Chereads / Anak Angkat / Chapter 4 - Sekolah Baru Mesya

Chapter 4 - Sekolah Baru Mesya

Pagi yang begitu cerah sorot mentari menembus jendela kaca saat Arumi membuka tirai.

Seketika Mesya menutup kedua matanya yang mulai silau.

"Selamat pagi, Mesya," sapa Arumi dengan lembut.

"Selamat pagi, Bu, maaf ya, Mesya terlambat bangun," jawab Mesya.

"Iya, tidak apa-apa, Sayang," sahut Arumi sambil mengecup hangat kening Mesya.

Seketika Mesya mengembangkan senyumnya, karna ini kali pertamanya dia merasakan hangatnya sentuhan seorang ibu.

Ny. Arumi, memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan dia merasa layaknya  seorang putri raja.

"Kamu, itu cantik sekali ya, apa lagi kalau senyum begini, Ibu, sangat suka dengan senyumanmu," ujar Arumi.

"Terima kasih, Ibu."

"Yasudah ayo, kita sarapan, Ayah dan Kakak-kakakmu sudah menunggumu,"

"Tapi, Mesya belum mandi, Bu."

"Kamu, cuci muka saja, setelah itu kita sarapan bersama," ujar Arumi.

"Tapi kata, Bunda Lia, harus mandi dulu baru boleh sarapan,"

"Itu, kan kata, Bunda Lia, bukan kata Ibu, jadi di sini peraturannya tidak seperti di panti, kamu bebas melakukan apa pun di sini, Ibu akan mendukungmu," tutur Arumi.

"Terima kasih banyak, Bu. Mesya sangat bersyukur bisa menjadi anak Ibu," tukas Mesya.

"Wah, Ibu juga sangat bahagia bisa menjadi Ibunya, Mesya,"

"Yasudah, Ibu duluan, nanti kalau Mesya sudah selesai, Mesya akan menyusul kalian," ujar Mesya.

"Iya, Sayang, Ibu tunggu di bawah ya,"

Mesya pun mengangguk sambil tersenyum manis.

Dan tak berselang lama Mesya pun turun ke lantai bawah, untuk sarapan bersama yang lainnya.

Tampak di meja makan, semua sedang menunggunya, dengan duduk rapi dan menghadap piring dan sendok yang sudah tersedia di hadapan masing-masing.

Dan menu sarapan pagi itu, terlihat sangat mewah, aneka olahan daging terlihat sangat menggoda.

Menu makanan di meja itu tidak seperti menu sarapan, melainkan lebih mirip menu makan siang kelas restoran mewah.

"Mesya, ayo cepat duduk, tunggu apa lagi," ujar Arumi.

Lalu perlahan Mesya pun duduk tepat di tengah-tengah antara, David dan Arthur.

"Selamat pagi, Adik Cantik," sapa Arthur dengan ramah.

"Selamat pagi, Kak," sapa balik Mesya kepada Arthur.

Arthur pun tertawa kecil, sambil menggigit daging berukuran besar dari garpunya.

Melihat hal itu entah mengapa perut Mesya merasa sangat mual. Dia masih teringat dengan kejadian kemarin saat dia mengalami muntah-muntah hebat.

"Tunggu apalagi, ayo makan," ajak Arthur.

Dan dengan ragu-ragu Mesya meraih piringnya.

Tak sengaja, dia melirik ke arah David yang sejak tadi sedang menunduk dengan piring yang masih kosong.

'Kak David, sejak tadi diam saja, apa dia marah kepada ku ya?' batin Mesya.

Lalu Mesya melihat di bagian lengan tangan David seperti ada sebuah luka yang mirip dengan cakaran kuku.

Di sekitar area tubuh yang lain juga terdapat banyak sekali luka lebam, seperti bekas cambukkan.

Mesya mulai curiga jika semalam David baru saja di hajar oleh ayah dan ibunya.

Ingin sekali rasanya Mesya bertanya kepada David, tapi dia tidak berani.

Mesya paham betul dengan sikap David yang pemarah.

Walau baru dua hari mengenalnya, tapi Mesya sudah mulai bisa menilai bahwa David adalah anak yang berhati dingin dan kaku.

"Mesya, kenapa makanannya belum di sentuh? Ayo di makan dong," ujar Arumi.

"I-iya, Bu." Jawab Mesya.

Mesya kembali memandang kearah piringnya, dan tampak satu potongan daging besar tergeletak di atas piring. Arumi lah yang baru saja meletakkannya.

Belum memakanya saja, rasanya sudah ingin muntah. Apalagi saat mengingat kejadian kemarin, tentang rasa daging  yang benar-benar berbeda dari daging biasanya.

Mesya terdiam sejenak dan tidak segera memakannya, dia masih bingung mencari cara untuk menolak makanan itu.

"Mesya, apa perlu Ibu suapi?" tanya Arumi lagi.

