Chereads / Which One Should I Choose / Chapter 19 - Tidak Ingin Kamu Berbohong

Chapter 19 - Tidak Ingin Kamu Berbohong

"Kamu kenapa bisa pingsan tadi?" tanya Martin.

"Aku hanya kelelahan saja, semalam aku kurang tidur," jawab Carissa.

"Oh, bagaimana dengan kemahnya? Apa semuanya baik-baik saja?"

"Ya, sangat baik sekali." Martin terus menyisiri rambut Carissa dan mencium rambut panjang agak kecokelatan itu, "Harum sekali, aku suka wanginya," puji Martin.

Blushhh ....

"I-iya," jawab Carissa gugup.

"Carissa ...."

"Ya ...."

"Kamu sepertinya dengan Kak Dirga cukup dekat ya? Apa kamu sudah mulai menyukai dia juga?" Carissa menoleh ke belakang dan menatap Martin. "Tidak, aku tidak cukup dekat dengannya, bagaimana bisa dekat dengan dia yang cuek dingin seperti kulkas seratus pintu?" jawab Carissa.

"Benarkah? Apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan tadi? Tapi diriku melihat kamu begitu dekat dengannya. Tolong jangan berbohong dariku, Carissa," ucap Martin sambil tersenyum.

"Benar, aku tidak bohong sama sekali. Kamu bisa tanyakan pada Dirga, apa saja yang kami lakukan di perkemahan sana. Dia bahkan tidak mau berbicara denganku ataupun menyuruhku makan," ujar Carissa cepat.

"Ya, aku harap bisa mempercayai kata-katamu," ujar Martin menatap Carissa dingin.

"Hei, kamu tidak percaya denganku? Apa yang tidak kamu percayai hah?" tanya Carissa. Carissa sendiri berani menanyakan itu karena ia ingin membuat Martin percaya, bahwa tidak ada hubungan apapun dengan Dirga. Carissa sendiri tidak mau menceritakan beberapa hal yang sudah ia lalui dengan Dirga kemarin dan hari ini, karena itu sudah menjadi privasi tersendiri untuk Carissa.

"Kenapa kamu bisa dekat dengan Kak Dirga?" tanya Martin dengan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya. "Jangan berbohong, jawablah dengan jujur. Karena aku tidak ingin kamu bohong," sambung Martin

"Itu semua sudah menjadi rencana kami, karena perjodohan ini tidak kami setujui dari hati dan kami terima dengan paksa untuk melaksanakan perjanjian ini saja, makanya kami berdua pura-pura dekat, agar Ayah percaya. Soalnya dia sudah menjanjikan suatu jabatan di perusahaannya, tingkah dekat kami hanya pura-pura. Jadi berhenti mencurigai Carissa lebih dalam dan Carissa juga bukan tipeku. Sudah ada seseorang yang sudah mengisi hatiku, yang jelas bukan Carissa," jelas Dirga yang tiba-tiba muncul.

Martin menatap aneh kepada Dirga. Carissa sendiri sudah merasakan ada terjadi suatu hal yang tidak beres sebentar lagi. "Itu benar Martin, kedekatan kami hanya pura-pura saja," sahut Carissa untuk mendukung perkataan Dirga.

Martin kembali berbalik menatap Carissa dan tersenyum. "Baiklah, aku terima alasannya," ujar Martin tersenyum.

"Kalau begitu aku keluar dulu, aku hanya membawakan puding ini untuk kalian berdua, selamat menikmati momen romantis," ujar Dirga lalu pergi. Carissa bangkit dan mengambil sepiring puding stroberi itu, "Jadi apa kamu masih tidak percaya denganku?" tanya Carissa untuk memastikan.

"Sudah, karena sudah dijawab Kakakku, semuanya masuk akal. Soalnya juga Kakakku bilang ini bukan soal perjanjian dan perjodohan biasa, ini juga bakal jatuh ke dalam pekerjaan," jawab Martin tersenyum.

"Ya begitulah, mau kerja tugas bersama?" 

"Tentu saja mau, mana bisa aku menolak ajakanmu."

"Baiklah, cepat ambil bukumu."

"Oke, tunggu sebentar." Martin segera berlari keluar kamar Carissa dengan secepat kilat. "Astaga ... Untung saja Dirga datang, kalau tidak bisa mati aku," gumam Carissa lega.

