"Nih cepat, kamu bereskan semua barang-barang kamu," ujar Dirga.
"Iya, tenang saja," jawab Carissa.
"Jangan pakai lama, aku tidak suka orang lambat," sambung Dirga lalu duduk di atas tempat tidur Carissa. Carissa tidak menghiraukannya dan langsung mengemasi barang-barangnya. "Memangnya berapa lama pergi kemahnya?" tanya Carissa.
"Sekitar empat hari, bawa saja baju lebih."
"Iya, kamu sudah selesai mengemasi barangmu?"
"Sudah, jangan khawatirkan aku."
Mendengarkan Dirga bilang selama empat hari, Carissa mengambil kopernya yang berukuran sedang dan memasukkan satu persatu bajunya. Tidak lupa membawa selimut dan beberapa obat, agar nantinya jika terjadi sesuatu, akan mudah untuk ditangani. "Lama sekali, sudah selesai belum?" tanya Dirga dengan nada malas.
"Sudah selesai," jawab Carissa.
Dirga tanpa jawaban pun bangkit dan mengambil koper milik Carissa. "Gantilah bajumu, lalu turun ke bawah, kita berangkat sekarang," ujar Dirga lalu pergi.
"Hah? Iya."
***
"Eh kamu sudah mau berangkat Dirga?" tanya Santoso.
"Iya Ayah, aku akan berangkat lebih awal kesana," jawab Dirga terus berjalan menuju luar rumah. Martin memandang sinis kearah Dirga, "Ayah, apakah aku juga boleh ikut? Sudah lama sekali aku tidak kemah bersama Kakak," rengek Martin.
"Tidak Martin, biarkan Kakakmu dan Carissa saja yang pergi, biar hubungan mereka berdua semakin dekat," jawab Santoso.
"Ayolah Ayah, izinkan aku ikut juga."
"Tidak bisa Martin."
Carissa yang sudah selesai mengganti pakaiannya pun turun dan mencari Dirga. "Ayo Carissa, kita pergi," ujar Dirga.
"Ah iya ... Ayah aku pergi dulu, sampai jumpa Martin," pamit Carissa sambil tersenyum.
"Iya Carissa, kalian berdua hati-hati di jalan. Dirga, tolong kamu jaga Carissa baik-baik, awas kalau saja kalau terjadi sesuatu," ujar Santoso.
"Iya Ayah," jawab Dirga malas. Carissa berjalan menghampiri Dirga, sesekali menoleh kearah belakang untuk melihat Martin. "Tolong maafkan aku, Martin, karena sudah membuatmu terluka," gumam Carissa.
Mobil kijang hitam yang biasa digunakan Martin pun pergi meninggalkan rumah. Carissa berusaha menenangkan jantungnya yang dari tadi detaknya semakin cepat, seakan dirinya sedang mengikuti lomba lari. Tangannya juga mulai memucat dan tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin. "Hei, kamu kenapa? Sekarang kita cuaca panas, bukan cuaca dingin," ejek Dirga.
"Apaan sih! Ganggu kamu juga engga, diam aja dan fokus nyetir," sahut Carissa cemberut.
"Dia perhatiin tapi malah ngamuk, kayak buaya aja."
"Apa hubungannya coba sama buaya?"
"Buaya kalau dirawat, dikasih makan dengan baik,, masih aja mau gigit majikannya."
"Serah deh!"
***
Sudah sekitar dua puluh menit, Dirga dan Carissa meninggalkan rumah. Martin tidak bisa menahan dirinya yang ingin menyusul kedua orang itu.
"Ayah, pokoknya aku harus menyusul Kakak sekarang juga," ujar Martin.
"Jangan Nak, jangan mengganggu moment romantis mereka!" tolak Santoso tegas.
"Ya kan aku kepo dengan mereka berdua!" kata Martin lalu pergi menuju kamarnya. Padahal Martin sendiri tidak ingin jika Carissa dimiliki oleh Dirga.
***
Carissa semakin lama semakin menggigil, apakah ini yang dinamakan serangan gugup mendadak. Dirga sesekali melirik kearah Carissa dan mulai merasakan sesuatu sedang tidak beres padanya. "Aku tanya sekali lagi ya, kamu itu kenapa hah?" tanya Dirga sambil memelankan mobilnya.
"Aku bilang tidak apa-apa, jangan pikirkan aku, teruslah menyetir!" sahut Carissa berusaha untuk tetap baik-baik saja.
"Oke, awas saja nanti kamu kenapa-kenapa, jangan salahkan aku!"
