Chereads / Astral : Seed of Chaos / Chapter 5 - Hilangnya adik imut ini

Chapter 5 - Hilangnya adik imut ini

Keseharian Ronald akhirnya memasuki siklus yang stabil.

Pagi hari dia akan dibangunkan (baca : lempar) dengan penuh kasih sayang oleh Xiao Ning'er lalu melakukan aktivitas mereka melakukan aktivitas yang melelahkan bersama ... Ehm maksudnya jogging tentu saja. Setelah itu melakukan tarian ombak fajar menyingsing saat matahari terbit.

Kemudian setelah sarapan dia akan menghabiskan waktunya dengan Zhao Lee. Ronald terus menerus belajar cara menggunakan dan meningkatkan kekuatannya semaksimal mungkin. Berbagai hal dilakukan untuk menguji kepekaan indra, kecepatan reflek, ketepatan gerakan, efisiensi tenaga, dan lainnya.

Pada sore hari Ronald akan berduel dengan Xiao Ning'er. Pada hari pertama Ronald berduel ia langsung kalah dalam satu detik. Tentu, jarak antara Mistral Amatir dan Mistral Pemula yang begitu besar juga berpengaruh pada duel ini. Pada hari kedua ia akhirnya membuat kemajuan.

Ronald dikalahkan dalam satu setengah detik.

Apa? Apa menurutmu setengah detik itu bukan kemajuan?

Sebulan berlalu sejak awal pertama Ronald berguru pada sosok Zhao Lee yang ditemani dengan cucunya Xiao Ning'er. Tentu saja banyak kemajuan yang telah dicapai Ronald.

Ronald telah menggandakan gelang pemberat yang dipakaikan padanya. Bahkan dengan penggandaan tersebut Ronald telah terbiasa dan tak pernah terjatuh ataupun kelelahan seperti pada hari-hari awal.

Sementara itu, karena dirasa telah mampu mengendalikan kekuatannya dengan sempurna, Zhao Lee membawa ke sebuah tebing tinggi yang sangat curam. Ronald ditantang untuk mampu memanjat tebing itu dengan sebuah tempurung kura-kura 150 kg dipasangkan pada punggungnya.

Tentu, yang paling penting dari itu semua adalah penerapan.

Yaitu sesi duel dengan Xiao Ning'er.

Ronald yang memasang kuda-kuda memfokuskan seluruh perhatiannya pada sosok Xiao Ning'er. Walaupun Xiao Ning'er seumuran dengannya tapi perbedaan kekuatan antara mereka berdua terlampau jauh.

Mistral Amatir memiliki kekuatan fisik dasar 10 kali lipat dari Mistral Pemula. Artinya dari kekuatan fisik dasar saja Xiao Ning'er melampaui Ronald dengan sangat jauh. Apalagi ditambah kekuatan Xiaobai dan keterampilan bela dirinya. Tentu Ronald bukan lawannya.

Tetapi pada setiap duel Xiao Ning'er membatasi kekuatan fisik dasarnya hanya sampai Mistral Pemula. Jadi perbedaan mereka hanya ada pada teknik dan kemampuan Astral masing-masing.

Duel kemudian dimulai.

Xiao Ning'er seketika muncul dihadapan Ronald mengayunkan kakinya yang ramping. Ronald menahan serangan itu menggunakan tangannya.

Ning'er mencoba menendang Ronald dari sisi lainnya. Akan tetapi, Ronald mampu menangkap kakinya lalu melempar Ning'er ke belakang.

Sepersekian detik setelah Ronald melempar, ia berlari mengungguli Xiao Ning'er yang dilemparnya dan mencoba menendang Ning'er.

Sayang sekali Xiao Ning'er menyilangkan tangannya, walaupun akibat gaya dorongan, tubuhnya tetap terpental. Tubuh Ning'er berguling satu kali sebelum mengubah posturnya menjadi siaga lagi.

"Heh, tidak buruk," gumam pelan Ning'er yang menatap Ronald dengan bersemangat.

Ronald berlari dengan cepat ke arah Ning'er sembari mengayunkan tangan kanannya. Ning'er dengan mudah menangkap tangan itu. Namun tak selesai sampai di situ, Ronald menundukkan badannya lalu menyapu kaki Ning'er dengan kakinya.

Xiao Ning'er melompat, tapi pada saat ia melompat Ronald menangkap tangannya, lalu membanting tubuh Ning'er sekuat tenaga.

Sayangnya gagal.

Xiao Ning'er menggunakan kakinya untuk menjaga tubuhnya agak berdiri, lalu balik melempar Ronald ke udara.

"Xiaobai : Duri Es!"

Dalam sekejap seluruh area pelatihan diselimuti es. Dari es tersebut muncul duri-duri dengan panjang sekitar 30 cm.

Ronald dengan sekejap menyatukan kedua tangannya. Ia perlahan membukanya. Diantara kedua tangan itu muncul bola api berwarna biru seukuran bola kasti.

"Zio : Bola api." Kemudian ia melempar bola tersebut pada duri-duri es, yang menyebabkan es meleleh dan akhirnya Ronald mendarat dengan selamat.

Bola api berukuran kecil adalah satu-satunya hal yang bisa dikeluarkan Ronald sekarang.

Xiao Ning'er mengangguk puas, "Cukup bagus, tapi bagaimana dengan ini."

"Xiaobai : Hembusan musim dingin!" Xiao Ning'er menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya. Ketika ia menghembuskan udara tersebut, udara itu berubah menjadi asap dingin yang mampu membekukan tubuh.

Ronald langsung berlari menjauhi asap tersebut. Namun, Asap dingin terus mengejar sampai Ronald menemukan tembok pembatas yang menghalangi jalurnya.

