Chereads / Which One Should I Choose / Chapter 16 - Dia adalah penyebab adikku hilang!

Chapter 16 - Dia adalah penyebab adikku hilang!

Sudah sekitar setengah jam, Dirga belum keluar dari hutan. Lela sudah sangat mengkhawatirkan keadaan Dirga, pikiran negatifnya juga sudah bermunculan dimana-mana, satu bilang Dirga tersesat, satunya lagi bilang Dirga celaka, satu lagi bilang Dirga tidak akan keluar. Rian melihat kearah Lela dan tampaknya cukup menyesal melakukan hal ini, kalau pun Rian tidak meninggalkan Carissa pasti Dirga tidak masuk ke dalam hutan lagi. Semua anggota pasangan juga sudah banyak yang berkumpul kembali ke tempat. 

"Apa kita cari saja ya Dirga di dalam hutan?" usul Leo, teman Dirga.

"Tunggu saja dulu, kalau pun ia tidak balik dalam setengah jam lagi, baru kita susul dia ramai-ramai," ujar Beni.

Lela semakin tidak sabaran menunuggu Dirga kembali. Lela juga takut nantinya hubungan Dirga dan Carissa semakin dekat dan akhirnya Dirga pergi meninggalkannya. Itu cukup menjadi mimpi buruk terbesar bagi Lela.

Dari kejauhan sebelah timur, tampak seseorang yang berjalan mendekati area kemah. "Lihat! Itu pasti Dirga!" ujar Leo yang melihatnya lebih dulu. Semua orang langsung berbalik dan serentak melihat kearah itu. Lela lalu berlari mendekati Dirga, "Lela!" panggil Rian.

"Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Lela khawatir.

"Tidak, aku tidak kenapa-kenapa," jawab Dirga. Dirga pun berjalan mendekati Beni, "Ben, aku tidak bisa ikut bermain untuk permainan selanjutnya, karena Carissa terluka dan sepertinya dia juga sudah tertidur dengan pulas."

"Baiklah, tidak apa-apa, kamu pasti capek juga," ujar Beni.

"Oke, kalau begitu aku kembali ke tenda, kalian semua lanjutkan saja permainannya." Lela tampak tidak bersemangat lagi, saat melihat Carissa yang tertidur pulas digendongan Dirga, dirinya juga tidak pernah digendong Dirga. Beberapa diantara lainnya, menatap Dirga sebagai sosok dingin namun memiliki kepedulian yang tinggi.

"Baik semuanya, mari kita lanjutkan permainannya, apa kalian semua siap?" sorak Beni bersemangat dan energik.

"Iya kami semua siap!" jawab teman yang lain serentak.

***

Dirga menurunkan Carissa dengan hati-hati di atas matras. Dan matanya tertuju kepada kaki Carissa yang cukup lecet di kaki sebelah kanan. Dirga mengambil tasnya dan mencari kotak P3K yang selalu dia bawa kemana-mana. Dengan hati-hatinya, Dirga membersihkan luka lecet di kaki Carissa dan meneteskan otak merah agar cepat sembuh.

"Kamu ini sangat menyusahkan sekali hari ini, mending yang kemarin, tidak terlalu menyusahkan. Tidurlah dengan nyenyak agar kamu tidak sakit lagi," ujar Dirga tersenyum tipis.

Di belakang tenda, sudah ada Lela yang menguping untuk mencari informasi lebih tentang Dirga dan Carissa. "Apa maksudnya coba, mending yang kemarin, tidak terlalu menyusahkan?" gumam Lela penasaran.

***

Pagi pun tiba, Carissa terbangun dan terkejut melihat sosok pangeran es batu di depannya ini sudah memeluknya dengan erat. "Dirga ... Dirga bangun!" ujar Carissa sudah gugup setengah mati.

"Hmm ... Jangan berisik ya, nanti aku tampol, nangis nanti," racau Dirga yang terlihat setengah tidur dan setengah sadar. Carissa akhirnya mencubit pipi Dirga dengan keras hingga Dirga terbangun kaget. "Aw! Sakit!"

"Kamu tuh kenapa maen peluk-peluk ih, merinding nih!" marah Carissa, padahal dalam hatinya sudah berbunga-bunga.

"Maaf, namanya juga tidak sadar saat tidur!" sahut Dirga dengan wajah masam.

"Ya sudah!" Carissa bangkit dan keluar dari tenda untuk menyikat giginya. Pipi Dirga sendiri langsung bersemu merah jambu, karena ia memeluk Carissa sewaktu tidur. Bisa-bisanya dia luluh pada seorang cewek tampang kayak joker, yang bisa berubah-ubah sifatnya setiap saat. Aneh sekali!

