Di pimpin oleh Rock, tiga orang remaja murid akademi dan dua orang remaja sekolah menengah berjalan menuruni tangga.
Tangga tersebut menurun seolah tanpa ujung. Tembok yang terbuat dari baja menghimpit tangga dari sisi samping dan atas. Cahaya yang terlihat hanya cahaya lilin yang digantung pada dinding. Semua orang melakukan yang terbaik untuk tetap fokus berhati-hati pada setiap langkahnya.
Rock de Jong yang bergerak paling depan tiba-tiba berhenti. Ia menoleh ke belakang dengan ekspresi serius.
"Kalian semua bersiaplah. Aku dapat merasakan energi mana yang pekat melayang di udara," seru Rock memperingati para remaja itu.
Namun, The Big Three tak terlalu menganggap dengan serius peringatan Rock. Dengan kekuatan mereka saat ini yang mencapai tahap Mahir. Bukan hal yang sulit untuk lepas dari bahaya. Begitulah pikir mereka bertiga.
Sementara itu Yuna dan Ronald yang merupakan terlemah dari semua orang yang hadir segera semakin waspada. Bagaimanapun mereka memiliki peluang mati paling tinggi di banding yang lain.
Tiba-tiba sebuah asap menyebar dari tangga atas bawah dan tangga bagian atas, menghimpit mereka yang berada di tengah-tengah.
"Tutup hidung kalian, ini mungkin gas beracun," ucap Rock seraya menutup hiudngnya.
"Kenapa kita harus berhati-hati ini tak seperti gas beracun mempan pada kita, "protes Jenny, walaupun begitu iya tetap menuruti perintah Rock.
"Jika ini gas beracun yang dikeluarkan sekte Cthullu maka tak mungkin gas beracun ini biasa saja," ucap Shou yang sedang memikirkan kemungkinan strategi yang dilakukan sekte Cthullu.
Robby, Ronald, dan Yuna juga ikut menutupi indra penciuman mereka. Asap menutupi mereka semua. Asap semakin tebal sehingga penglihatan tertutupi.
[Bocah! Pegang Yuna sekarang – Nyaw. Ini bukan gas beracun ini teknik ruang! –Nyaw]
Suara peringatan datang dari Zio, astral milik Ronald. Suara Zio bergema dalam pikiran Ronald. Tanpa mempertanyakan lebih lanjut, Ronald mempercayai Zio, ia memegang tangan Yuna. Ia dapat merasakan Yuna agak terkejut, namun Ronald memutuskan untuk menahan rasa malunya.
Asap perlahan memudar. Ronald menatap lingkungannya dengan linglung. Mereka benar-benar berpindah. Berbeda dengan tadi dimana Ronald berada pada sebuah lorong tangga yang menurun. Ia sekarang berada di sebuah ruang bersama dengan Yuna di sampingnya.
"I-ini?" Yuna melihat sekelilingnya dengan heran. Yuna sendiri yang mampu memanipulasi ruang entah kenapa tak bisa sadar ketika ia di pindahkan.
"Yang lainnya? Mereka juga menghilang. Sepertinya mereka memisahkan kami," ucap Ronald yang sadar Rock dan The Big Three tak ada disekitar sini.
Sebuah suara mengalihkan kedua remaja itu. Suara pintu yang terbuka. Secara perlahan nampaklah sosok yang membuka pintu itu.
"Xiao Ning'er? Apa kau selamat? Syukurlah," ucap Ronald senang. Ia hendak menghampiri gadis dari benua timur itu, namun Yuna dengan cepat mencegah Ronald.
"Yuna? Ada apa?" tanya Ronald heran.
"Perhatikanlah baik-baik matanya," ucap Yuna dengan ekspresi serius.
Ronald memperhatikan mata Xiao Ning'er dengan baik. Ia kemudian terkejut melihatnya. Mata Xiao Ning'er sangat hitam, bukan hanya pupilnya saja namun keseluruhan matanya berwarna hitam. Ekspresi wajahnya pun kosong.
"Apa yang terjadi?" Ronald menyadari hal aneh dari Xiao Ning'er ini.
"Ronald melompat!" Yuna tiba-tiba melompat menjauh.
Ronald kaget, tiba-tiba ia merasakan kakinya membeku tertutupi es.
'Zio! Apa yang terjadi? Kenapa Xiao Ning'er menyerangku?' tanya Ronald dalam hati.
[Sepertinya gadis itu dikendalikan oleh sesuatu. Dia sekarang adalah musuhmu, Bocah — Nyaw]
Ronald melemparkan bola api pada es yang menjeratnya. Lalu ia melompat mundur ke samping Yuna.
"Kita harus menemukan cara untuk menyadarkannya," kata Yuna seraya membentuk cermin besar di kedua sampingnya.
Xiao Ning'er berlari menghampiri mereka. Kedua tangannya terbungkus oleh cahaya. Ronald dan Yuna dapat merasakan kekuatan dingin ekstrem dari tangan Xiao Ning'er.
Yuna segera menjauhkan salah satu cermin miliknya ke tempat aman. Ia kemudian menarik Ronald memasuki cermin di dekatnya.
Xiao Ning'er melempar cahaya yang menutupi kedua tangannya tersebut. Namun, Yuna dan Ronald berhasil lolos dari kedua cahaya itu. Kedua cahaya itu menabrak dinding lalu terciptalah gundukan es yang menempel pada dinding itu.
Yuna dan Ronald keluar dari cermin yang Yuna amankan tadi. Ronald menghela nafas lega karena selamat namun ia segera memandang Yuna dan berkata, "Yuna, kau tak perlu mengkhawatirkanku. Kalahkan saja Ning'er. Kau juga seorang Mistral tahap Amatir seperti Ning'er."
