Chereads / The Eternal Love : Raja Chandra / Chapter 17 - I Love You

Chapter 17 - I Love You

***

Gasendra berteleportasi mengikuti aliran mana lemah milik Arunika. Dia sampai di sebuah ruangan terbuka dengan rumput sebagai alasnya dan dikelilingi oleh bunga-bunga yang ternyata merupakan taman pribadi milik Arunika.

Gasendra melihat Arunika yang duduk di atas batu sambil memainkan sitar dengan mata terpejam, menikmati setiap hasil dari jari-jari lentiknya. Suasana damai dan nyaman memasuki relung hatinya, membuat Gasendra ikut memejamkan mata menikmati alunan musik tersebut.

Kedua insan di satu ruangan terbuka itu, sama-sama menikmati petikan demi petikan diiringi oleh semilir angin yang menggoyangkan daun pepohonan dan membentuk suara yang sangat damai. 

Bertepatan dengan petikan yang terhenti, manik mereka sama-sama terbuka dan menampilkan ekspresi yang berbeda. Arunika yang terkejut dengan kedatangan Gasendra tanpa disadari, dan Gasendra tersenyum manis menatap gadis yang duduk di atas batu sambil memegang sitar berwarna cokelat.

"Pangeran sejak kapan di sini?" Arunika menyandarkan sitar pada dinding batu yang diduduki olehnya.

Gasendra menghampiri Arunika, kemudian menjentikkan jari dan muncullah sebuah bongkahan batu, sama seperti milik Arunika. 

'Itu ... sihir?'

Dia duduk di atasnya, kemudian mengambil sitar milik Arunika dan tersenyum pada sang empu.

"Pinjam, ya."

Tangan besar Gasendra memetik senar-senar yang berada di sitar dengan tegas, namun juga terkesan lembut secara bersamaan. Dia menguarkan mana dari tubuh dan muncullah suara gemericik air serta kicauan burung yang menambah syahdu sore hari itu di taman pribadi Arunika.

Gasendra benar-benar menikmati permainannya yang dapat menentramkan hati siapa pun yang mendengar. Bahkan sang empu pemilik sitar itu saja, sudah meneteskan air mata mendengar perpaduan permainan sitar dari Gasendra, semilir angin, suara daun pepohonan, dan sihirnya yang mengeluarkan suara gemericik air serta kicauan burung.

'Pangeran sangat mengerti permainan sitar yang bagus harus dilakukan dari hati terdalam.'

'Dia sampai membuatku menangis mendengar suara yang indah ini ....' 

Arunika mengusap kedua maniknya yang basah dengan telapak tangan. Senyumnya tak kunjung padam melihat Gasendra yang duduk di atas batu dan membelakangi cahaya matahari terbenam.

Gasendra membuka maniknya untuk melihat ekspresi Arunika, namun yang didapatkannya malah mata basah milik gadis itu. Sontak saja dia langsung menghentikan permainannya dan menyandarkan sitar itu pada batu yang didudukinya.

"Hei, kenapa menangis?" Gasendra mendekat pada Arunika dan mengelap matanya yang masih basah. "Apa permainanku buruk?"

Arunika menggeleng kencang. "Buruk apanya? Saya menangis karena anda memainkan sitar dengan sangat bagus. Saya sangat terharu, boleh anda melanjutkan permainannya lagi?"

"Terima kasih. Tapi, kau jadi menangis saat mendengarnya." Gasendra menatap manik cokelat milik Arunika. Manik yang menjadi lebih terang karena terkena pancaran sinar matahari.

"Saya tidak akan menangis lagi saat mendengarnya." Arunika berjanji. Sungguh, dia masih ingin mendengar permainan Gasendra yang membuat lubuk hatinya terenyuh.

Gasendra mengambil sitar lagi, lalu tersenyum menatap Arunika.

"Kau sudah berjanji dan aku akan memainkannya lagi untukmu. Oh, kali ini akan berbeda dengan yang tadi."

Petikan sitar terdengar dari hasil jari-jari Gasendra. Jika tadi Gasendra mampu membuat Arunika menangis karena terlalu damai dan indah, kini pria itu bermain sitar sambil bernyanyi dan sukses membuat jantung Arunika berdegup kencang.

Degg

'Petikan ini ...' Mata Arunika membola, 'syair romantis!'

"Dengan takdir Para Dewa dan Dewi yang mengikat benang merah pada pemiliknya,"

"Sayang ... dengarlah obrolan hati dan mata ini,"

"Kita duduk berhadapan, saling menatap satu sama lain,"

"Tenggelam dalam lautan kasih sayang dan cinta yang terpancar dari mata."

Jika permainan pertama tadi, Gasendra memejamkan mata. Kali ini, dia menatap lembut pada Arunika.

