'Maafkan aku. Aku terpaksa melakukannya. Melinda, ampuni aku.'
Pria yang bersimpuh di hadapannya mengais seakan dunia telah berakhir karena sadar dengan pengkhianatan yang dia lakukan. Wajahnya penuh kesedihan tapi tak ada air mata yang keluar.
'Melinda, kau mengerti aku, kan? Kalau aku menyerahkanmu, aku bisa hidup tanpa kekhawatiran lagi.'
Sosok lain muncul dengan tatapan penuh ironi dan keserakahan. Kedekatan mereka berahun-tahun lamanya seakan terjadi baru kemarin.
'Jangan menatapku seperti itu. Kau bukan orang baik, pun aku.'
Sosok itu berganti lagi dengan yang lain.
Melinda bukan orang bodoh, namun dia mengakui hatinya lemah. Dia berulang kali mati dan menjalani hidup hanya untuk dijadikan loncatan dan dikhianati. Dia berusaha menghindari namun hal itu seakan melekat pada dirinya. Tidak peduli berapa kali dia hidup, kesialan seperti jadi nama tengahnya.
Awalnya Melinda merasa kecewa, kehilangan, harapan. Kedua kali dia merasa marah, geram, dendam. Ketiga kali dia merasa alam semesta membencinya. Dia membenci hidupnya, menyesali semua yang terjadi, menyalahkan dunia dan dirinya sendiri. Keempat kalinya, Melinda mulai berhenti melibatkan perasaannya. Dia menyaksikan drama yang terjadi seperti penonton. Dia hanya diam ketika semua kesengsaraan itu jatuh padanya. Dia tidak bertahan dan tidak menyerang, membiarkan orang-orang, alam, dunia, semuanya menghancurkannya sampai dia mati lagi.
Kadang hidupnya berputar di dunia yang baru, kadang di dunia yang pernah ia jalani. Tapi dia seperti mati ketika menyaksikan kejadian yang sama terulang padanya dan di sekitarnya.
Ada satu orang yang mengambil hanya secuil ruang di ingatannya. Kadang pengasuhnya, kadang ibunya, kadang sahabatnya, yang dimana mereka hidup tidak lebih sampai Melinda berusia enam tahun. Tapi mereka semua, di setiap kehidupan selalu memiliki kehangatan yang serupa. Selalu mengatakan kalimat yang sama.
Tidak heran bagaimana Melinda mengabaikannya. Ketika dia kecil, menyaksikan kejahatan dan ketidak-adilan yang terjadi di depannya, saat orang terdekat dengannya bilang, 'jangan berhenti berbuat baik', apa kalimat itu cocok dengan keadaan? Mana mungkin dia akan mempercayainya.
Tapi setelah lagi dan lagi dia mengalami kegagalan, Melinda tiba-tiba termenung akan kata-kata itu.
Melinda terbangun setelah merasa dia tidur dalam gelap berkepanjangan. Bulu mata panjangnya bergetar, seperti sayap kupu-kupu yang malu sebelum terangkat, menunjukkan bola mata hitam cemerlang. Samar-samar dia ingat kanopi dan kelambu biru lembut yang menggantung ini. Dia turun dari ranjangnya dan melangkah kearah jendela, gorden biru langit yang terlihat sendu karena cahaya lilin yang temaram di dalam ruangan itu di geser sedikit, membuatnya melihat langsung langit malam penuh bintang. Di bawahnya, hutan terbentang sejauh mata memandang. Sesekali lolongan serigala dan sahutan hewan malam terdengar mengisi keheningan.
Melinda tidak ingat ini kehidupan keberapa, tapi kehidupan ini cukup mengesankan. Dia yang sudah lelah dan hanya diam, menerima tuduhan bahwa dirinya adalah penyihir, di tikam dadanya lalu di bakar bersama kastilnya. Para pengikutnya di tikam, di eksekusi, jejaknya dihabisi. Di kehidupan ini, Melinda adalah seorang vampir. Benar, hidupnya abadi selama dia meminum darah dan melindungi jantungnya. Selain jenis makanan yang berbeda, hal yang bisa memusnahkannya sama seperti manusia biasa. Tapi bukankah sedikit mengerikan kalau dia di penggal, tapi jantungnya baik-baik saja? Melinda yakin dia masih bisa hidup setelahnya, meskipun dia belum mencoba hal itu.
Beberapa luka fatal perlu darah untuk pemulihan. Tapi itu tidak penting untuk sekarang.
Yang jelas, kini dia hidup sebagai vampir. Dia tidak memiliki perasaan tertinggal pada siapa pun di dunia ini, hanya sedikit menyayangkan saja akan kastil dan harta yang selama ini dia kumpulkan terbuang sia-sia. Tambang batu berharga yang tersimpan di bawah kastil juga diklaim oleh orang-orang tidak bertanggung jawab itu.
Orang-orang yang mengincarnya adalah tiga kubu berlawanan yang sama kuat. Emperor Adrion pemimpin kekaisaran Odessa, Raja Elspeth yang menentang Emperor dengan kekuasaan terbesar nomor dua setelah Emperor Adrion, Master Sihir Roscoe yang membangun menara sihir di tiga kontinen dan menjadi pemimpin para penyihir. Jangan lupa pasukan yang berada di belakang mereka, menakjubkan karena tujuan mereka bukan untuk berperang melawan satu sama lain. Roscoe tidak bisa menggerakan sihir sesukanya dan meruntuhkan kekuasaan yang berdiri karena dia tidak memiliki wilayah sendiri. Namun kekuatannya tidak diragukan lagi yang paling besar. Emperor Adrion bertahan dengan wilayah Odessa dan beberapa negara di dalamnya, sementara Raja Elspeth menguasai Negara Paxton yang bersebrangan dengan kekaisaran Odessa. Kekuatannya menakjubkan hingga dia bisa bertahan melawan pasukan Adrion.