Ronald melompat lalu berlari diatas tembok itu. Ia kemudian melompat kembali ke area dimana asap sudah lewat. Ia mencabut salah satu duri es yang masih ada lalu melemparnya ke arah Ning'er.

"Apa kau serius berpikir es milikku mampu melukaiku?" Ning'er menyunggingkan senyum. Es yang Ronald lempar langsung meleleh sebelum ia mengenai Ning'er.

"Aku tahu, lagipula ... Itu hanya pengalihan!" Ronald dengan masing-masing tangannya mencengkram duri es layaknya tombak. Menusukan kedua duri es tersebut ke arah Ning'er.

Xiao Ning'er menahan kedua duri es menggunakan tangannya.

Namun kedua tangan cantik itu tak terlihat terluka sedikit pun. Ronald menatap tangan itu lalu melihat bahwa Xiao Ning'er membekukan tangannya sendiri.

"Sudah kubilang duri es milikku tak bisa melukai pemiliknya."

Berbarengan dengan perkataan itu duri es di tangan Ronald meleleh. Mengambil kesempatan Ronald yang sedang kebingungan, Ning'er menghantam dagu Ronald dari bawah.

Duel berakhir dengan Ronald yang pingsan akibat bogeman Ning'er.

***

Ronald duduk di kursi depan halaman dengan Xiao Ning'er yang tengah mengobati luka-luka akibat duel tadi.

Ronald menghela nafas dan berkata, "Kalah lagi ... Kapan aku bisa mengalahkanmu ya?" hawa putus asa mengelilingi seluruh badannya.

"Ma ... ma, dalam sebulan ini kemajuanmu cukup pesat. Kau tak boleh terlalu putus asa. Aku berlatih sepanjang hidupku, wajar kau tidak bisa mengalahkanmu dalam waktu dekat," ujar Xiao Ning'er mencoba memberi semangat pada Ronald.

"Kau benar tapi ... Aku khawatir aku tak bisa lolos di ujian masuk Akademi Mistral Vandrechia. Kau tahu kan, ujian itu terkenal ketat."

Ekspresi Ronald terlihat lebih baik tapi masih ada rasa cemas dan gelisah terpatri dalam wajahnya.

"Hmm, kau tahu ... beladirimu tak terlalu buruk. Kurasa kau harus fokus pada kekuatan Astralmu sekarang," saran Xiao Ning'er.

Ronald mengerutkan dahinya, "kau benar. Apa ada cara meningkatkan kontrolku pada kemampuan Astral Zio?"

"Kurasa kau harus meningkatkan ikatanmu dengan Zio."

Ronald memasang ekspresi datar.

Ikatan?

Dengan kucing itu?

Maaf mustahil rasanya.

Sebuah dering handphone terdengar. Konsentrasi Ronald beralih pada handphone miliknya. Ronald mengambil ponselnya.

Sebuah panggilan video ternyata dilancarkan oleh temannya, Fred. Ronald agak heran, karena dalam sebulan ini Fred tak pernah meneleponnya. ada kepentingan apa hari ini sampai-sampai Fred meneleponnya.

Ronald menekan tombol terima.

Wajah kurus dan kacamata khasnya Fred muncul di layar ponsel Ronald.

["Ronald! Cepat kembali! Adikmu ... adikmu menghilang!"]

Suara gelisah Fred langsung membuat Ronald tahu bahwa dia tak bercanda.

"Ada apa dengan Miura?" ucapnya serius.

["Miura belum pulang ke rumah sejak kemarin. Sepertinya ia diculik saat pulang dari sekolah!"]

Ronald mengangguk, "Baik, aku akan kesana sebentar lagi. Tunggu saja."

Xiao Ning'er yang melihat Ronald hendak pergi langsung menghentikannya.

"Tunggu dulu!"

"Ada apa? Ning'er?" Ronald menatap penuh tanya Xiao Ning'er.

"Aku ikut," kata Ning'er singkat.

Ronald hendak melarang Xiao Ning'er tapi melihat mata penuh tekad Ning'er membuat Ronald akhirnya memutuskan menerima tawaran gadis itu.

***

Di sebuah jalan dekat pemakaman tua. 2 orang yang berpakaian Guardian dan beberapa polisi berkumpul. Mereka tengah berkeliling menyisir area tersebut.

"Ini sangat aneh," gumam Frans, seorang Guardian yang pernah menyelamatkan Ronald dari hutan. Dahinya mengkerut memikirkan sesuatu.

"Dari cctv yang kita dapat, dia memang ke area sini sebelum menghilang," jawab Serena, rekan perempuan Frans yang juga merupakan seorang Guardian.

"Masalahnya walaupun jalan di dekat area pemakaman ini tak dilengkapi cctv tapi area ini di kelilingi perumahan yang memiliki cctv. Aneh rasanya gadis cilik itu menghilang ketika tak ada satu pun orang atau kendaraan yang lewat," Frans menyatakan keraguannya.

"Apakah ada kemungkinan bahwa penculiknya seseorang yang bisa teleportasi atau ahli dalam penyembunyian?" tanya Serena pada Frans. Bagaimanapun Frans adalah seniornya.

"Kalau begitu malah tambah aneh. Kenapa seseorang seahli itu menculik gadis kecil itu? Yang paling penting lagi, kalaupun seorang ahli yang menculik gadis itu, kita tak punya bukti atau jejak untuk menemukannya," jelas Frans.

Seorang anggota polisi kemudian mendekati mereka berdua. "Permisi Pak, kami mendapat kabar kakak dari korban yang hilang, Ronald telah sampai di rumahnya," jelas polisi itu.

Frans menghela nafas, "Aku akan menemuinya sebentar lagi."

Serena menganggukkan kepalanya, "Aku juga ikut."