Chereads / HOW CAN I BE MAD IF I DON'T REMEMBER / Chapter 3 - Anak yang Melarikan Diri

Chapter 3 - Anak yang Melarikan Diri

Melinda menatap keluar jendela. Bersandar ke bantal kasar yang terbuat dari jerami, dia meneguk botol darah selagi menikmati bulan yang kini bersinar terang. Ketika tengah malam tiba, pintu kamarnya di ketuk.

"Ratu, saya sudah selesai memeriksa."

"Masuk."

Lalu seketika Sven muncul bersimpuh di depannya.

"Kau benar-benar menikmati waktumu, Sven."

Sven merasa bulu kuduknya berdiri setiap kali Ratu-nya menyebut namanya. "Maafkan saya, Ratu. Saya harus memastikan bahwa tempat ini aman untuk Ratu tinggali semalam ini."

Itu terdengar lucu. Siapa yang lebih berbahaya dari pada Melinda di tempat penuh manusia ini?

"Ada yang aneh?"

"Desa ini tidak berbeda dengan desa yang lain. Karena belum lama, tempat publik yang tersedia hanyalah pusat desa untuk pengumuman dan peternakan publik. Saat saya ke pusat desa, karena sudah malam, selain yang berjaga tidak ada orang lain atau hal aneh. Orang-orang disini cenderung membiarkan kereta berlalu atau beristirahat dan tidak merampok apapun."

"Lamont ke Knut mungkin jauh, tapi kalau terjadi sesuatu, dua kota ini tidak akan tinggal diam." gumam Melinda. "Lalu?"

"Saat saya pergi ke peternakan publik, saya melihat ada sebuah gubuk, namun karena gubuk itu di jaga, saya curiga dan pergi kesana untuk memeriksa. Di dalam gubuk itu kosong, dan terdapat sebuah pintu di permukaannya. Sepertinya mengarah ke ruang bawah tanah. Saat saya memeriksa, saya mendapati banyak tanda kehidupan di dalamnya.

"Dari yang saya temukan, tanda kehidupan mereka sedikit redup dan ada yang hampir mati. Ratu, sepertinya.... mereka manusia untuk di jual."

Dari tanda kehidupan yang Sven rasakan, sudah di pastikan keadaan manusia-manusia di dalam ruang bawah tanah itu tidaklah baik. Dunia Melinda sebelumnya melanggar penjualan manusia, meskipun di balik bayangan masih sering terjadi. Tapi mendengar ini, Melinda sekali lagi sadar kalau dia berada di dunia yang berbeda. Lalu dia ingat soal dirinya sendiri yang di bunuh dan dibakar...

"...Bukankah ada salah satu bangsa kita yang membuka bar terbesar... apalah namanya?"

"Mungkin yang anda maksud adalah Jan, Ratu. Dia menjadi pemilik kasino terbesar di Paxton. Bar-nya kini sudah tersebar di banyak kota dan dari laporan terakhir, Jan sedang melebarkan bisnisnya untuk bisa sampai ke Odessa. Namun karena peraturan daerah juga saingan yang ketat, prosesnya sedikit terhambat."

"Beritahu Jan untuk tidak terlibat dengan jual-beli manusia."

"Ya? Maaf?" Sven yakin pendengarannya baik, terutama karena dia vampir dan ini malam hari.. tapi kenapa Ratu-nya memberi perintah demikian? Apalagi bar.., mustahi terbebas dari hal semacam itu....

"Mulai sekarang bangsa vampir tidak boleh lagi ada yang terlibat dengan jual-beli manusia, kau dengar?"

"...Saya mengerti." bukan rahasia lagi penjualan manusia masih sering di lakukan, meski tidak terang-terangan. Orang yang membeli juga banyak yang dari kalangan manusia sendiri. Dan vampir pun, banyak yang meminum darah manusia secara diam-diam.

Jan yang saat itu duduk di Paxton merasa darahnya bergolak seketika. Tandanya jelas; Ratu vampir memberi perintah padanya, namun karena dia jauh saat ini, dia hanya bisa merasakan melalui jiwa-nya yang terikat.

Melinda sebenarnya bisa menggunakan kekuatannya untuk menghubungi langsung para vampir di seluruh negeri. Tapi terlalu berlebihan melakukannya untuk hal yang sepele. Kecuali vampir campuran: manusia yang berubah jadi vampir melalui proses yang panjang (bertukar gigitan dengan vampir campuran lagi), semua vampir memiliki hasrat untuk mematuhi perintah Ratu vampir tanpa kecuali. Meskipun tidak ada hukuman saat melanggarnya, rasa kewajiban itu tertanam dalam jiwa mereka.

"Lalu bagaimana dengan manusia di dalam sana? Apakah anda akan...?"

Mendengar perintah Melinda, Sven tentu saja berpikir kalau Ratu-nya mungkin peduli pada manusia-manusia ini...?

"..Biarkan saja."

"Ya?"

Melinda memang ingin berbuat baik, dia ingin berusaha. Ah, tapi keselamatannya yang utama. "Kalau setiap persinggahan kau ikut campur dengan hubungan manusia, itu namanya mengundang masalah."

"Saya mengerti, Ratu." kata-kata Ratu-nya ada benarnya juga. Meskipun rencana perpindahan yang mereka jalani sekarang Sven tidak tahu jelas apa tujuannya, dia tidak pernah meragukan rencana Ratu-nya. Begitu pun setiap kalimat yang diucapkan, bagi Sven itu adalah perintah.

Saat itu, cincin di jari Sven berbinar lembut. "Sepertinya Jan menghubungi saya mengenai perintah anda, Ratu. Saya akan menyelesaikannya lebih dulu."

"Kau boleh pergi."