Masalahnya, mereka bertiga tiba-tiba entah dari mana menyerang Melinda. Dia sebenarnya cukup kepayahan melawan mereka bertiga, tapi segel dan pelindung yang mengelilingi kastilnya begitu kuat sampai tiga kekuatan besar itu harus menyerang selama tiga hari tiga malam terus-menerus sebelum berhasil meretakkannya. Mungkin itu yang membuat orang-orang ini awas terhadap Melinda.
Tambang batu berharga yang tertanam di bawah kastilnya mengandung kekuatan yang beragam. Menyembuhkan, membangkitkan, restorasi, banyak lagi. Luasnya hampir memenuhi hutan ini, tapi pintu masuknya hanya bisa di temukan di kastilnya. Sekali pun mereka menggali di tempat lain, persis di posisi batu-batu itu tertanam, mereka tidak akan bisa menemukannya.
Berita soal tambangnya bisa ketahuan adalah karena Melinda terlalu acuh memperhatikan hingga ada beberapa tikus berkeliaran yang masuk sembarangan. Mereka masih kaum vampir sama sepertinya, karena tidak ada yang bisa masuk ke kastil ini jika bukan sebangsanya.
"Bagus, aku kaya."
Setelah menjalani dunia terakhirnya di dunia 'modern', tempat dimana kemewahan, teknologi, dan kekayaan di pamerkan sesuka hati dan menjadi kekuasaan mutlak, Melinda berpikir tidak ada yang lebih baik dari pada harta.
"Jangan berhenti berbuat baik.' Melinda menggumam. Dia akan menghapus eksistensi kastil ini dari pandangan manusia, lalu meninggalkan tempat ini dan pindah ke daerah yang lebih ramai, kemudian membangun sarana pendidikan, atau sejenisnya. Kedok itu cukup sempurna untuknya bisa hidup dengan damai.
Sementara itu, untuk vampir-vampir yang mengikutinya? Nah, mereka bisa hidup dimana saja yang mereka inginkan.
[Sven]
Melinda memanggil melalui pikirannya. Tak lama, seorang kepala pelayan berambut perak panjang terikat masuk ke ruangannya. Sven adalah salah satu pengikut setianya yang ditikam dan di penggal bersama yang lain. Mungkin ini sebabnya kehidupan ini meninggalkan bekas yang cukup mendalam. Bahkan setelah hatinya mati rasa, dia masih merasa sayang karena dia tidak melakukan apa pun pada orang-orang yang setia bersamanya. Ini kehidupan satu-satunya dimana Melinda memiliki pengikut di belakangnya.
"Aku akan meninggalkan kastil."
"..Ratu," Sven tampak tercenung, tidak mengerti apa yang merasuki tuannya yang kemarin baik-baik saja untuk tiba-tiba berkata demikian.
"Kau akan ikut bersamaku. Selama itu, Kastil ini akan disegel bersama Penjaga Gerbang."
Penjaga Gerbang adalah satu eksistensi yang hanya bisa di panggil satu kali dalam seumur hidup. Kecuali seseorang mati, Penjaga Gerbang tidak pernah di panggil. Tempat yang dikawal Penjaga Gerbang tidak akan bisa ditembus kecuali dia di pulangkan oleh orang yang memanggilnya, atau di batalkan oleh keturunan pemanggil yang memiliki darah yang sama. Vampir tidak bisa memiliki keturunan, jadi sudah pasti tindakan Melinda untuk memanggil Penjaga Gerbang benar-benar tidak di sangka. Kalau Melinda mati, tidak ada yang bisa membatalkan Penjaga Gerbang.
Sven, meskipun terkejut dia sudah hidup lebih lama dari Melinda. Jatuh bangun sebuah negeri, kehancuran benua dan maju mundurnya bangsa manusia sudah dia saksikan.
"Gali semua hartaku dan pindahkan setengahnya ke bank. Kau tahu bank? Penyimpanan harta manusia. Hm, kita akan bergerak ke Selatan." Melinda mengetukkan jarinya ke dagu. "Tahun berapa sekarang?"
Sven dengan terheran-heran menjawab. "Tahun 1098 Senja... berdasarkan kalender manusia ini tahun Zola ke-17."
"Tahun Zola ke 17... a-apa kau bilang? Tujuh belas?"
"Tepat sekali, Ratu."
What the hell...
Dia ingat saat meteor jatuh ke bumi adalah hari ketiga orang gila itu semangat untuk menghabisinya, mereka bilang itu pertanda atau apalah... Tapi bukankah itu tahun ke 53? Melinda tahu dia sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya, tapi bukankah ini terlalu cepat? Dia kira dia masih punya waktu satu atau dua abad lagi... Bukankah titik mula kehidupannya kali ini terlalu tergesa-gesa?
"...Setidaknya mereka masih kecil.. Mungkin..," demi bisa melakukan hal baik untuk waktu yang lama di muka bumi ini, Melinda sepertinya harus memusnahkan mereka lebih dulu.
"Segera kemasi." kata Melinda mantap. Mungkin hanya perasaan Sven saja, tapi sepertinya dia melihat kerlip di mata Ratu-nya saat itu. Sepertinya Ratu-nya sudah muak duduk diam di kastil selama ini? Tanpa menunggu arahan lanjutan, Sven menghilang dari tempatnya seketika, meninggalkan kabut hitam sebelum pudar sepenuhnya ke udara.