***

Flashback ....

Melihat Carissa meringkuk kedinginan, Dirga pun memeluk Carissa agar hangat. "Sudah, jangan kayak cacing kepanasan gitu," ujar Dirga pelan dan perlahan memejamkan matanya.

***

Diluar, Carissa masih mengingat jelas wajah Dirga dengan mata terpejam tadi. "Sangat ganteng dan seperti bayi polos," gumamnya tanpa sadar.

TUK!

"Aww ...," ringis Carissa sambil memegang kepalanya yang kejatuhan biji pohon pinus. "Astaga, aku memikirkan apa tadi! Pagi-pagi sudah mikir yang seperti itu! Fokus Carissa! Ini masih pagi lho! Jangan yang aneh-aneh ya!"

"Aneh-aneh apanya?" tanya Dirga yang sudah berdiri di samping Carissa.

"Astaga meong! Bikin kaget aja!" teriak Carissa.

"Sana cepat, masuk ke dalam dan buatkan aku sarapan, aku lagi malas masak nih!" pinta Dirga.

"Emang aku babumu hah?"

"Untuk ditolongin masih tidak tahu terima kasih!"

"Eh iya-iya deh!" Carissa bangkit dan masuk ke dalam tenda. Dirga tersenyum dan menyikat giginya. Carissa sendiri bingung ingin masak apa, karena di dalam tas penyimpanan makan ada roti dan beberapa sayuran seperti, selada dan tomat. Carissa memutuskan untuk membuatkan roti isi.

"Kira-kira dia buat apa ya?" tanya Dirga. Saat Dirga masuk ke dalam tenda, tercium aroma yang sangat menggiurkan selera. "Ayo makan, sudah aku buatkan roti isi," ujar Carissa. Dirga cepat-cepat menyimpan perlengkapan sikat giginya dan langsung makan.

"Enak tidak?" tanya Carissa.

"Enak!"

"Baguslah jika kamu suka," ujar Carissa lalu makan. Roti isi buatan Carissa, sangat mirip dengan roti isi yang biasanya dibuat oleh Ibu Dirga. Saat memakannya, Dirga serasa bernostalgia mengingat masa kecilnya sewaktu duduk di sekolah dasar. Tanpa Dirga sadari juga, air matanya keluar mengalir.

Carissa yang memperhatikan Dirga langsung menyeka air mata itu, "Kamu kenapa hah? Terlalu pedas ya?" tanya Carissa.

"T-tidak, rasanya terlalu enak, buatkan ini untukku, setiap pagi," jawab Dirga.

"Tentu saja, akan aku buatkan setiap pagi, jika kamu suka roti isi," ujar Carissa tersenyum.

Carissa sendiri tidak sadar mengatakan hal itu kepada Dirga dengan mudahnya, awalnya tadi disuruh buatkan sarapan oleh Dirga, ia tidak mau, kenapa Carissa bisa bilang mau? Carissa juga merasakan, ada hal yang dirasakan oleh Dirga, seperti kerinduan terhadap sesuatu. Semua itu jelas dari cara makan dan matanya. Semua itu mudah sekali untuk Carissa menebaknya.

***

"Pagi Lela," ujar Rian.

"Lela?"

Rian bangkit dan melihat Lela tidak ada disampingnya. Terakhir bermain tadi malam, sekitar jam tiga pagi. Dan Lela sudah tidur duluan di jam dua dan masih ada di dalam tenda, tapi kenapa sekarang tidak ada?

"Astaga Lela!" Rian pergi keluar tenda dan mencari keberadaan Lela, tapi tidak menemukannya. Kemudian Rian berlari ke acara bel dan menekan bel itu hingga menimbulkan suara nyaring. Semua orang mendengarkan itu langsung terbangun dan berkumpul kearah suara bel itu.

"Ada apa kamu menekan bel itu?" tanya Beni setengah sadar.

"Lela hilang!" teriak Rian.

***

"Bunyi apa itu?" tanya Carissa.

"Bel darurat, ayo kita segera kesana," ajak Dirga. Carissa dan Dirga keluar tenda dan mendekat kearah bel berbunyi tadi.

"Bagaimana bisa Lela bisa hilang?" tanya Beni tidak mengerti, soalnya semalam selesai pemainan, beberapa di antaranya ada yang berjaga malam sampai jam empat pagi dan mereka semua yang berjaga malam, tidak melihat Lela sama sekali.

"Ada apa?" tanya Dirga.

"Nah, pasti ini nih penyebabnya," ujar Rian menunjuk-nunjuk kearah Carissa. Sedangkan Carissa sendiri tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Rian langsung menarik tangan Carissa, "Dia adalah penyebab adikku hilang!"