Ada 10 pecahan jiwa Cthullu yang dimiliki oleh sekte Cthullu. Satu pecahan besar yang sebanding dengan sembilan lainnya. Satu pecahan besar tersebut menempati tubuh Utusan Cthullu. Sementara, sembilan lainnya akan dibagikan pada sembilan calon pengganti Utusan Cthullu.
Kenapa Utusan Cthullu tidak memiliki semua pecahan jiwa Cthullu?
Jawabannya karena itulah batasnya. Utusan Cthullu yang sekarang dirumorkan memiliki kekuatan setengah dewa. Namun, ia hanya mampu menahan serpihan besar jiwa Cthullu saja. Bagaimana pun jiwa Cthullu sangatlah berbahaya dan penuh energi negatif sehingga mampu membuat seseorang kehilangan kewarasannya.
Apakah jiwa seseorang akan mati setelah ditanam jiwa Cthullu pada tubuhnya?
Jawabannya tidak, sebaliknya Jiwa Cthullu hanya akan tertanam pada jiwa orang itu dan tumbuh secara perlahan. Namun, orang yang ditanami jiwa Cthullu akan kehilangan ingatan sebelumnya dan merangkul identitas baru sebagai calon utusan Cthullu alias putri/putra yang ditakdirkan.
Dari sembilan orang yang ditanami, bagaimana cara menentukan orang yang akan menjadi Utusan berikutnya?
Pertarungan.
Orang yang menang akan menyerap jiwa Cthullu dari orang yang kalah.
Cara sederhana namun efektif untuk melihat siapa yang paling berpotensi diantara ke sembilan anak itu.
Bagaimana dengan Utusan Cthullu yang sekarang? Apa yang dilakukannya jika ia digantikan oleh yang baru.
Dia akan dibiarkan hingga mendekati akhir hayatnya. Saat ia akan kehilangan nyawa sekte Cthullu akan mengambil kembali jiwa Cthullu yang ada dalam tubuh mantan utusan Cthullu tersebut, lalu membaginya menjadi sembilan.
Siklus ini terus berlanjut hingga suatu saat sekte Cthullu mampu mencapai tujuan mereka.
***
"Aaagh! Sialan! Lepaskan aku!" Leona mencoba memberontak dengan menarik-narik rantai yang mengikat tubuhnya pada salib yang menggantungnya.
Beberapa meter di depan Leona, ada Tiana yang juga mengalami hal yang sama. Miura juga diikat pada salib sama seperti mereka berdua. Posisi ketiga orang ini membentuk segitiga sama kaki dimana Leona dan Tiana saling berhadap-hadapan sementara Miura berada di sudut lain.
Di tengah-tengah mereka bertiga ada sebuah tongkat dengan batu permata hijau di atasnya. Tongkat itu tertancap pada lantai dengan kuat.
"Aku adalah Putri Leona, anak dari Tatargona! Kalian tak boleh melakukan hal ini padaku!" teriak Leona dengan kencang.
"Tuan Putri, mereka tak akan melepaskanmu, bisakah kau diam? Teriakanmu menganggu telingaku!" sahut Tiana yang terlihat kesal dengan teriakan Leona.
"Apa maksudmu? Apa kau ingin mati disini?!" balas Leona pada Tiana.
"Apa menurutmu berteriak akan membantu kita? Menurutmu siapa yang membuat kita terjebak disini? Bukankah kau, Tuan Putri?!" keluh Tiana yang merasa semuanya salah Putri Leona.
"Kalau begitu maafkan aku! Maaf karena telah mengacaukan hidupmu! Apa kau puas?!" ucap Putri Leona yang meminta maaf dengan terpaksa.
"Kalian berdua diamlah!" bentak Sister Venica
"Gadis itu benar. Tuan Putri, kami tak akan melepaskanmu jadi terima nasibmu," ujar Sister Venica membujuk Leona untuk berhenti memberontak. Ia akan memulai ritual penanaman jiwa pada Miura sebentar lagi.
Di belakang Sister Venica ada Fouler, Seorang pria berkudung misterius dan Shou yang terlihat berdiri di samping pria misterius.
Dilihat dari keadaannya, nampaknya Shou telah beralih sisi menjadi bagian dari sisi sekte Cthullu.
"Untuk apa dua orang gadis ini?" tanya Shou yang penasaran.
Namun selama beberapa detik, tak ada yang menjawab pertanyaannya. Jadi Shou dengan kesal berkata, "Aku sudah memutuskan untuk berpihak pada kalian apa ini balasannya?"
Sister Venica melirik Shou dengan malas, ia berkata, "Jiwa Cthullu ada pada permata itu, untuk memasukkan jiwa Cthullu pada tubuh gadis cilik itu. Kita perlu penghubung, mana serta jiwa kedua gadis penyembah Freya itu akan disedot dan digunakan sebagai jembatan jiwa Cthullu menuju tubuh si gadis cilik."
