Chereads / Anak Angkat / Chapter 3 - Perkelahian David Dan Arthur

Chapter 3 - Perkelahian David Dan Arthur

Suasana malam di rumah besar itu sangatlah senyap, padahal ada banyak penghuni di rumah itu.

Tapi nampaknya mereka tipe orang-orang yang tidak suka bercanda.

Dan hal itu membuat Mesya, harus memulai beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Dia yang biasa hidup dengan suasana ramai dan ceria penuh gelak tawa di dalam panti, kini harus hidup dengan berdiam-diaman dan menjunjung tinggi tata krama.

Mesya memandangi langit-langit kamar barunya, sambil membayangkan para teman-temannya di panti sedang berbuat apa saat ini.

Padahal baru saja sehari dia berada di sini, tapi gelak tawa suasana panti sudah membuatnya sangat rindu.

"Rumah ini sangat mewah, kamarku juga sangat indah, tapi rasanya tidur beramai-ramai di panti jauh lebih menyenangkan." Gumam Mesya.

Klontang!

Bluk!

Terdengar suara gaduh di luar kamar, dan Mesya pun menjadi kaget sekaligus penasaran, akhirnya Mesya keluar dari kamar untuk melihatnya.

Dan ternyata, di ruang tengah ada  David dan Arthur yang sedang berkelahi.

Terlihat bagian kening Arthur terdapat luka lebam, dan di bagian bibirnya juga berdarah.

Luka itu disebabkan oleh David yang telah memukulnya, tapi meski begitu, Arthur masih tampak selengean sambil tertawa-tawa tidak jelas.

Tanpa menangis ataupun takut melihat tatapan sang kaka yang sangatlah dingin dan memarikan itu.

"Hey, kalian jangan bertengkar!" teriak Mesya yang mencoba melerainya.

"Hey, Mesya! Adiku yang cantik, tolong bilang kepada Kaka mu ini, agar tidak lagi berbuat kasar!" adu Arthur kepada Mesya. "Haha! Dia itu Kaka yang bodoh dan belagu, sukanya berbuat kasar,  memangnya dia pikir dia itu siapa?!" tukas Arthur dengan nada melecehkan David.

Mesya pun langsung melirik ke arah David, yang juga berbalik menatap wajah Mesya dengan tatapan yang sangat dingin dan seolah mengisyaratkan kepada Mesya agar dia tidak usah ikut campur.

Tapi meski pun begitu, Mesya merasa jika dia tidak boleh diam saja melihat perkelahian ini, apa lagi dia sekarang adalah bagian dari mereka.

"Kalian jangan berkelahi, apa lagi sampai saling menyakiti begini, kalian itu kan saudara!" ucap Mesya.

Lalu dia berjalan menghampiri David, walau sebenarnya dia merasa sangat takut kepadanya, tapi Mesya memaksakan dirinya untuk berbicara kepada David.

"Kak David, kenapa Kaka melukai Arthur?  Kalian, kan bersaudara, jadi harusnya tidak boleh saling menyakiti begini,"

Mesya sampai memegang tangan David, tapi David sama sekali tak menghiraukan ucapannya itu.

"Kak David, berhubung Kaka, sudah melukai wajah Arthur, jadi Kaka harus meminta maaf, dengan Arthur!" pinta Mesya, "Bunda Lia bilang, kalau kita berbuat salah, kita harus meminta maaf kepada orang yang kita sakiti," imbuhnya lagi.

Kemudian David memegang tangan Mesya dan langsung menyorotkan mata tajam yang seakan mematikan, kearah Mesya.

Seketika nyali Mesya pun mendadak menciut, tapi meski begitu, gadis kecil itu tetap memberanikan dirinya, karna menurutnya, dirinya saat ini berada di posisi yang benar. Dia selalu mengingat kata-kata Bunda Lia seorang pengasuh panti, yang selalu mengajarkan bahwa dia tidak boleh takut dengan siapa pun selama dia dalam posisi yang benar.

Sambil menatap tajam penuh amarah, David berkata dengan nada penuh ancaman di telinga Mesya.

"Anak perempuan lemah sepertimu itu sebaiknya kembali saja ke panti asuhan! Kamu tidak pantas berada di sini!" cerca David.

Bruk!

David mendorong tubuh Mesya hingga terjatuh, dan Mesya terlihat peringisan sambil menangis. Dia menangis bukan hanya karna sakit akibat terbentur lantai saja, tapi dia juga menangis karna dia merasa bersedih di bentak oleh David.

