Makanan yang dipesan Mereka sudah sampai. "Kau hebat sekali tadi nak". Ucap Bibi penjaga kantin itu, lalu memberikan acungan jempol ke Clara.
"Hehe. Lain kali aku akan menggunakan jurus andalanku". Jawab Clara sambil tertawa.
"Kau satu-satu-Nya murid yang berani melakukan itu ke Vany itu. Sebelumnya tidak ada yang berani melawannya".
"Benarkah? Wahh. Apa aku harus mengajari semua murid disini cara memperlakukan orang jahat bu".
"Kau ini". Jawabnya lalu tertawa."nikmati makanan-Nya". Ucapnya lalu pergi.
Saat sedang makan. Benar saja, Clara dipanggil keruangan direktur. "Ka Clara di suruh untuk keruangan direktur sekarang". Ucap salah satu murid memberikan Info kedirinya.
"Iya. Makasih sudah mengatakan ini". Ucap Clara sambil tersenyum.
"Aghh! Aku belum kenyang!". Teriak Clara kesal.
"Tak apa. Cepat pergi. Kami akan menyusul". Kata Ivana.
Clara lalu bangkit dan menuju ke ruangan direktur korupsi itu. Ia tidak takut sama sekali. Berhadapan dengan pria perperut buncit dan suka karupsi uang Ivana itu.
Tok tok tok
"Masuk!".
Saat Clara masuk keruangan itu. Ia melihat Vany yang sedang duduk menyilangkan kedua kakinya di sofa sambil tertawa penuh kemenangan ke Clara.
Sedangkan Clara menatapnya jijik ." Tak tau diri". Batin Clara.
Dan benar saja yang digambarkan oleh Clara. Pria berperut buncit adalah direktur sekolah ini dan sekaligus Ayah dari Wanita jalang ini.
"Kenapa kau memukul-Nya !?". Tanya Direktur itu
"Dia yang mendorong saya!". Jawab Clara santai.
"Apa kau tau? Dia anak ku!".
"Aku tau. Jika, dia anakmu lalu kau ingin kau apakan dia yang selalu menggangu semua murid disini".
Jawab Clara santai lalu menyilangkan kedua kakinya.
"Kau tidak sopan!! Apa orang tua mu mengajarkanmu seperti ini!!". Teriak-Nya sedangkan Vany tersenyum Smrik.
Clara yang mendengar orang tuanya di bawa-bawa tidak terima. Ia lalu memukul meja yang di hadapannya dan menatap penuh amarah ke directur itu. "Berani-beraninya kauuu!!". Teriak-Nya.
Clara yang cukup sensitif mengenai hal orangtua-Nya tidak terima pria perut buncit itu mengatakan hal buruk tentang orang-tuanya.
"Heyy Pak! Jangan bawa-bawa orang tua saya! Didik saja anak perempuanmu ini untuk tidak menggangu murid-murid lain!! Anda ingin mengajariku ? Sedangkan anak anda sendiri berprilaku buruk!". Jawab Clara sambil menatap tajam ke arah Vany.
Pria yang menjabat sebagai Direktur Vanscoll itu menahan amarah-Nya. Ia sudah tidak tahan dengan prilaku anak murid nya yang berani melawannya dan melukai anaknya.
"Kau sudah berani berteriak dihadapan saya!! Kau akan dikeluarkan dari sekolah ini!!."
Clara tertawa kecil ." Memangnya anda pemilik sekolah ini ? Apa anda tidak tau saya ?". Kata Clara lalu smrik.
"Siapa nama anda ? Ahh. Arran". Ucap Clara setelah tag nama dibajunya.
Plakk
Vany yang sudah tidak tahan dengan prilaku salah satu teman Ivana ini lalu menampar-Nya.
"Berani sekali kauu berteriak dan memperlakukan ayahku seperti ituu!! Apa kau ingin dikeluarkan dari sekolah inii! Hah!". Teriak Vany.
Sedangkan Clara masih memegang pipinya yang bekas ditampar oleh Vany. Ia lalu tertawa kecil lalu menatap Vany dengan tajam. Aura ruangan itu seketika menjadi dingin.
"K-kau menamparku?". Ucap Clara sambil tertawa.
"Kau menampar seorang Clara ?. Mereka saja takut berhadapan denganku dan kau, menamparku?". Gumam Clara.
Tiba-tiba Clarissa berserta yang lain-Nya memasuki ruangan itu dan melihat Clara memegangi pipinya. Dan mengetahui apa yang terjadi. Ia melihat raut wajah Clara yang memerah padam dan senyuman maut itu terukir diwajah-Nya.