"Bocah ... Kau mungkin beralih pihak namun kami masih meragukanmu. Hanya karena orang ini berada di pihakmu bukan berarti aku akan melepaskan kecurigaanku terhadapmu," Fouler memicingkan matanya menatap Shou yang masih mempertahankan muka datarnya.
Merasa suasana agak memanas, Pria misterius itu kemudian memutuskan untuk mencairkan keadaan.
"Shou ... bukankah kau harus pergi sekarang? Kau perlu menyelamatkan teman-temanmu yang terluka agar kau bisa menjadi pahlawan pada kejadian ini bukan?" ucap pria misterius itu.
"Apa kau mengusirku?" tanya Shou dengan nada datar.
Pria misterius itu diam dan terus menatap Shou.
Shou akhirnya mengangguk, "Kau benar, aku akan pergi dulu."
Ia kemudian melambaikan tangannya dan pergi dari aula ini.
Fouler membuka mulutnya, "Apa kita benar-benar bisa mempercayainya sebagai agen luar?"
"Selama identitasnya tidak terancam untuk terbongkar dia tak akan mengkhianati kita. Dia pria yang mengejar keuntungan, dan keuntungan berdiri bersama kami lebih besar dibanding keuntungan yang didapatkannya dengan mengabdi pada negara ini," jawab pria misterius itu.
"Tetapi kalau sekali saja dia berkhianat.... "
Fouler terlihat masih khawatir walau telah mendengar penjelasan pria misterius itu.
"Tenanglah aku telah memasang tanda jejak dalam pikirannya, aku bisa merasakannya jika ia berpikir untuk mengkhianati kita," jawab pria misterius dengan tenang.
"Maaf meragukanmu," kata Fouler yang merasa ia meremehkan ketelitian pria misterius tersebut.
"Tidak apa, lain kali jangan meragukanku ... bagaimanapun aku juga penyembah Cthullu," ucap pria itu.
Sister Venica mengangkat tangannya lalu tinggi-tinggi.
"O pronar i maktheve."
Suasana mulai berubah pesat. Pria misterius dan Fouler dapat merasakannya dengan jelas. Seolah ada sesuatu yang mengamati mereka dengan jelas. Mereka merasa hawa dingin menyelimuti seluruh tubuh mereka.
Sister Venica melanjutkan lantunan syairnya.
"O qenie supreme, Cthullu."
Aura hitam mulai mengelilingi Sister Venica dan ruangan tersebut. Leona dan Tiana merasakan gelisah yang mendalam.
Leona mengucapkan berbagai puja dan puji bagi dewi yang mereka sembah, Freya. Tiana juga terlihat mencoba menahan rasa takutnya.
"Ne paraqesim një enë për ju."
Aura itu kemudian bertambah mencekam. Setiap orang disana merasa bahwa ada sepasang tangan yang menggenggam leher mereka. Rasanya seolah mereka akan mati pada detik berikutnya.
"Një vend për tu rritur."
Leona merasa bahwa ada sesuatu yang menembus pada tubuhnya. Hal itu membawa aura dingin serta rasa sakit yang mulai menjalar.
"E pranoj atë! të ngrihesh! atëherë na ndihmoni të arrijmë fitoren!"
Syair yang Venica lantunkan seolah menjadi kutukan di telinga Leona. Ia merasa pikirannya sangat kacau balau sekarang.
Leona tidak bisa berpikir jernih. Berbagai ingatan dan mimpi buruk seolah tercampur dan melintasi di matanya.
Ia juga merasakan sesuatu menarik kekuatan mana serta jiwanya keluar.
"Aaaargh!"
Leona berteriak kesakitan. Rasanya seolah-olah sesuatu sedang merobek dagingnya secara perlahan.
Tiana juga berteriak, walaupun ia berusaha meredam rasa sakitnya, namun tetap saja Tiana merasa ini terlalu sakit untuk ditahan.
"Rroftë Cthullu."
Aura putih keluar dari kedua gadis penyembah Freya tersebut. Aura itu disedot oleh permata hijau di atas tongkat. Perlahan permata hijau itu juga bersinar.
Kemudian permata hijau itu menembakkan sinar hijaunya pada Miura yang tak sadarkan diri.
Seolah merespon rasa sakit, Miura juga tersentak bangun dan langsung berteriak keras kesakitan.
"Aaaargh! Kakaaak!"
Miura berteriak-teriak meminta tolong pada kakaknya yang entah dimana. Ia menggeliat merasakan panas pada seluruh badannya.
Matanya mulai berlinang air mata. Mulutnya terus membuka mengeluarkan jeritan penuh sakit yang terasa.
Walaupun melihat seorang gadis cilik terluka. Sister Venica tetap melanjutkan ritualnya seolah tak memiliki hati nurani. Ia menutup mata pada kengerian yang dirasakan Miura.
Namun, ketika ritual berlangsung pintu aula terbuka. Memperlihatkan dua manusia. Seorang perempuan dan seorang pria. Satu muda dan yang lain tua. Mereka berdua adalah Jennifer Hawlink dan Rock sang Ketua.
"Berhenti disitu kalian sekte durjana!" ucap mereka bersama.