Chereads / HOW CAN I BE MAD IF I DON'T REMEMBER / Chapter 5 - Kontrak Sekali Seumur Hidup

Chapter 5 - Kontrak Sekali Seumur Hidup

"...Kontrak?" air mata berhenti mengalir saking kagetnya. Kiselan mengedipkan mata bulatnya lalu dengan kuat menganggukkan kepala. "Aku bersedia!"

"..." Sven tidak sempat menghentikan atau berkata-kata, karena begitu Kiselan bersedia, cahaya bersinar di dahi Melinda, sebuah ekor cahaya mencuat dan bergerak tepat menuju dada Kiselan, lebih tepatnya cahaya itu mengikat ke jiwa Kiselan.

"Melinda Tabitha--Ratu bangsa vampir, dengan ini menerima bangsa manusia--Istvan En Kiselan, untuk jadi pelayannya."

Saat kata 'pelayan' disematkan, Kiselan merasa darahnya bergolak dan dadanya berdegup kencang. Sesuatu dalam dirinya mengerut dan mengempis seperti di ulur dan di tarik, sebelum perasaan senang karena bisa melayani 'Ratu'-nya muncul perlahan.

"Istvan En Kiselan, siap melayani Ratu." Kiselan atas keinginannya sendiri, berlutut pada Melinda. Sesuatu dalam dirinya seperti melonjak kegirangan dan tidak sabar untuk menerima perintah.

Cahaya meredup perlahan. Melinda yang baru saja mengikat kontrak pada anak kecil, tidak merasa bersalah sama sekali. Bibir merahnya tersenyum. Dia tidak menyangka kontrak jiwa ini bisa di lakukan dengan seseorang berdarah suci.

Setelah mengikat kontrak, Melinda merasa beban di bahunya terangkat sepertiga. Dia duduk dengan anggun, sebelum meminum habis sisa darah dalam botol.

"Bangun, aku tidak suka melihat anak kecil berlutut padaku."

"..T-tapi, Ratu..,"

"Bukankah sebelumnya kau memanggilku Kakak? Bangun. Statusmu pelayan, tapi kau bisa anggap aku sebagai kakakmu."

"..Bagaimana bisa aku..!"

"Ratu sudah memberimu izin." Sven yang sejak tadi diam buka suara. Matanya memicing dingin. "Mulai sekarang anggap Ratu sebagai kakakmu."

"A-aku mengerti. Ka-kakak."

Meskipun usia Melinda sudah lewat berapa abad, dia tidak merasa tua. Penampilannya muda dan dia masih merasa usianya 27 tahun tepat seperti saat dia masih bekerja di perusahaan. Meskipun perasaan dilayani oleh anggota kekaisaran Odessa terasa hebat, kalau yang melakukannya anak kecil ini, ah.., dia merasa menganiaya anak kecil.

"Apa yang akan kau lakukan kalau aku mengabaikanmu?" tanya Melinda tiba-tiba, menarik Kiselan dari lamunan.

"A-aku berniat untuk, memberi tahu warga kalau ada mahluk aneh yang minum darah disini..."

"...."

"Sikap macam apa itu!" Sven berseru geram. "Ratu, izinkan saya untuk memberinya pelajaran."

[Kau boleh melakukannya kalau kau menemukan lubang ini lebih awal.] Melinda melotot ke arah Sven lalu kembali ke Kiselan.

"Sekarang kau tahu aku ini 'apa', kan?"

"Vampir..?" Kiselan baru saja mendengarnya saat mereka mengikat kontrak. Ini juga kali pertama dia bertemu dengan spesies yang hanya menjadi legenda.

"Kau tidak takut aku meminum darahmu?" kata Melinda asal. Dia belum pernah mencoba darah suci, tapi sepertinya dia tidak akan bisa meminum darah Kiselan. Sayang sekali.

Mendengar itu, Kiselan seperti disambar petir.

"Mungkinkah kau tidak memikirkan soal itu?"

"A-aku, aku sudah jadi pelayanmu sekarang. Kalau kakak mau, kakak boleh minum darahku!" Kiselan dengan canggung dan gugup mengulurkan kedua lengannya.

"...." Apa yang bisa di minum dari tubuh kurus kering seperti itu? Melinda tak habis pikir dan pindah topik. "Asal kau tahu, kontrak yang baru kau lakukan adalah kontrak seumur hidup."

Gulp.

"Kecuali aku membatalkannya, kau tidak akan bisa menentangku."

Kiselan mendengarkan dengan seksama. "Aku mengerti. Aku sudah bilang sejak awal aku akan melakukannya. Aku tidak menyesalinya."