"Kita akan seperti ini setiap hari, menghabiskan waktu demi waktu dengan cinta sejati,"

"Aku terus memikirkanmu sepanjang waktu dan kau pun sama,"

"Membuat degup jantung kita, berpacu layaknya kuda,"

"Apa kau merasakan itu juga?"

Gasendra tersenyum di sela-sela permainannya sambil menatap wajah Arunika yang terpesona.

"Kau adalah syairku dan aku adalah musikmu,"

"Kau adalah kesetiaanku dan anggaplah aku sebagai orang terdekatmu,"

"Kau adalah telaga yang membuat hausku sirna,"

"Menghabiskan seumur hidup yang penuh dengan cinta. Hanya untukmu-lah cintaku,"

"Apa kau merasakannya juga?"

Degg

Arunika mengencangkan urat-urat di leher dan menatap terkejut pada Gasendra. Lirik berikutnya adalah kalimat yang mampu membuat pertahanan terakhirnya runtuh.

"Aku mencintaimu."

Seakan hujan yang terus turun dan membuat volume air naik. Bendungan itu sudah runtuh dan airnya mengalir ke seluruh daratan, membasahi permukaan bumi sampai palung terdalam, dan meluap lagi karena tak mampu menampungnya. Sama halnya dengan pertahanan Arunika yang runtuh dan membuat hatinya berdesir sampai terasa menyetrum tubuh.

Gasendra menghentikan permainannya dan menatap lamat-lamat pada Arunika dengan rasa cinta yang meluap-luap. 

"Aku mencintaimu, Arunika."

Sebuah kalimat yang sarat akan makna terucap dari bibir tebal Gasendra. Membuat jantung Arunika tambah berdentum bak gendang yang terus menerus ditabuh.

Deg Deg Deg Deg Deg

"Aku mencintaimu, Arunika ... sampai aku tak bisa mengukur seberapa besar cinta itu."

Arunika mengepalkan tangan kanan yang diletakannya di atas dada. Matanya berlarian ke sana ke mari menghindari tatapan Gasendra yang terus menatapnya tanpa bosan.

"A–a–aku ...."

Gasendra menelan saliva, menunggu jawaban gadis di hadapannya dengan harap-harap cemas. Jika pernyataan cintanya gagal, habis sudah jiwa dan raga Gasendra melebur entah ke mana.

"A–apa Pangeran umm sudah izin dengan Ayah dan Mama?"

Mencelos!

Jantung Gasendra mencelos saat itu juga. Bukannya menjawab pernyataan cinta Gasendra, gadis itu malah menanyakan perizinan dari orang tuanya lebih dulu.

Benar-benar berbudi baik, sifat Bangsawan Arya yang sangat terkenal.

"Sudah." Gasendra mengangguk-anggukkan kepala dengan pelan sambil menatap wajah Arunika yang tak membuatnya bosan. Apalagi maniknya itu, manik yang mampu membuat Gasendra tenggelam sampai ke dasar.

"Ah, begitu ...."

Jawaban singkat dari Arunika memudarkan suasana romantis di taman tersebut dan menggantinya dengan suasana canggung yang tiada dua. Gasendra tersenyum canggung dan mengalihkan tatapan ke arah kanan sambil menggigit bibir bawahnya.

Apa tidak ada jawaban untuknya?

"Lalu?" Arunika memberanikan diri untuk bertanya lagi, karena sang pangeran tidak memberinya kelanjutan.

"Ya?" Gasendra menolehkan pada Arunika.

"Lalu apa?" tanya Arunika mengulum senyum. Menanti sebuah pertanyaan mendebarkan yang membuatnya bahagia. 

Gasendra menelan saliva, kemudian mengeluarkan sebuah kotak beludru merah berisi cincin bermata burgundy yang sudah disiapkannya dari jauh-jauh hari. Dia membuka kotak tersebut di hadapan Arunika sambil menahan senyum agar tidak terlihat kaku. 

"Maukah kau menghabiskan masa hidupku dengan pria seperti ini?"

Senyum Arunika melebar. Dia menahan tawa mendengar tawaran dari sang pangeran. Pria seperti ini, itu seperti apa?

"Seperti ini bagaimana?" Arunika mengulur jawaban yang tertahan di lehernya sambil tersenyum menggoda.

Sifat jahil keturunan dari Carelia kini keluar dari Arunika.

Gasendra mendengus geli, kemudian menjawab, "Ya seperti ini ... aku seorang pria yang tidak sempurna dan memiliki banyak kekurangan."

"Memangnya ada manusia yang sempurna?"

"Tidak ada, sih ...." Gasendra tersenyum kikuk dengan tangan yang masih bertahan membuka kotak cincin di hadapan Arunika.

'Aduh, jawab saja. Kalau diulur begini, aku yang tambah berdebar.'

"Kalau begitu, kita akan saling menyempurnakan."

———

Buat bab ini sambil dengerin permainan sitar damai dan romantis dari youtube mwehehehe><