"Iya! Bawel banget jadi orang!" sahut Carissa kemudian kembali meringkuk.
Sudah tiga puluh menit perjalanan, keadaan Carissa semakin buruk. Carissa berusaha untuk tenang dan tidak gugup dengan teknik yang ia pelajari di kelas psikologinya, tapi itu tidak membantu sama sekali. Bibirnya memucat dan kepala serta perutnya mulai pusing. Dan sekarang terlihat seperti orang sedang mabuk perjalanan. Dirga menepikan mobilnya dan membuka sorok laci mobilnya untuk mengambil obat darurat dan membuka sebuah botol air minum.
"Ini minumlah," ujarnya. Carissa yang awalnya tetap bersikeras, akhirnya menjadi luluh, karena tidak bisa menahannya lagi. Ia pun meminum obat yang diberikan oleh Dirga.
Dirga pun mematikan AC mobilnya dan memberikan minyak angin di kening dan tengkuk leher Carissa. "Tidurlah, jangan membantah!"
Carissa melihat sekilas kearah Dirga, "T-terima kasih," ucap Carissa lalu menutup mata.
Dirga terdiam dan kembali mengendarai mobilnya menuju lokasi. Entah apa yang membuat Dirga melakukan hal itu, pasalnya ia tidak pernah memperhatikan orang sampai sebegitu khawatirnya. Apakah benih-benih cinta mulai tumbuh di hatinya yang dingin?
Tidak lama kemudian mereka berdua sampai di lokasi. Sudah ada beberapa teman Dirga yang mendirikan tenda. Seperti apa yang sudah dikatakan oleh Ayahnya, pastilah teman-temannya membawa kekasih dan itu benar.
Dirga memakirkan mobilnya dan membangunkan Carissa. "Ah sudah sampai ya?" tanya Carissa sedikit linglung.
"Lainkali kalau kenapa-kenapa itu bilang, jangan sampai kayak tadi. Meresahkan saja!" ujar Dirga lalu turun dari mobil.
"Apa yang sudah aku lakukan?" gumam Carissa dengan pipi memanas. Dirga dan Carissa pun membawa barang masing-masing dan mendirikan tenda. "Hei Dirga, sudah lama sekali tidak bertemu denganmu," sapa seorang teman Dirga.
"Ya, sudah lama sekali. Datang dengan siapa kamu?" tanya Dirga.
"Aku datang bersama adikku, dia siapa?" tanya teman Dirga sambil menatap aneh kearah Carissa.
"Dia--"
"Halo Carissa, kok bisa ada kamu disini?" tanya Lela yang berlari menghampiri Carissa. Wajah Dirga langsung memucat setelah tahu ada Lela disini.
"Dia Carissa, aku harus pergi" jawab Dirga pergi meninggalkan Carissa dan Rian.
"Dirga, hei mau kemana?" tanya Carissa.
"Oh begitu, aku Rian, salam kenal," ujar Rian tersenyum kepada Carissa.
"Iya, salam kenal juga," ujar Carissa.
"Hei, kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Lela mengulangi kembali pertanyaannya.
"Aku sedang ikut Dirga kemah," jawab Carissa.
"Ah begitu, kalian berdua cukup dekat ya," ujar Lela.
Carissa hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Ayo aku ajak kamu berkeliling," ajak Lela sambil menarik tangan Carissa. "I-iya, aku pergi dulu," ujar Carissa pada Rian.
Rian tersenyum melihat kepergiaan Carissa bersama adiknya. Mungkin ada perasaan yang disembunyikan Rian terhadap Carissa. Lela sendiri curiga terhadap Carissa, pasalnya Carissa bilang tidak mengenali Dirga, tapi kenapa hari ini Carissa dan Dirga bisa pergi kemah bersama. "Pasti ada hubungan khusus antara dia dan Dirgaku," gumam Lela.
"Pemandangannya bagus ya," ujar Lela.
"Begitulah, aku suka sekali. Sangat tenang dan damai," ujar Carissa.
"Kok kamu bisa sih datang sama Dirga?" tanya Lela.
"Ah iya," jawab Carissa.
"Mampuslah aku, bisa kacau ini," gumam Carissa.
"Aku pergi dulu ya, soalnya aku lapar jadi mau makan, sampai jumpa," ujar Carissa berlari meninggalkan Lela.
"Iya, sampai jumpa," ujar Lela tersenyum miring. Ia sudah menduga bahwa Carissa pasti memiliki hubungan yang dekat dengan Dirga. "Oke, awas saja sampai ketahuan, aku pasti akan merebutnya darimu!"