"...Manusia selalu bilang tidak akan menyesal, tapi pada akhirnya mereka menyesal juga." kata Melinda setengah berbisik. Kiselan tidak dengar, tapi Sven sudah jelas mendengarnya. Dalam hati dia bertanya-tanya, apakah Ratu-nya selama ini berinteraksi dengan manusia tanpa diam-diam?

"Baiklah. Karena kau sudah terikat kontrak, aku akan memberikanmu hadiah." Melinda berdiri dan berjalan mendekati Kiselan. Telunjuknya yang ramping dan pucat menyentuh dahi Kiselan dengan lembut. Rasa ngilu menabrak Kiselan tiba-tiba, namun setelahnya dia merasa energi menyelimutinya.

"..Ratu..!" Sven tidak lagi bisa diam. Ratu-nya terus-terusan melakukan hal tidak terduga.

Melinda mengangkat tangannya, bersamaan dengan itu suara gemuruh terdengar. Tiga orang di kamar itu tidak menyadari dari mana asalnya, namun kedua kali suara itu muncul lagi, Kiselan memeluk perutnya dengan wajah merah seperti tomat.

"A-aku, aku tidak sempat makan karena mereka memberiku air saja..," katanya memberi alasan.

"Sven, aku ingat ada rusa di sekitar hutan dekat sini."

Sven tahu untuk siapa daging rusa ini diburu. Dia tidak suka anak di depannya, tapi Ratunya memberi perintah dan dia hanya ingin melaksanakannya dengan sempurna.

"Segera, Ratu."

Swish. Sven segera pergi menghilang ke hutan.

"Duduk sini." kata Melinda tiba-tiba. "Lantai terlalu dingin untukmu."

Kisela dengan malu-malu bergerak menuju kasur keras dan duduk di sisi Melinda. Tanpa sengaja jari-jari keduanya bersentuhan.

"Kulitku memang dingin sejak awal, tapi bagaimana bisa kulitmu sama dinginnya?" tanya Melinda. Lalu dia tersadar kalau ruangan ini tidak ada penghangatnya, dan Melinda juga tidak repot-repot menyalakan perapian karena dia tidak merasakan dingin sama sekali.

Melinda menarik keluar mantel bulu rubah berwarna putih bersih dari cincinnya. Ketika dia hendak menyelimuti Kiselan, anak itu justru mengelak. "A-aku kotor, nanti aku mengotori mantelmu."

"Bukan masalah. Duduk dan diam."

Mantel bulu itu menutupi hampir semua bagian tubuh Kiselan kecuali matanya. Kehangatan menjalari tubuhnya seketika. Aroma lembut bunga mawar samar-samar tercium dari mantel yang dia kenakan.

"Omong-omong ini sudah larut sekali." kata Melinda tiba-tiba. Meski sebenarnya ini sudah mau fajar, poinnya adalah anak ini terjaga dan belum istirahat. Pasti perlu banyak persiapan untuk melarikan diri.

"Tidurlah."

"T-tapi... Kakak..., ini kasur Kakak."

"....Aku tidak perlu tidur sama sekali. Ada kasur atau tidak, tidak ada bedanya. Sekarang tidur."

"....A-aku tidak bisa tidur."

Melinda melirik sekilas lalu berpikir. Kekuatannya tidak bisa di gunakan pada Kiselan, jadi dia tidak bisa memaksanya untuk tidur.Tapi mungkin Melinda bisa merubah keadaan sekitar mereka.

Dengan satu jentikan jari, ruangan di sekitarnya mendadak jadi gelap.

"K-kakak!" Kiselan berseru panik.

Namun tak lama, titik-titik cahaya mulai bermunculan. Seperti pasir di lautan, titik cahaya itu bergerak tak tentu dan perlahan, kadang membentuk objek tanaman, hewan, kadang hanya bersinar di tempat.

"Apa kau terkejut? Kau seharusnya biasa melihat pemandangan ini." Suara Melinda mengisi ruangan. Kehangatan dari mantel dan pemandangan di depan matanya, juga suara Melinda yang menemaninya, membuat Kiselan berhenti memikirkan ruang pengap, bau dan gelap dimana dia di sekap.

"Tadi sepertinya kau teriak? Kau takut? Mau ku hapus?"

"Tidak.... aku menyukainya." Kiselan ingin minta supaya Melinda bisa berbaring bersamanya, menemaninya. Tapi hal itu terlalu memalukan dan dia tidak memiliki keberanian.

"Tidur. Sambil menunggu Sven bawa makanan buatmu."

Entah hanya hayalan Kiselan atau kenyataan, samar-samar dia mendengar melodi asing di sekelilingnya. Rasa kantuk menyerangnya seketika begitu tubuh kecilnya yang kelelahan rileks.