Gibrella lalu memegang tangan Clara dan menyuruhnya untuk tenang. Sedangkan, Vany berserta ayah-Nya semakin marah karna mereka masuk tanpa meminta Izin dulu. "Apa saya meminta kalian kemari?! Keluarlah!!". Teriak pria itu.
Clarissa lalu menghampiri Vany dan ayah-Nya." Kalian membuat kesalahan fatal dengan menampar-Nya. Kami akan membicarakan ini dengan pendiri Vancsoll. Sahabat kami". Kata Clarissa lalu menjauh.
Sedangkan kedua ayah dan anak ini terdiam mencerna perkataan yang dilontarkan Clarissa.
"Ayo keluar!". Peringah Clarissa lalu membawa Clara keluar.
Clara masih saja menatap sinis ke arah Vany. "Lepaskan aku!". Teriak Clara.
Gibrella lalu melepaskan tangan-Nya dari Clara dan membuarkannya mendekati Vany ."aku akan mengingat wajahmu ini". Bisik Clara ditelinga Vany.
Mereka semua membawa clara untuk keluar dari ruangan itu sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.
Sedangkan Ivana dan Marvel pergi kesuatu tempat.
_
_
_
_
_
Duscha yang sudah berada di amerika untuk mengurus pekerjaannya dengan Vancompy mengenai kerjasama mereka. Ia kini berada di kantor Vanscoll dan disambut oleh Tony selaku yang mengurus perusahaan Ivana.
"Selamat datang Tuan Duscha". Sambut Nicho asisten Tony.
"Hmm". Dehem Duscha lalu tersenyum.
Para pegawai kantor Disana yang kagum melihat ketampanan Duscha. Bagaimanapun tidak dipungkiri bahwa, Duscha sangat tampan.
"Kembali bekerja!". Perintah Nicho saat melihat para pegawainya sedari tadi hanya memperhatikannya.
Bisa dikatakan melihat pria asal Rusia ini.
"Dimana Ivana ?". Tanya Duscha tiba-tiba
Nicho yang mendengarnya menyebut leadernya itu cukup terkejut. "Ivana siapa ya?". Ucap Nicho pura-pura tidak tau apapun.
Duscha lalu mengangkat sudut bibirnya lalu tertawa ." Ivana. Pemilik perusahaan ini".
"Anda tau ?".
"Tentu saja". Jawab Ducsha bangga.
"T-tapi bagaimana bisa? Kami sangat menutupinya".
"Tidak usah dipikirkan. Ia juga tidak masalah saya mengetahui ini". Jawab Duscha.
"Oh ya. Saya belum mengetahui namamu?".
"Owh. Nama saya Nicho". Ucapnya lalu memberikan tangannya untuk berjabatan.
"Ku rasa kita tidak perlu berbahasa formal? Sepertinya kita seumuran". Kata Duscha.
"Baiklah".
"Dimana Ivana ?".
"Aghh. Aku sudah menelponnya dan menyuruhnya kesini. Sepertinya, masih dalam perjalanan". Jawab Nicho.
Ducsha mengangguk paham. Entah mengapa ia terus memikirkan Wanita itu dan ingin segera menemuinya. Entahlah perasaan yang tiba-tiba muncul ini. Membuat-Nya meresa bingung.
_
_
_
Disisi lain. Alena juga melakukan penerbangan ke amerika untuk urusan bisnisnya. Ia menelusuri kota New york. Ia kini sudah sampai dihotel untuknya menginap beberapa minggu disini.
"Aghh! Akhirnya sampai juga". Desah Alena merebahkan dirinya di ranjang-Nya.
Alena lalu menekan nomer yang baru saja ia dapat dan menghubungi nomer itu ." Hallo".
"Ya. Siapa ini?". Jawab Seorang pria dengan suara deep nya.
"Ah maaf menggangu anda tuan Marvel. Saya sudah sampai dinegara anda. Apa anda bisa memberikan alamat perusahaan anda?".
"Owh Alena? Baik. Saya akan mengirimnya".
"Baik. Terimakasih. Maaf menggangu anda". Ucap Alena lalu tersenyum sendiri.
"Tidak masalah". Jawab Marvel dari seberang sana.
Marvel lalu mematikan telponnya sepihak. Sedangkan Alena masih ingin berbicara dengan-Nya. "Aghh! Kenapa aku selalu memikirka-Nya ? Apa aku menyukainya ?". Gumam Alena.
"Aghh! Baiklah Alena. Lebih baik kau berendam sekarang. Kepala ku sekarang hampir meledak sekarang". Kata Alena lalu beranjak kekamar mandi untuk merilexskan pikirannya dengan cara berendam di bak mandi.