Chereads / Lorex 19 / Chapter 28 - Misi penyelamatan

Chapter 28 - Misi penyelamatan

Bagaikan seorang tokoh antagonis, ia pun tertawa terbahak-bahak lalu menatap ke depan dengan sorot matanya yang dingin. Darah panas, mulai mengalir pada sekujur tubuhnya, sekali lagi Roki kembali bermutasi. Retakkan pada seluruh tubuhnya mulai terlihat, dagingnya mulai robek lalu tulang-tulang pun mulai keluar dari dalam tubuhnya. Tulang dan daging tersebut, keluar-masuk bagaikan bongkar pasang leago. Kesadarannya mulai hilang, kini sosoknya berubah menjadi monster.

Giginya yang bertaring, memiliki empat kaki berjalan merangkak bagaikan hewan melata, tulang ekornya yang memanjang serta tubuhnya yang besar di penuhi dengan otot dan daging. Sorot matanya merah menyala, meneteskan air liur yang dapat melelehkan baja. Dia meraung sembari memukul-mukul dinding hingga hancur, untungnya itu hanya berlangsung selama beberapa detik saja.

Jika kesadarannya hilang, dalam waktu yang sangat lama maka Profesor akan meledakkan Genix saat itu juga, dan misi rahasia yang ia jalankan telah gagal. Kemudian Roki duduk bersila, nafasnya ngos-ngosan dan jantung pun berdegup kencang. Secara perlahan, jantung serta aliran darah panas mulai stabil. Propesor Xenom pun muncul, ia duduk bersila berhadapan dengannya. Beliau menatap dirinya dengan khawatir, jika dirinya benar-benar berubah menjadi monster.

Roki merasa mual, lalu ia berlari ke sudut ruangan untuk muntah. Namun bukanlah sisa daging, melainkan cairan lendir coklat yang lengket. Dengan kepalanya yang masih pening, ia berjalan kembali duduk di tempatnya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang nak, apa masih merasakan sesuatu?"

"Sekarang aku baik-baik saja, tidak merasakan mual dan sakit seperti sebelumnya. Bahkan tubuhku merasa segar dan ringan seperti kapas," jawabnya.

Propesor pun senang mendengarnya, lalu ia bertanya sensasi saat dirinya berubah menjadi monster. Roki pun menjawab, bahwa ia sempat tidak sadarkan diri saat perubahan itu terjadi. Rasanya, ia berada dalam ruang gelap yang hampa walau hanya beberapa detik saja, begitu juga sebaliknya saat wujudnya berubah menjadi manusia. Kemudian profesor pun teringat, saat Roki memakan monster itu hingga tersisa tulang belulang.

Dirinya merasa, bahwa Roki bukanlah ia yang biasanya, melainkan sosok monster berdarah dingin akan haus dengan darah. Beliau sangat khawatir, jika suatu saat virus Lorex 19 memakan jiwanya secara perlahan. Lalu ia pun bertanya.

"Roki."

"Iya Profesor?"

"Saat kamu memakan monster, apa itu kehendakmu sendiri?"

"Iya, itu kehendakku sendiri. Dari pada aku dimakan, mending aku makan sekaligus aku ingin mengambil kemampuannya." Jawab Roki.

"Apa maksudmu?"

Roki menjelaskan, saat dirinya bertarung dengan zombie slime tempo lalu. Amarah menguasai dirinya, ia menyerang zombie tersebut dengan membabi buta. Dia menggigit zombie tersebut, dan memakan satu gigitan sehingga memperoleh skill tentakel dan juga cairan pelebur baja. Berarti dirinya dapat memperoleh, skill monster dan zombie mutan dengan cara memakannya. Itulah penjelasan, hasil analisa-nya pada Sang Profesor.

"Penjelasan yang masuk akal Nak, lalu bagaimana rasa daging zombie dan monster yang kamu makan?"

"Percayalah Profesor, rasanya sangat menjijikan. Lebih baik menkonsumsi ikan salmon mentah, dari pada harus mengkonsumsi daging monster itu." Ucapnya sembari menahan mual.

"Mendengarnya saja sudah membuatku mual, bagaimana jika aku memakannya langsung. Baiklah aku mengerti, tapi kau harus ingat satu hal," timbalnya.

"Apa itu?"