***

"Itu semua sudah menjadi rencana kami, karena perjodohan ini tidak kami setujui dari hati dan kami terima dengan paksa untuk melaksanakan perjanjian ini saja, makanya kami berdua pura-pura dekat, agar Ayah percaya. Soalnya dia sudah menjanjikan suatu jabatan di perusahaannya, tingkah dekat kami hanya pura-pura. Jadi berhenti mencurigai Carissa lebih dalam dan Carissa juga bukan tipeku. Sudah ada seseorang yang sudah mengisi hatiku, yang jelas bukan Carissa."

"Argh! Kenapa itu selalu terngiang-ngiang dikepalaku, dan juga kenapa aku merasa sedikit menyesal bilang begitu. Tapi yang aku katakan tadi itu benar kok, ada apa denganku sekarang?!" ujar Martin kesal.

Tok tok tok ....

"Sebentar!" Aku bukakan pintu kamar dan melihat Carissa berdiri di depan pintu kamarku. "Ya ada bisa dibantu?" tanyaku.

"Terima kasih, karena sudah membantuku menjawab pertanyaan Martin tadi," ucap Carissa.

"Sama-sama," ujarku. Aku kembali menutup pintu kamarku dan kembali duduk di kursi belajarku. "Bukankah tadi kata-kata tadi itu, sudah membantu Carissa menjawab pertanyaan Martin. Tapi kenapa akunya tidak tenang!"

***

"Bagaimana cara mengerjakan ini?" tanya Martin bingung.

"Itu kamu bikin ringkasan lalu nanti dipersentasi," jawab Carissa.

"Persentasinya kapan sih?"

"Minggu depan, sana persiapin dulu topiknya."

"Iye-iye."

Tok tok tok ....

"Ya, tunggu!" sahut Carissa. Dirga langsung membuka pintu dan main masuk ke dalam kamar Carissa. "Aku mau pergi keluar bentar, mau nitip apa gak? Kalau gak mau, ya sudah," ujar Dirga.

"Nitip bakso dong!" sahut Martin.

"Kalau aku nitip es krim," jawab Carissa.

"Oke bye!" kata Dirga kembali menutup pintu kamar Carissa. "Dih! Ikhlas apa kagak sih belinya," gerutu Carissa.

"Ikhlas kok, dia emang kek gitu jadi orang. Tenang saja, dia pergi tidak bakalan lama kok," ujar Martin. Carissa kembali duduk di kursinya dan mengerjakan tugas.

***

Hari ini aku ingin menemui Lela, untuk meminta maaf. Mungkin saja ia bisa memaafkan aku dan kembali mempercayaiku seperti dulu. Aku tidak akan membiarkan hubunganku baik dengan Lela harus berakhir dengan kesalahpahaman. Kira-kira dia sudah tenang belum ya? Masalah aku kawatir sekali.

Sebelum sampai di rumahnya, aku singgah sebentar di toko kue yang menjual donat kesukaan Lela. Dia suka sekali makan donat, apalagi yang rasa vanila, jujur sekali aku benci vanila, aku lebih suka cokelat beserta varian lainnya. Yang penting bukan rasa vanila. Setelah membeli donat, aku kembali melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.

Cittt ....

Mobilku berhenti dan aku pun menarik nafasku dalam-dalam. "Ayo Dirga, kamu bisa mengatasi hal ini dengan mudah." Aku berjalan keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumahnya.

Tok tok tok 

Tidak lama pintu pun terbuka dan sosok cewek cantik berdiri di depanku dengan tampilan berantakan dan lesu. "Mau apa kamu kesini?" tanya Lela dingin.

"Aku ingin meminta maaf soal tadi di tempat perkemahan, semua itu tidak benar," jawabku.

"Apa kamu yakin?" tanyanya lagi.

"Tentu saja aku yakin."

"Aku tidak yakin, Dirga. Karena tingkahmu terpampang jelas, kalau kamu itu suka dengan Carissa."

DEG!

"Bukan begitu, tolong ijinkan aku menjelaskan semuanya kepadamu," ujarku. "Aku mohon, kasih satu kesempatan untuk diriku menjelaskan semuanya."

Aku lihat dia menghela nafas dan mempersilahkan diriku masuk ke dalam rumah. Kami berdua duduk di sofa ruang tamu dan ia membuatkan teh manis untukku. "Sekarang jelaskan padaku semuanya, aku tidak ingin kamu bohong, Dirga, tolong jelaskan dengan jujur, ya. Dan ingat jangan menyembunyikan sesuatu dariku," ucap Lela dengan tatapan matanya yang tajam.