Baginya David sangatlah kasar, dan dia tidak mempunyai hati yang lembut layaknya seorang anak sepuluh tahun yang tentunya jauh lebih dewasa dari anak umur 7 tahun sepertinya.

"Adik cantik, kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Arthur sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Mesya berdiri.

Dan tepat saat itu juga tiba-tiba, Arumi dan Charles suaminya terbangun dari tidur, lalu menghampiri mereka berdua.

Ketika sepasang suami istri itu datang, seketika suasanya gaduh itu kembali senyap, David dan Arthur langsung menundukkan kepalanya.

Mereka terlihat seperti seorang anak yang penurut dan tidak pernah berbuat onar.

Persis yang Mesya lihat di awal pertemuan tadi,

"Ehem! Kalian bertengkar lagi ya?" tanya Arumi, kepada kedua putranya.

Tapi mereka semua tak menjawabnya.

"Kalian itu sudah besar, harusnya kalian tidak melakukan hal sebodoh ini,"

"Maaf, Bu!" ucap serempak David dan Arthur.

Lalu perlahan netra Arumi melirik ke arah wajah Arthur yang tengah babak belur.

Dan Arumi langsung memegang serta mengelusnya dengan lembut.

"Arthur, pasti semua ini salahmu ya?" desak Arumi kepada Arthur.

Tapi Arthur diam saja, dan tak menjawabnya, dia yang tadinya tampak selengean, kini berubah menjadi pendiam dan terlihat sangat ketakutan.

Mesya merasa heran, karna jelas-jelas wajah Arthur yang babak belur, tapi malah Arumi menuduh Arthur yang bersalah, tentu itu adalah hal yang tidak benar baginya.

Akhirnya Mesya memberanikan diri untuk mengatakan apa yang sebenarnya dia lihat.

"Bukan Kak Arthur yang salah, Bu! tapi Kak David yang sudah memukulnya, bahkan Kak David juga sudah mendorongku sampai terjatuh!" jelas Mesya dengan suara lantang.

Arthur pun tersenyum mendengar pembelaan dari Mesya, sementara David tampak geram dan sampai mengepalkan tangannya karna kesal dengan ucapan Mesya itu.

"Benar begitu?" tanya Arumi.

Tapi semua terdiam, dan Arumi langsung menghampiri David lalu menggandeng tangannya, dan mengajaknya pergi.

Sesaat sebelum dia pergi, Arumi menyempatkan diri untuk mengecup kening Mesya.

"Mesya jangan takut ya, Sayang," bisiknya.

Arumi mengajak David masuk ke dalam sebuah ruangan dengan masih menggandeng tangan David.

Tapi perlahan lengan David yang sedang di gandeng oleh Arumi itu mulai mengeluarkan sedikit darah. Rupanya Arumi bukan sekedar menggandeng tangan David, tapi dia juga mencengkeram dan menancapkan kuku-kuku panjangnya ke tangan David.

David terlihat sedikit peringisan, tapi sama sekali bocah berumur 10 tahun itu tak melawannya.

Sementara itu di belakangnya Tn. Charles mengikuti mereka berdua sambil mencopot ikat pinggangnya.

Mesya hanya melihat mereka bertiga dengan tatapan nanar, tanpa tahu apa yang di lakukan Arumi, Charles dan David di dalam ruangan itu.

Mesya yakin, David hanya akan di beri wejangan atau sedikit hukuman seperti mengepel lantai atau menyapu halaman seperti hukuman yang sering di berikan oleh Bunda Lia, kepada anak-anak panti yang nakal.

"Kamu, kenapa melamun Mesya?" tanya Arthur.

"Aku, sedang berdoa semoga setelah ini, Kak David tidak membenciku," ucap polos Mesya.

"Tenang, Adik Cantik. Kalau dia marah dan membencimu, aku yang akan membelamu!" tegas Arthur.

Mesya langsung tersenyum, "Wah, terima kasih, Kak Arthur," ucap Mesya.

'Dasar Bodoh,' batin Arthur.

"Yasudah, Mesya mau tidur dulu ya," tukas Mesya.

"Iya, Adik Cantik, selamat tidur, semoga mimpi indah,"

"Kak, Arthur juga ya, selamat tidur dan semoga bermimpi indah.

***

Klontang!

"Ampun! Ayah!"

To be continued