Chereads / Which One Should I Choose / Chapter 18 - Aku Harus Jaga Jarak Dengan Carissa

Chapter 18 - Aku Harus Jaga Jarak Dengan Carissa

Aku dengar suara Carissa yang mengetuk pintu kamarku berapa kali, ketukannya semakin banyak dan membuatku semakin emosi mendengarkannya. Aku berjalan membuka pintu kamarku, "ADA APA?"

Ku lihat Carissa berdiri mematung dan sorot matanya seperti orang yang sedang sedih dan khawatir. "ADA APA?!" ulangku sekali lagi.

"Kamu kenapa hah? Jangan lakukan hal yang aneh-aneh! Apalagi menyakiti dirimu sendiri," ujarnya begitu.

"Memangnya kenapa? Suka-suka akulah ingin berbuat apa!" jawabku.

"Jangan lakukan hal yang aneh!" ulangnya lagi dengan sedikit penekanan. Terlihat pula cairan bening mengalir keluar dari kedua matanya dan membuatku sedikit merasa bersalah, seolah-olah aku sudah menyakiti dirinya juga. Tatapannya semakin tajam dan tidak ada kesan takut sama sekali. Aku menarik tangannya masuk ke dalam kamarku lalu aku mengunci pintu. 

Ku peluk dia dengan erat dan merasakan tubuhnya yang semakin lama, semakin bergetar dengan hebat. Aku juga merasakan bahwa dia juga memelukku dengan erat sekali, entah kenapa aku merasakan suatu hal yang nyaman dan damai sekali. "Hiks ... Hiks ... Hiks ...."

"Sudahlah, jangan menangis lagi, aku tidak suka melihat orang menangis," ucapku begitu.

***

Entah apa yang sudah terjadi denganku sekarang, aku merasakan khawatir yang hebat sekali. Biasanya aku tidak pernah sekhawatir ini. Hangatnya pelukkan dari Dirga membuatku nyaman sekali. "Maafkan aku ya," ucap Dirga dengan suara seraknya.

Aku hanya bisa mengangguk kepalaku saja dan memeluknya semakin erat. Aku takut terjadi sesuatu kepada Dirga. Aku benar-benar khawatir sekarang, sangat.

"Semuanya salahku, maafkan aku Carissa ... mulai besok kita berdua jalani jalan masing-masing, kamu dengan Martin, aku dengan Lela, maaf sudah membuatmu terlibat ke dalam hal seperti ini, kamu tidak bersalah ...," ucap Dirga lagi.

"B-baiklah," kataku. Aku pun melepaskan pelukannya dan memegang kedua tangannya. Aku lihat tangannya berdarah dan luka ringan saja. "Jangan menyakiti dirimu lagi," kataku.

Dirga terdiam dan duduk di atas tempat tidurnya. Aku mengambil kotak P3K miliknya dan mengobati luka di tangannya itu. "Terima kasih," kata Dirga.

***

Tangannya begitu telaten sekali mengobati tanganku, aku merasa aku punya kesempatan lagi untuk mendapatkan Lela kembali. Aku lihat senyum dari bibir manisnya dan seketika ia jatuh pingsan dipundakku. "Carissa ... Carissa bangun ... Carissa!"

Aku membaringkan dia diatas tempat tidurku dan berlari keluar dari kamar. "Ayah! Carissa pingsan!" teriakku.

"Apa?" sahut Ayahku kaget.

Tidak lama kemudian datang Dokter untuk memeriksa keadaan Carissa. "Sepertinya Carissa baik-baik saja, dia hanya perlu istirahat dan kelelahan saja," ujar Dokter.

"Baiklah, terima kasih Dokter," kata Ayahku.

"Ya, saya permisi dulu." Ayahku mengantarkan Dokter itu sampai keluar rumah. Ku tatap wajah Carissa yang pucat, "Apa ini salahku juga ya? Karena sudah membuatnya tertekan?"

Cepat-cepat aku menjauh beberapa langkah dari Carissa. Harusnya aku tidak memperhatikannya secara berlebihan, jika aku sampai jatuh cinta kepadanya bisa gawat dan makin parah urusannya. Sebaiknya jangan, aku harus jaga jarak dengan Carissa mulai detik ini. Aku menggendong Carissa dan memindahkan ia ke kamar tidurnya.

***

"Lela, kamu makan dulu ya," ujar Rian.

"Tidak mau Kak, Lela tidak nafsu makan, Lela mau mandi dan tidur saja," ujar Lela melangkah masuk ke dalam kamarnya.