Seketika Sven menghilang dan pindah ke pohon besar yang tak jauh dari pondok. Tugasnya kali ini adalah berjaga. Kadang Melinda bingung juga dengan Sven ini. Jelas sekali tidak ada bahaya yang bisa mengancam tapi dia tetap melakukannya.

Waktu terus berlalu, hingga tiba dini hari. Suara hewan malam mulai meredup. Melinda kini menikmati botol ketiga-nya. Biasanya di kastil dia akan menghabiskan waktu dengan membaca buku, minum darah, tidur, berkeliling kastil....Di pikir-pikir kehidupannya saat menjadi vampir benar-benar lengang. Setelah menjalani hidup sebagai wanita karir yang kerja tanpa henti, Melinda benar-benar menyayangkan dirinya yang pasrah saja saat dulu di musnahkan dan di rampok hartanya. Betapa bodohnya dia dahulu.

Saat itu, terdengar suara keributan di luar. Beberapa orang berlari melewati pondoknya menuju arah peternakan publik.

[Sven.]

[Mengikuti perintahmu, Ratu.]

Sven yang saat itu tengah memeriksa bagian bawah wagon segera berubah jadi kelelawar dan langsung mengikuti orang-orang yang berlari.

Sven mengikuti ke arah peternakan publik dan menemukan asap mengepul di udara. Orang-orang mulai terbangun dan mencari tahu sumber keributan. Di gubuk yang Sven periksa sebelumnya muncul kobaran api, namun sayangnya, sebuah jejak terbentuk. Darinya Sven mencium bau minyak, yang membuat api membesar dan merambat dengan mudah.

Orang-orang berlarian ke sungai dan mengambil penyimpanan air mereka guna memadamkan api. Sebuah pondok terpaksa di rubuhkan dan di kubur dengan tanah untuk memutus rentetan api. Setelah api di gubuk itu padam, beberapa penjaga malam masuk dan memeriksa ke dalam ruang bawah tanah. Orang-orang di dalam tanah yang tengah tertidur itu seketika bangun begitu para penjaga masuk.

Asap yang mengepul tadi tidak mempengaruhi keadaan di dalam tanah kecuali sedikit. Sepertinya pelaku pembakaran tidak berniat melukai orang-orang ini.

"Anak itu! Anak yang beberapa hari ini membuat masalah yang melakukannya!"

"Apa?! Dia melakukan ini? Benar-benar kurang ajar!"

"Bukan itu masalahnya! Dia menghilang!!"

Para penjaga itu segera keluar dan memberi laporan pada kepala desa sebelum bergerak mencari bersama beberapa pria desa yang lain, sementara kepala desa sendiri menenangkan warga yang tersisa dan kembali masuk ke pondok masing-masing.

[Ratu, salah satu manusia dari bawah tanah itu melarikan diri. Dari percakapan yang saya dengarkan, sepertinya anak kecil.]

Sven yang sudah kembali ke wujudnya semula dan bertenger di pohon kini menunggu. Namun balasan dari sang Ratu tak juga datang.

Melinda bisa menebak sedikit banyak dari suara-suara yang dia tangkap di luar. Namun saat ini, otaknya berhenti mendadak karena pot yang berada di ujung ruangannya bergeser sendiri. Hantu? Hah, selain vampir seperti dirinya, mahluk apalagi yang lebih mengerikan?

Saat itu, sebuah kepala kecil mencuat. Melinda membulatkan mata, siapa sangka di bawah pot itu ada lubang??

Mata besar biru berkilau itu bertatapan dengan obsidian Melinda. Mahluk di dalam lubang itu tidak berhenti dan mengangkat kepalanya. Wajahnya mungil dengan pipi penuh seperti buah pir. Rambutnya beewarna perungu namun cahaya yang redup membuat warnanya sedikir lebih gelap. Anak laki-laki itu merangkak naik dari lubang dan berdiri. Bajunya lusuh dan wajahnya kotor, tapi matanya jernih..

Behenti memberi deskripsi! Melinda menggelengkan-gelengkan kepala.

Tunggu, kenapa Melinda tidak menyadari keberadaan anak ini? Bagaimana bisa dia tidak sadar dengan lubang di bawah pot itu? Melinda mengarahkan kekuatannnya dan menyerang isi pikiran anak kecil di depannya. Namun sebelum berhasil menyusup kedalam, kekuatannya di anulir di pertengahan.

Mungkinkah?

Setahunya, hanya ada satu jenis manusia yang pantang akan kekuatan vampir-nya.

Darah suci.

Darah yang hanya dimiliki oleh keturunan kerajaan Obelsiva yang merupakan keturunan dewa, darah yang mampu menangkis setiap serangan mental yang mengancam nyawa pemiliknya. Dari seluruh manusia yang ada, keluarga Emperor kekaisaran Odessa adalah satu-satunya generasi penerus Obelsiva.

Dalam hati Melinda bersyukur karena di depannya hanya anak kecil. Meskipun kekuatannya berhasil di anulir, hal itu terjadi otomatis tanpa harus di kendalikan. Anak ini mungkin tidak tahu soal darahnya. Untuk sekarang, Melinda hanya perlu membuang anak ini keluar dari pondoknya...

"Kakak, aku mencium bau darah...?" anak kecil itu tersenyum polos, matanya tertuju pada botol-botol yang tergeletak di lantai. "Apa kau sedang minum darah?"

Hanya anak kecil...

Saat itu suara Sven kembali terdengar.

[Ratu, anak ini cerdik sekali. Tidak hanya berhasil melarikan diri tanpa meninggalkan jejak, dia juga berhasil membakar gubuk dan membuat apinya merambat ke gubuk lain. Benar-benar mengesankan.]

"...."

Sven!!