu mau menjadi putri kami?"

Arumi kembali mengangkat dagu Mesya yang menunduk, lalu kembali dia mengembangkan senyum hangatnya.

"Apa pun yang kamu inginkan, Ibu akan menurutinya, boneka, coklat, es krim, pokoknya apa saja akan Ibu berikan, bahkan kasih sayang Ibu sepenuhnya untukmu," ucap Arumi meyakinkan Mesya.

Lalu Lia berjalan menghampiri Mesya, dia hendak memberi nasehat kepada Mesya, Lia berharap Mesya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, karna Lia sangat percaya jika keluarga Ny. Arumi dan Tn. Charles adalah keluarga baik-baik dan kaya raya.

Tentu kehidupan Mesya akan lebih baik jika mau tinggal bersama mereka.

"Mesya, kamu ikut dengan, Ny. Arumi dan  Tn. Charles ya, karna jika Mesya bersama mereka hidup Mesya akan terjamin, terutama pendidikan Mesya, Mesya ingin jadi dokter, 'kan?" lirih Lia.

"Tapi, Bunda. Mesya gak mau pergi dari panti ini, dan Mesya gak mau pisah sama, Bunda Lia," ucap Mesya dengan mata berkaca.

Lia mengelus rambut Mesya sambil mengangguk, "Iya, Bunda tahu, tapi ini demi kebaikan, Mesya. Bunda ingin Mesya bahagia dan Mesya bisa menggapai cita-cita Mesya, menjadi dokter," bujuk Lia.

Akhirnya berkat ucapan Lia, Mesya mau diadopsi oleh, Charles dan Arumi. Memang Mesya ingin sekali menjadi seorang dokter, sehingga dengan terpaksa mau ikut dengan kedua orang tua barunya. Dengan iming-iming akan mendukung pendidikannya setinggi mungkin, serta akan menjamin hidupnya selalu bahagia.

Tak hanya itu Arumi juga berjanji bahwa Mesya boleh berkunjung ke panti asuhan ini kapan pun dia mau.

Setelah berpamitan dengan para penghuni panti, Mesya pun dengan pasrah di bawa pulang oleh Charles dan Arumi.

Mereka bertiga menaiki mobil mewahnya, sesaat membuka jendelanya lalu memberi kesempatan Mesya untuk melambaikan tangannya.

Mesya melambaikan tangannya dengan mata berkaca-kaca.

"Sudah, tidak apa-apa," lirih Arumi kepada Mesya.

Lalu mobil pun melaju meninggalkan halaman bangunan panti.

Hati Mesya sedikit tenang, karna di sampingnya, Arumi terus mengelus rambutnya dan memeluknya, selayaknya seorang ibu dengan putrinya.

Mesya merasa nyaman, bahkan gadis kecil itu berpikir jika dia sudah salah menilai buruk terhadap Arumi.

Karna pada kenyataannya Arumi sangat baik hati, dan tatapan yang terlihat seram saat awal pertemuan tadi hanya perasaannya saja, yang terlalu ketakutan.

"Mesya, ingin makan apa?" tanya Arumi.

Mesya menggelengkan kepalanya.

"Oh, iya Ibu ada coklat, sebentar ya,"

Arumi merogoh ke dalam tas mahalnya. Tapi karna isi tasnya terlalu penuh akhirnya dia mengeluarkan satu persatu barang-barang di dalamnya.

"Mana ya, sebentar," Arumi masih mengeluarkan barang yang lain.

Lalu tak sadar Arumi mengeluarkan sebuah pisau kecil tajam, dan terlihat ada bekas darah di sisi pisau itu.

Lalu saat Mesya melihat di dekat kursinya, terdapat sepatu heels warna putih tulang, yang juga penuh bercak darah.

Mesya semakin takut dan bingung, dalam hatinya bertanya-tanya siapa pemilik sepatu heels itu dan juga darah apa yang ada di pisau dan sepatu itu.

"Mesya, kok melamun? ini coklatnya, Sayang,"

To be continued