"Ah, tidak usah, Bu, Mesya, kan sudah besar, Mesya bisa makan sendiri," jawab Mesya.

"Oh, begitu ya, ok baiklah kalau begitu makanannya dihabiskan ya, Sayang," Arumi mengelus rambut Mesya.

"Iya, Bu."

Dan dengan ragu-ragu Mesya mulai memotong-motong daging itu.

Tapi setelah daging terpotong, dia tampak sangat ragu untuk memakannya.

Akhirnya Mesya memakan bagian kentang dan sayurnya saja.

"Mesya, dagingnya dimakan dong, Sayang," ujar Arumi.

"Sini biar Ibu yang suapi saja,"

Arumi mulai mendekati Mesya.

"Sini, a'k," Arumi menyodorkan sendok garpu yang sudah tertancap potongan daging.

Dengan terpaksa karna takut sang ibu marah, akhirnya Mesya membuka mulutnya, dan memakan daging itu.

Rasanya hampir sama dengan yang kemarin, tapi yang ini sedikit lebih enak.

Mesya akhirnya mengunyahnya.

"Enak, 'kan?" tanya Arumi sambil tersenyum, dan Mesya mengangguk dengan terpaksa.

***

Hari ini adalah hari pertama masuk ke sekolah bagi Mesya.

Tn. Charles mengantarkan Mesya ke sekolah barunya, sekolah yang sama dengan sekolah Arthur dan juga David.

Dan tak lama setelah mengantarkan mereka ke sekolah Charles pun pergi. Kini tinggallah David, Arthur dan juga Mesya.

"Adik Cantik, Kaka ke kelas dulu ya, nanti kalau ada yang nakal kamu bilang saja dengan, Kak Arthur," ujar Arthur.

"Iya, Kak Arthur, terima kasih," ujar Mesya.

Sekarang tinggallah Mesya dan juga David. Netra Mesya nyaris tak berkedip dan terus memandangi David.

Tubuh David masih di penuhi dengan luka lebam, dan sejak tadi dia hanya terdiam serta menunduk.

Mesya yang melihatnya pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.

"Kak David, apa Kaka, baik-baik saja?"  tanya Mesya.

David melirik sesaat ke arah Mesya dan wajahnya terlihat sangat kesal melihat Mesya.

"Maaf, Kak David, Mesya salah ya, sudah lancang bertanya?"

Seketika pupil mata David membesar, dia mendekat kearah Mesya dengan ekspresi yang marah. Deru nafasnya terdengar menggebu, seakan sudah siap untuk memukul Mesya.

Tentu saja Mesya merasa sangat ketakutan, tapi mau bagaimana lagi, dia sudah terlanjur bertanya.

Tak hanya itu, David juga sudah mengangkat tangannya yang bersiap akan memukul Mesya, Mesya pun menundukkan wajahnya, takut kalau-kalau David akan memukul sungguhan.

Tapi tiba-tiba David menurunkan tangannya, lalu dia berbisik di telinga Mesya.

"Puas kamu, karna sudah membuat Ayah dan Ibu menghukumku?" lirih David.

Setelah itu David beranjak  pergi meninggalkan Mesya.

***

Hari pertama masuk sekolah, Mesya bertemu dengan seorang anak laki-laki yang sangat jahil.

Dan entah karna masalah apa, tiba-tiba si anak jahil itu memukul kepala Mesya dengan sebuah penggaris.

Akhirnya Mesya menangis, karna pukulannya sangat kencang, kepala Mesya sampai terluka.

Si anak jahil itu bernama Dody, dia memang sangat terkenal paling nakal di sekolah, dan di takuti oleh teman-teman yang lainnya.

Mesya yang merasa sangat kesal pun akhirnya mengadu kepada Arthur, Arthur dengan santai mencoba menenangkan Mesya.

"Hehe tenang, Adik Cantik, nanti biar kak Arthur bilang ke ayah, dan percayalah setelah ini dia tidak akan pernah lagi bisa mengganggumu," ujar Arthur.

Dan benar saja saat pulang sekolah Arthur mengadu kepada Charles sang ayah.

Charles tampak santai mendengar hal itu,  dengan sabar dia menenangkan Mesya.

"Sudah, Mesya jangan khawatir, besok anak itu tidak akan mengganggumu lagi," tukas Charles penuh yakin. Jawaban yang hampir sama dengan apa yang di ucapkan Arthur tadi.

***

Esok harinya, di sekolah baru Mesya mulai tersiar kabar yang menggemparkan.

Bahwa Dody anak yang terkenal nakal itu di kabarkan sudah meninggal karna terbunuh.

Jasadnya di temukan di sebuah sungai yang tak jauh dari lokasi tempat tinggalnya. Dan yang lebih menggemparkan lagi, Dody meninggal dalam keadaan kepala yang terpenggal.

To be continued