Perbedaan antara tahap Pemula dan Amatir adalah 10 kali lipat. Ronald benar-benar hanya menjadi beban bagi Yuna jika ia ikut bertarung dengan Xiao Ning'er. Walaupun saat duel dulu Ronals mampu menahan Xiao Ning'er tapi saat duel waktu itu Xiao Ning'er menahan kekuatannya sendiri sampai sama dengan Ronald. Artinya Ronald belum pernah melihat kekuatan penuh Xiao Ning'er.
Yuna kemudian mengangguk, ia tahu ini adalah pilihan yang tepat. Ia mengangkat tangannya dan membuar Ronald dikelilingi oleh cermin. Tentunya itu semua untuk melindungi Ronald dari dampak pertarungan yang mungkin terjadi.
Walaupun Ronald merasa berat tetapi ia tahu ia hanya akan membebani Yuna. Berbeda dengan ketika Ronald keras kepala memilih ke bawah sini, saat itu The Big Three, khususnya Shou benar-benar tak bisa Ronald percayai akan menyelamatkan adiknya, mungkin mereka hanya akan fokus membasmi musuh dibanding menyelamatkan Miura.
Xiao Ning'er melempar tombak es pada Yuna. Namun, cermin milik gadis itu menyerap tombak tersebut. Tombak es Ning'er kemudian muncul kembali pada salah satu cermin Yuna, perbedaannya tombak es itu mengarah pada Ning'er sendiri.
Menyadari serangan jarak jauh tak berarti, Ning'er yang masih dikendalikan maju menghampiri Yuna dengan cepat. Ia dengan cepat membentuk belati es di kedua tangannya. Tepat ketika Ning'er dan Yuna berhadapan, Ning'er menusukan belati esnya pada Yuna.
Dengan cerdik Yuna menahan es itu dengan cerminnya. Ning'er melemparkan belati es yang lain ke arah kepala Yuna. Namun, Yuna menghindar dengan memiringkan kepalanya.
Pada saat itu, Ning'er memanfaatkan kesempatan dengan menendang perut Yuna. Ning'er dengan kecepatan penuh mengejar Yuna. Memanfaatkan cerminnya, Yuna berpindah tempat lalu berguling menstabilkan pusat gravitasi.
Ning'er kembali mengejar Yuna.
Kali ini, Yuna juga dengan aktif menuju Ning'er. Saat keduanya semakin mendekat. Yuna kembali menggunakan cerminnya untuk berpindah tempat.
Kemudian pertarungan yang seharusnya berdarah berubah menjadi permainan kucing-kucingan karena Yuna yang terus menghindari kejaran Xiao Ning'er.
"Apa ini? Apa mereka sedang bermain?" Ronald menatap datar pada pertarungan aneh yang sebenarnya tidak bisa disebut pertarungan di hadapannya.
Xiao Ning'er yang sepertinya lelah mengejar Yuna tiba-tiba terdiam. Ronald dapat merasakan mana yang sangat besar sedang berkumpul di sekitar Ning'er.
"Dia ... Apakah gadis itu akan membuat teknik skala luas?" Sekarang mereka berada di bawah tanah. Jika Xiao Ning'er membekukan seluruh ruangan maka tak ada tempat bagi Yuna untuk menghindar karena ruangan ini akan menjadi domain milik Xiao Ning'er.
Sihir berkumpul dalam skala luas. Xiao Ning'er kemudian melakukan tarian aneh. Seekor Naga khas benua timur muncul mengelilingi Xiao Ning'er, Naga itu sepenuhnya terbentuk dari es.
"Yuna berhati-hatilah!"
Dengan ukuran yang sangat besar dibandingkan dengan ruangan yang sempit sehingga Yuna sekiranya tak memiliki banyak ruang untuk kabur.
Naga itu kemudian melaju ke arah Yuna dengan kencang. Namun Yuna tak menghindarinya, ia malah membuka tangannya seolah pasrah menerima serangan.
Debu kemudian muncul menghalangi pemandangan. Suara hantaman dengan keras bergema.
"Yuna!" teriak Ronald dengan keras.
Asap mulai menghilang. Ronald kemudian membuka matanya, pemandangan mengejutkan ia dapatakn segera. Yuna merentangkan tangannya dengan cermin yang besar di depannya. Dapat Ronald lihat naga es yang diciptakan Ning'er masuk ke warp gate dari cermin Yuna.
Sementara itu bagian depan dari naga es tersebut keluar dari cermin lain memanjang sampai ke tembok. Dimana kepala Naga es tersebut menghimpit Ning'er.
Yuna menang. Dia membuat naga es Ning'er menyerang dirinya sendiri.
Ronald kemudian paham, alasan kenapa dari tadi Yuna bermain-main adalah karena untuk memancing amarah Xiao Ning'er. Walaupun Xiao Ning'er dikendalikan namun sepertinya emosinya tidak dihilangkan secara penuh.
Cermin di sekeliling Ronald perlahan menghilang. Ronald berjalan ke arah Xiao Ning'er. Naga es milik gadis tersebut juga sudah menghilang kini hanya menyisakan sosok perempuan yang terbaring tak sadarkan diri.
"Apa dia baik-baik saja? Yuna bisa tolong kau lihat keadaannya?"
Ronald yang khawatir pada keadaan Ning'er mencoba meminta Yuna untuk memeriksa keadaan gadis dari timur itu. Namun, saat ia menoleh ke belakang ia melihat Yuna terbaring lemas di lantai.
"Yuna!"