"Baiklah kalau begitu, Kakak tidak memaksa." Semua ini gara-gara Carissa, dia lah biang kerok atas kacaunya hubungan adikku dengan Dirga. Aku juga tidak menyangka bahwa Lela akan muncul di belakang Dirga. Harusnya aku juga tidak menanyakan hal itu kepada Dirga. Aku juga sangat bodoh!

***

Sendirian, itulah yang aku perlukan saat ini. Beberapa pilihan sudah bermunculan di kepalaku, haruskah aku mengejar kembali Dirga atau menyerah saja. Menurut pemikiran juga, Dirga pasti akan datang mengejarku lagi nanti, karena itu terlihat saat ia mencoba menahanku untuk pergi.

Dan untuk Carissa, dia harus terima akibatnya karena sudah mendekati Dirgaku. Berani bermacam-macam dengan diriku, berarti berani terima resiko dariku juga. Mungkin ini waktuku untuk jual mahal sedikit kepada Dirga, agar ia berusaha lebih keras lagi untuk mengejarku.

Sedikit alasan untuk waktu aku pergi menyediri di ayunan gantung itu, aku sengaja pergi tanpa memberitahu Kakakku, karena aku ingin Dirga datang mencariku, kalau pun ia mau mencariku, berarti ia masih peduli denganku. Karena aku sendiri yakin, Kakaku pasti akan memanggil Dirga untuk mencariku.

***

"Ah, segar sekali, waktunya untuk tidur." Aku meletakkan handukku di tempat menggantung dan berbaring diatas tempat tidur. Saat ingin memeluk guling aku melihat tanganku yang terluka, ditutupi oleh handsaplast. Entah kenapa, aku merasa senang dan teringat akan Carissa.

"Kira-kira, dia sudah sadar belum ya? Atau aku buatkan makanan untuk dia, sebagai permintaan maaf." Ku urungkan lagi niatku untuk pergi istirahat dan pergi menuju dapur. Aku membuatkan sup ayam dibantu dengan pembantuku. "Terima kasih Bibi, karena sudah membantu," ucapku.

"Sama-sama Den." Aku pergi meninggalkan dapur dan membawa sup ayam itu ke kamar Carissa. Saat aku masuk ke dalam kamarnya, aku melihat dia dengan handuk terlilit di kepalanya. "Baru selesai mandi ya?" tanyaku.

"Iya, apa itu untukku?" tanya Carissa menatap semangkuk sup di tanganku.

"Ya, ini untukmu, makanlah," jawabku sambil menyodorkan mangkuk sup itu padanya.

"Terima kasih." Dengan lahap aku melihatnya makan sup buatanku. "Enak?" tanyaku.

"Enak, aku suka sekali rasanya," jawab Carissa.

"Maafkan aku ya, atas hari ini."

"Iya tidak apa-apa, aku tahu emosi kamu tidak stabil tadi. Dan juga ini salahku, karena sudah menjadi tokoh jahat diantara kamu dan Lela."

DEG!

Mendengar dia berbicara seperti itu, rasanya Carissa sedang tertekan dengan perkataan Rian tadi. "Tidak, kamu bukan tokoh jahatnya, bisa jadi kamu tokoh utama diceritamu sendiri. Jangan pikirkan apa yang dikatakan oleh Rian. Rian itu orangnya suka mencurigai orang baru dan sangat overproktif kepada Lela, alasan ia bersikap seperti itu karena Rian pergi kehilangan adik perempuan dan beda setahun juga Lela, makanya dia bertingkah seperti itu," jelasku.

Hanya tersenyum terukir di bibir Carissa, "Baiklah kalau begitu," kata Carissa kembali memakan supnya. Merasa risih dengan handuk di kepalanya itu, aku pun mengambil handuknya dan menjemurnya di tempat mengantung. Aku ambil sisir, dengan hati-hati aku menyisir rambutnya.

"Tidak usah repot, aku bisa menyisir rambutku sendiri," ucap Carissa. Namun aku tetap menyisiri rambut indah panjang dan harumnya itu. 

"Carissa ... Kamu sudah sehat?" tanya Martin yang langsung main masuk ke dalam kamar.

"Sudah, Martin. Aku sudah baikkan, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku," ucap Carissa.

"Iya. Sana Kakak keluar saja, aku mau berduaan sama Carissa dulu," usir Martin. Aku berikan sisirnya kepada Martin, "Kamu lanjut sisir ya," ujarku lalu pergi, mungkin sudah waktunya jaga jarak.