"Tak peduli seberapa banyak monster yang kau makan, tapi ingat jangan sampai kamu memakan daging manusia walau hanya seujung jari."

"Tentu saja tidak dasar gila, aku ini manusia normal mana mungkin aku makan daging manusia. Kamu pikir aku kanibal apa?"

"Baguslah kalau begitu nak, itu saja yang harus kamu ingat."

"Ok, sekarang jelaskan padaku. Aku berada di mana, dan bagaimana situasi di luar Profesor?"

Profesor pun mulai menjelaskan, bahwa dirinya kini ia berada di markas Black Skull penjara bawah tanah berlokasi bawah colosium. Sebuah tempat pertarungan antar manusia, dan juga antar mutan sebagai ajang taruhan sebagai taruhan para orang kaya. Luas markas tersebut sekitar empat puluh lima kilometer pangkat dua. Dinding yang menjulang tinggi, serta sisterm keamanan di lengkapi persenjataan canggih. Puluhan kendaraan lapis baja, serta beberapa kendaraan terbang.

Jalanan beraspal serta suhu udara yang panas, membuat nuansa markas itu semakin sulit untuk di tembus. Kemudian Profesor pun memberitahu, soal transaksi budak sering di lakukan oleh Black Skull. Semua informasi itu, ia dapat dari Genix alat super canggih ciptaan Profesor Xenom, bisa melakukan apapun sesuai kebutuhan pemakainya.

Penjara yang ia sedang tempati, di lengkapi oleh kejut listrik bertekanan tinggi pada sel. Juga alat penyadap seukuran kelereng. Berkat teknologi ciptaan Profesor, semua data penting yang Black Skull miliki dapat di retas dengan mudah. Tidak lupa beliau tertawa, sembari memuji ciptaannya dengan angkuh.

"Iya-iya, ciptaan Profesor memang hebat," ucap tutur katanya dengan lesu.

"Begitu dong. Pokoknya kita harus keluar dari sini, tiga jam lagi truck pengangkut budak akan segera datang. Jika kita terlambat, jangan harap bisa bertemu dengan Angela lagi."

"Baiklah, ayo kita selamatkan Angela. Tolong tunjukkan tempatnya," kata Roki sembari berdiri dari tempat duduknya.

"Roger!"

Pemuda itu tersenyum, lalu ia menatap pintu sel sembari berancang-ancang. Cairan, memenuhi rongga lehernya hingga membesar lalu ia semburkan cairan bewarna coklat gelap pada pintu sel. Semburan itu bertekanan cukup tinggi, setiap satu tetes cairan tersebut dapat melelehkan baja. Setelah menyemburkan cairan pelebur, ia pun mengelap sisa cairan menempel pada mulutnya dengan telapak tangan. Kemudian dia pun berjalan keluar, kanan dan kiri ia melihat tulang belulang terikat pada sebuah rantai.

Juga yang mengeluarkan aroma busuk, pada potongan daging entah sejak kapan ada di sana. Roki pun berjalan menaiki anak tangga, sembari menutup hidung lalu naiki lift hingga ke lantai atas. Kedua penjaga berjaga, pada sisi kanan dan kiri pintu lift. Mendengar suara pintu lift yang terus menaik, kedua penjaga itu langsung waspada. Tak berlangsung lama, secara perlahan pintu lift pun terbuka lalu mereka berdua masuk ke dalam.

Kemudian mereka menoleh ke atas, namun tidak ada siapapun selain mereka berdua. Tiba-tiba mereka di kejutkan, dengan keberadaan Roki lalu tanpa pikir panjang ia langsung memutus sebagian tubuh mereka dengan kedua tangan monsternya. Tangan itu berukuran besar, berwarna hitam tebal, serta memiliki ribuan cakar yang sangat tajam. Secara perlahan kedua tangan Roki kembali normal.

Darah pun berceceran kemana-mana, aroma darah segar mulai tercium lalu ia melucuti senjata dan pakaian salah satu diantara mereka. Tak lupa, topeng ukiran rubah putih tanpa moncong ia kenakan. Kaos hitam, di balik mantel biru dongker berlengan panjang telah ia kenakan. Senapan AK-47 dan sniper type Barrett M82 generasi ke tujuh, baju peluru serta belt serbaguna lengkap dengan amunisi, sebuah pisau dan granat ia kenakan. Kini sudah saatnya misi penyelamatan dimulai.